SI CULUN Sang Pewaris Tunggal
Haiden namanya. Remaja yang kini mengenyam pendidikan disalah satu Universitas Negeri di Medan Sumatra Utara.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Haiden terkenal sebagai anak yang cerdas namun memiliki jiwa pemalu. Haiden sulit mendapat teman karena jiwa pemalu nya itu.
Teman-teman di sekolahnya menyebutnya sebagai si Culun. Penampilannya juga berbeda dengan teman-temannya yang cukup pintar mengatur penampilan fisiknya.
Hingga mengenyam pendidikan di tingkat SMU Haiden kerap mendapatkan nilai tertinggi dalam nilai raportnya. Namun penampilannya tetap membuat Haiden sering kali menjadi bahan Bullyan teman-temannya.
Di saat teman-temannya mulai menjalin hubungan cinta, Haiden tetap menjomblo karena tidak ada cewek yang tertarik padanya. Ternyata pintar saja tidak cukup untuk mendapatkan pasangan kala itu.
Karenanya Haiden lebih Fokus belajar dari pada memikirkan bagaimana caranya mendapatkan pacar. Fokusnya membuahkan hasil, sehingga Haiden lulus masuk ke perguruan tinggi Negeri setelah tamat dari SMU.
Haiden adalah putera tunggal dari Bandi dan Kieran. Ayahnya, Bandi bekerja sebagai Karyawan disalah satu perusahaan Swasta yang ada di Medan, sedangkan ibunya Kieran, hanya menjadi ibu rumah tangga.
Keluarga kecil Haiden hidup bahagia meski tidak bergelimpangan harta. Dimata Ayah dan Ibunya Haiden adalah anak yang baik dan cukup membanggakan, karena kecerdasan dan prestasi nya di sekolah.
Di awal memasuki Kampusnya, Haiden juga kerap menjadi bahan Bullyan, karena penampilan culunnya itu. Beruntung seiring waktu Haiden mendapatkan beberapa teman seangkatannya.
Meski seangkatan, tidak semua dari teman-temannya itu se_fakultas dengannya. Mereka adalah Mardan, Suherman, Marwan, Melani, dan Wanti yang kelak menjadi sahabat-sahabat Haiden.
Mardan se_fakultas dengan Haiden. Sedangkan Wanti, Suherman, Marwan, dan Melani berbeda-beda Fakultas.
Mardan, Suherman, Marwan, dan Wanti sama-sama terlahir dari keluarga yang sederhana. Tidak bergelimpangan harta, tidak kekurangan juga.
Sedangkan Melani adalah gadis cantik yang lahir dari keluarga yang cukup bergelimpangan harta. Ayahnya seorang pengusaha sukses di Indonesia.
Selain cantik dan kaya, Melani juga cerdas. Meskipun terbilang sempurna dimata orang lain namun Melani tidak berjiwa angkuh.
Di kampus nya tidak ada yang tahu bahwa Melani adalah anak dari seorang yang kaya raya. Sebab Melani tidak pernah memamerkannya.
Melani ke kampus tidak menggunakan kendaraan Pribadi. Melani lebih memilih menggunakan Taksi Online ke kampusnya.
Mardan adalah sosok yang memiliki jiwa keras. Maklum dia di didik oleh ayahnya yang berprofesi Tentara.
Meski keras namun pada dasarnya Mardan memiliki jiwa yang baik. Tubuhnya tinggi tegap, dan memiliki wajah cukup tampan dan berkulit cukup putih.
Mardan selalu terdepan membela Haiden bila diganggu mahasiswa lain. Sebaliknya Haiden selalu membantu Mardan bila kesulitan untuk menyelesaikan soal pelajarannya.
Suherman hidup dengan Ibu kandung dan Ayah tirinya. Meskipun tiri namun Ayahnya itu memperlakukan Suherman layaknya anak kandung.
Suherman terbilang cerdas sama seperti Haiden. Dia mampu menguasai ilmu IT (Information dan Technology).
Marwan tidak terlalu cerdas namun tidak bodoh dalam menangkap mata pelajaran dikelasnya. Marwan hobi Balapan Motor.
Dia sering menjadi Joki Balapan Motor liar. Pernah ditangkap Polisi saat akan melakukan Balapan liar, dan hanya diberi peringatan oleh Polisi.
Wanti terkenal sebagai Mahasiswa cantik yang memiliki bakat bernyanyi. Dia menjadi Vokalis dari salah satu Band yang cukup dikenal di Medan.
Mereka berenam menjadi sahabat yang selalu saling membantu. Tidak ada kesepakatan keakraban mereka lahir secara alami sebagai sahabat karib.
Suatu ketika Haiden mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari beberapa mahasiswa lain. Haiden di Bully dan di mintai uang oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut.
Haiden dibawa mereka ke Toilet Umum di lingkungan kampus. Beruntung Marwan melihat Haiden saat digiring beberapa mahasiswa kearah Toilet.
Marwan langsung mengeluarkan Handphone dari dalam saku celananya untuk menghubungi Mardan dan Suherman. Marwan yang kebetulan sedang nongkrong di kantin kampus dengan Suherman segera bergegas menuju Toilet usai menutup Telepon dari Marwan.
Mardan, Suherman dan Marwan tampak sangat marah melihat Haiden sudah dalam keadaan compang camping dan ketakutan. Perkelahian tiga lawan empat pun tak terhindarkan.
