Haiden namanya. Remaja yang kini mengenyam pendidikan disalah satu Universitas Negeri di Medan Sumatra Utara.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Haiden terkenal sebagai anak yang cerdas namun memiliki jiwa pemalu. Haiden sulit mendapat teman karena jiwa pemalu nya itu.
Teman-teman di sekolahnya menyebutnya sebagai si Culun. Penampilannya juga berbeda dengan teman-temannya yang cukup pintar mengatur penampilan fisiknya.
Hingga mengenyam pendidikan di tingkat SMU Haiden kerap mendapatkan nilai tertinggi dalam nilai raportnya. Namun penampilannya tetap membuat Haiden sering kali menjadi bahan Bullyan teman-temannya.
Di saat teman-temannya mulai menjalin hubungan cinta, Haiden tetap menjomblo karena tidak ada cewek yang tertarik padanya. Ternyata pintar saja tidak cukup untuk mendapatkan pasangan kala itu.
Karenanya Haiden lebih Fokus belajar dari pada memikirkan bagaimana caranya mendapatkan pacar. Fokusnya membuahkan hasil, sehingga Haiden lulus masuk ke perguruan tinggi Negeri setelah tamat dari SMU.
Haiden adalah putera tunggal dari Bandi dan Kieran. Ayahnya, Bandi bekerja sebagai Karyawan disalah satu perusahaan Swasta yang ada di Medan, sedangkan ibunya Kieran, hanya menjadi ibu rumah tangga.
Keluarga kecil Haiden hidup bahagia meski tidak bergelimpangan harta. Dimata Ayah dan Ibunya Haiden adalah anak yang baik dan cukup membanggakan, karena kecerdasan dan prestasi nya di sekolah.
Di awal memasuki Kampusnya, Haiden juga kerap menjadi bahan Bullyan, karena penampilan culunnya itu. Beruntung seiring waktu Haiden mendapatkan beberapa teman seangkatannya.
Meski seangkatan, tidak semua dari teman-temannya itu se_fakultas dengannya. Mereka adalah Mardan, Suherman, Marwan, Melani, dan Wanti yang kelak menjadi sahabat-sahabat Haiden.
Mardan se_fakultas dengan Haiden. Sedangkan Wanti, Suherman, Marwan, dan Melani berbeda-beda Fakultas.
Mardan, Suherman, Marwan, dan Wanti sama-sama terlahir dari keluarga yang sederhana. Tidak bergelimpangan harta, tidak kekurangan juga.
Sedangkan Melani adalah gadis cantik yang lahir dari keluarga yang cukup bergelimpangan harta. Ayahnya seorang pengusaha sukses di Indonesia.
Selain cantik dan kaya, Melani juga cerdas. Meskipun terbilang sempurna dimata orang lain namun Melani tidak berjiwa angkuh.
Di kampus nya tidak ada yang tahu bahwa Melani adalah anak dari seorang yang kaya raya. Sebab Melani tidak pernah memamerkannya.
Melani ke kampus tidak menggunakan kendaraan Pribadi. Melani lebih memilih menggunakan Taksi Online ke kampusnya.
Mardan adalah sosok yang memiliki jiwa keras. Maklum dia di didik oleh ayahnya yang berprofesi Tentara.
Meski keras namun pada dasarnya Mardan memiliki jiwa yang baik. Tubuhnya tinggi tegap, dan memiliki wajah cukup tampan dan berkulit cukup putih.
Mardan selalu terdepan membela Haiden bila diganggu mahasiswa lain. Sebaliknya Haiden selalu membantu Mardan bila kesulitan untuk menyelesaikan soal pelajarannya.
Suherman hidup dengan Ibu kandung dan Ayah tirinya. Meskipun tiri namun Ayahnya itu memperlakukan Suherman layaknya anak kandung.
Suherman terbilang cerdas sama seperti Haiden. Dia mampu menguasai ilmu IT (Information dan Technology).