"Bangsat....!" Teriak Mardan seraya menerjang empat mahasiswa yang menganiaya Haiden di ikuti dengan Marwan dan Suherman. Meskipun Suherman dan Marwan babak belur namun empat mahasiswa yang menganiaya Haiden itu juga babak belur di hajar oleh Mardan.
Perkelahian yang terjadi itu mengundang perhatian Mahasiswa/i di kampus itu sehingga menjadi kerumunan mahasiswa yang asyik menonton perkelahian itu, layaknya menonton hiburan gratis. Dua orang Satpam kampus terlihat berlari mendatangi kerumunan itu.
Mereka berdua langsung menerobos kerumunan dan mendapati empat mahasiswa yang menganiaya Haiden tadi dalam keadaan tergeletak, merintih, babak belur di lantai. Sedangkan Haiden, Mardan, Suherman dan Marwan dalam keadaan berdiri menatap empat mahasiswa yang sedang merintih kesakitan dilantai.
Haiden, Mardan, Suherman, Marwan dan ke empat mahasiswa yang menganiaya Haiden tadi digiring kedua satpam itu ke Pos Satpam. Salah seorang satpam segera bergegas menuju Kantor Rektorat untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi.
Setelah melaporkan kejadian perkelahian antar mahasiswa tadi, Rektor memerintahkan Satpam tersebut untuk membawa mahasiswa-mahasiswa yang berkelahi tadi ke ruang rapat Rektorat. Satpam pun segera bergegas kembali ke Pos untuk membawa Haiden dan yang lainnya.
"Ayo, kalian semua ikut saya ke ruang rapat Rektorat" ajak Satpam kepada semua mahasiswa yang terlibat perkelahian tadi. Haiden dan yang lainnya serentak bangkit untuk mengikuti Satpam ke ruang rapat Rektorat.
Melani dan Wanti tidak mengetahui kejadian yang tengah menimpa pada sahabat-sahabat mereka, sebab mereka berbeda dalam kelas masing-masing mengikuti mata kuliah.
Diruang rapat Rektorat, tampak seorang pria paruh baya duduk di kursi menatap Haiden dan yang lainnya dengan tatapan marah. Dia adalah Rektor di Universitas itu.
"Gedubrak....!" Suara meja yang di pukul oleh Rektor memecah keheningan. Haiden dan semua yang ada di ruangan tersebut tentu saja kaget di buatnya.
Suasana kembali hening dan semakin menegangkan. "Apa-apaan kalian ini. Seperti anak kecil saja" Kata Rektor sambil menatap mahasiswa-mahasiswanya satu persatu.
"Kalian ini sudah mahasiswa. kaum intelektual" Kata Raktor lagi dengan wajah yang masih masam.
Haiden dan yang lainnya hanya terdiam menunduk mendengarkan omelan Rektor. Tidak ada satupun yang berani menatap wajah Rektor.
Rektor berhenti bicara sejenak kemudian bertanya "Apa masalah yang sebenarnya sehingga kalian harus berkelahi seperti anak kecil?".
"Lihat saya" Bentak Rektor kepada Haiden dan yang lainnya. Sontak Haiden yang lainnya yang tadinya tertunduk mengangkat wajah untuk menatap sang Rektor.
Melihat Haiden dan yang lainnya sudah menatapnya, sang rektor lalu bertanya "Kamu. Apa masalahnya?" sambil menunjuk Marwan.
Paham Rektor bertanya padanya, Marwan menjawab "Begini pak. Si Haiden di aniaya mereka di Toilet. Saya, Suherman, dan Mardan hanya menolong" sambil menunjuk keempat mahasiswa yang telah menganiaya Haiden.
Setelah mendengar penjelasan Marwan, Rektor menatap keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden lalu bertanya dengan nada tinggi "Benar yang dikatakannya?"
Keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden mengangguk menjawab pertanyaan Rektor. Melihat keempat mahasiswa itu hanya mengangguk, tiba-tiba Rektor berteriak "Tidak punya mulut kalian?".
Mendengar bentakan Rektornya, keempat mahasiswa itu spontan menjawab "Benar pak" secara bersamaan. Rektor diam sejenak sembari tetap menatap keempat mahasiswa itu.
"Kalian berempat saya beri surat peringatan untuk yang pertama dan yang terakhir kali. Kalau sampai kalian membuat ulah lagi maka kalian akan di DO. Paham..?" Kata Rektor kepada keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden.
Seketika wajah keempat mahasiswa itu pucat dan menjawab "Paham pak".
Setelah mendengar jawaban keempat mahasiswa itu, Rektor kembali berkata "Sekarang kalian berempat saling memaafkan".
"Kalian ini saudara se_Universitas. Harusnya kalian saling membantu bukan malah berkelahi sesama saudara. Paham?" Kata Rektor lagi kepada semua mahasiswa yang ada dihadapannya.
Haiden, Marwan, Suherman, Mardan dan keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden itu menjawab "Paham" secara bersamaan. Kemudian mereka bersalaman saling mengucap kata maaf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih
2024-03-23
0
Eros Hariyadi
Lanjuuuutt Thor 😝😎💪👍🙏
2023-12-24
1
Eros Hariyadi
Awal cerita yang lumayan menarik 😝😄💪👍🙏
2023-12-24
1