Marwan tidak terlalu cerdas namun tidak bodoh dalam menangkap mata pelajaran dikelasnya. Marwan hobi Balapan Motor.
Dia sering menjadi Joki Balapan Motor liar. Pernah ditangkap Polisi saat akan melakukan Balapan liar, dan hanya diberi peringatan oleh Polisi.
Wanti terkenal sebagai Mahasiswa cantik yang memiliki bakat bernyanyi. Dia menjadi Vokalis dari salah satu Band yang cukup dikenal di Medan.
Mereka berenam menjadi sahabat yang selalu saling membantu. Tidak ada kesepakatan keakraban mereka lahir secara alami sebagai sahabat karib.
Suatu ketika Haiden mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari beberapa mahasiswa lain. Haiden di Bully dan di mintai uang oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut.
Haiden dibawa mereka ke Toilet Umum di lingkungan kampus. Beruntung Marwan melihat Haiden saat digiring beberapa mahasiswa kearah Toilet.
Marwan langsung mengeluarkan Handphone dari dalam saku celananya untuk menghubungi Mardan dan Suherman. Marwan yang kebetulan sedang nongkrong di kantin kampus dengan Suherman segera bergegas menuju Toilet usai menutup Telepon dari Marwan.
Mardan, Suherman dan Marwan tampak sangat marah melihat Haiden sudah dalam keadaan compang camping dan ketakutan. Perkelahian tiga lawan empat pun tak terhindarkan.
"Bangsat....!" Teriak Mardan seraya menerjang empat mahasiswa yang menganiaya Haiden di ikuti dengan Marwan dan Suherman. Meskipun Suherman dan Marwan babak belur namun empat mahasiswa yang menganiaya Haiden itu juga babak belur di hajar oleh Mardan.
Perkelahian yang terjadi itu mengundang perhatian Mahasiswa/i di kampus itu sehingga menjadi kerumunan mahasiswa yang asyik menonton perkelahian itu, layaknya menonton hiburan gratis. Dua orang Satpam kampus terlihat berlari mendatangi kerumunan itu.
Mereka berdua langsung menerobos kerumunan dan mendapati empat mahasiswa yang menganiaya Haiden tadi dalam keadaan tergeletak, merintih, babak belur di lantai. Sedangkan Haiden, Mardan, Suherman dan Marwan dalam keadaan berdiri menatap empat mahasiswa yang sedang merintih kesakitan dilantai.
Haiden, Mardan, Suherman, Marwan dan ke empat mahasiswa yang menganiaya Haiden tadi digiring kedua satpam itu ke Pos Satpam. Salah seorang satpam segera bergegas menuju Kantor Rektorat untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi.
Setelah melaporkan kejadian perkelahian antar mahasiswa tadi, Rektor memerintahkan Satpam tersebut untuk membawa mahasiswa-mahasiswa yang berkelahi tadi ke ruang rapat Rektorat. Satpam pun segera bergegas kembali ke Pos untuk membawa Haiden dan yang lainnya.
"Ayo, kalian semua ikut saya ke ruang rapat Rektorat" ajak Satpam kepada semua mahasiswa yang terlibat perkelahian tadi. Haiden dan yang lainnya serentak bangkit untuk mengikuti Satpam ke ruang rapat Rektorat.
Melani dan Wanti tidak mengetahui kejadian yang tengah menimpa pada sahabat-sahabat mereka, sebab mereka berbeda dalam kelas masing-masing mengikuti mata kuliah.
Diruang rapat Rektorat, tampak seorang pria paruh baya duduk di kursi menatap Haiden dan yang lainnya dengan tatapan marah. Dia adalah Rektor di Universitas itu.
"Gedubrak....!" Suara meja yang di pukul oleh Rektor memecah keheningan. Haiden dan semua yang ada di ruangan tersebut tentu saja kaget di buatnya.
Suasana kembali hening dan semakin menegangkan. "Apa-apaan kalian ini. Seperti anak kecil saja" Kata Rektor sambil menatap mahasiswa-mahasiswanya satu persatu.
"Kalian ini sudah mahasiswa. kaum intelektual" Kata Raktor lagi dengan wajah yang masih masam.
Haiden dan yang lainnya hanya terdiam menunduk mendengarkan omelan Rektor. Tidak ada satupun yang berani menatap wajah Rektor.
Rektor berhenti bicara sejenak kemudian bertanya "Apa masalah yang sebenarnya sehingga kalian harus berkelahi seperti anak kecil?".
"Lihat saya" Bentak Rektor kepada Haiden dan yang lainnya. Sontak Haiden yang lainnya yang tadinya tertunduk mengangkat wajah untuk menatap sang Rektor.
Melihat Haiden dan yang lainnya sudah menatapnya, sang rektor lalu bertanya "Kamu. Apa masalahnya?" sambil menunjuk Marwan.
Paham Rektor bertanya padanya, Marwan menjawab "Begini pak. Si Haiden di aniaya mereka di Toilet. Saya, Suherman, dan Mardan hanya menolong" sambil menunjuk keempat mahasiswa yang telah menganiaya Haiden.
Setelah mendengar penjelasan Marwan, Rektor menatap keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden lalu bertanya dengan nada tinggi "Benar yang dikatakannya?"
Keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden mengangguk menjawab pertanyaan Rektor. Melihat keempat mahasiswa itu hanya mengangguk, tiba-tiba Rektor berteriak "Tidak punya mulut kalian?".
Mendengar bentakan Rektornya, keempat mahasiswa itu spontan menjawab "Benar pak" secara bersamaan. Rektor diam sejenak sembari tetap menatap keempat mahasiswa itu.
"Kalian berempat saya beri surat peringatan untuk yang pertama dan yang terakhir kali. Kalau sampai kalian membuat ulah lagi maka kalian akan di DO. Paham..?" Kata Rektor kepada keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden.
Seketika wajah keempat mahasiswa itu pucat dan menjawab "Paham pak".
Setelah mendengar jawaban keempat mahasiswa itu, Rektor kembali berkata "Sekarang kalian berempat saling memaafkan".
"Kalian ini saudara se_Universitas. Harusnya kalian saling membantu bukan malah berkelahi sesama saudara. Paham?" Kata Rektor lagi kepada semua mahasiswa yang ada dihadapannya.
Haiden, Marwan, Suherman, Mardan dan keempat mahasiswa yang menganiaya Haiden itu menjawab "Paham" secara bersamaan. Kemudian mereka bersalaman saling mengucap kata maaf.
Di tahun kedua masa kuliahnya, kemalangan menimpa Haiden. Ayah dan ibu Haiden mengalami kecelakaan maut saat ayah Haiden mengantar ibunya belanja.
Mobil yang dikendarai ayah dan ibu Haiden di tabrak Truk. Ayah dan ibu Haiden meninggal ditempat kejadian.
Duka yang mendalam tentu saja dialami oleh Haiden pada saat itu. Meskipun air mata Haiden telah habis keluar, Haiden tetap menangis didalam hatinya saat mengebumikan Jenazah ayah dan ibunya.
Mardan, Suherman, Marwan, Wanti dan Melani setia menemani untuk menghibur Haiden. Kelima sahabat Haiden itu juga ikut berduka, sebab mereka juga sangat akrab dengan ayah dan ibu Haiden.
Usai pemakaman seorang pria bersama istrinya menghampiri Haiden. Pria tersebut adalah adik dari ibu Haiden.
Kemudian pria tersebut merangkul Haiden dan berkata "Yang sabar Den. Meskipun ayah dan ibu mu telah tiada, tapi kamu harus kuat untuk menjalani hidup".
"Kalau kamu perlu apa-apa datang ke Om. Selama Om mampu, apapun yang kamu butuhkan pasti Om penuhi. Segala kebutuhan kamu, termasuk uang kuliah kamu Om yang tanggung sekarang" Kata adik ibu Haiden itu lagi.
Mendengar ucapan adik ibunya itu, Haiden merasa terharu. Dia memeluk Om nya itu sembari kemudian mengucapkan terima kasih.
Setelah mendengar ucapan terima kasih dari Haiden, Om nya itu kembali bertanya "Kamu mau tinggal di rumah Om atau di rumah kamu saja Den?"
"Haiden tinggal di rumah Haiden saja Om" Jawab Haiden sembari tersenyum dengan wajah yang masih terlihat sedih.
Adik ibu Haiden itu menganggukkan kepalanya beberapa kali kemudian berkata "Kalau begitu Om dan Tante pamit dulu ya. Om harus berangkat ke Surabaya sore ini".
"Iya Om" Jawab Haiden sembari menganggukkan kepalanya.
Setelah hari itu, Suherman, Marwan dan Mardan sering menginap di rumah Haiden. Ketiga sahabat Haiden memutuskan untuk sering menginap di rumah Haiden agar Haiden tidak merasa kesepian, dan bisa lebih cepat menghilangkan perasaan sedihnya.
Suatu ketika saat Haiden baru saja melewati gerbang memasuki halaman kampus, Haiden berpapasan dengan seorang mahasiswi yang sangat cantik. Bentuk tubuhnya setara dengan model Profesional.
Kulitnya putih mulus. Pakaiannya juga terllihat sangat modis.
Sepertinya Mahasiswi tersebut dari kalangan keluarga kaya raya. Terlihat dari perhiasan-perhiasan mewah yang dikenakannya.
Baru kali ini Haiden benar-benar terpesona melihat seorang gadis. Gadis yang belum pernah dilihatnya selama dia kuliah.
Wajar Haiden tidak pernah melihatnya, sebab Gadis cantik tersebut adalah mahasiswi baru di kampus nya. Dia pindahan dari Universitas Negeri yang ada di Jakarta.
Mahasiswi cantik yang baru saja pindah itu berbeda fakultas dengan Haiden. Haiden mahasiswa fakultas hukum, sedangkan mahasiswi cantik itu berada di fakultas kedokteran.
Sejak saat itu Haiden sering mencuri-curi pandang bila melihat mahasiswa cantik itu disekitar kampus. Sebenarnya mahasiswi cantik itu menyadari bahwa Haiden sering memperhatikannya, namun ia berpura-pura tidak tahu.
Seringnya Haiden mencuri-curi pandang kepada mahasiswi cantik itu, sahabat-sahabat Haiden pun mencurigai bahwa Haiden tengah jatuh hati. Tapi Haiden tidak pernah mau mengaku bahwa ia tengah jatuh hati, setiap ditanya oleh sahabat-sahabatnya.
Suherman pernah mengatakan kepada Haiden "Kalau naksir, kejar bro".
Ucapan Suherman itu disampaikannya langsung kepada Haiden ketika dia melihat Haiden kedapatan sedang mencuri-curi pandang si mahasiswi cantik itu.
Mendengar ucapan Suherman saat itu, Haiden mencoba berpura-pura cuek dan berkata "Apaan sih. Siapa naksir siapa coba".
Melihat sikap Haden serta mendengar ucapannya, Suherman tertawa kemudian berkata "Eleh eleh, Den Den. Kita kenal bukan sehari dua hari Den".
Disaat Suherman tengah asyik menggoda Haiden, Mardan dan marwan terlihat sedang berjalan menghampiri mereka berdua. Mardan duduk disebelah Haiden, sedangkan Marwan duduk disebelah Suherman.
"Asyik kali ngobrol kalian kulihat. Apa cerita rupanya, sampai kekeh kali ketawa kau kulihat tadi Man?" Kata Mardan bertanya pada Suherman.
"Sini ku bisikkan bro" Kata Suherman kepada Mardan sembari bangkit dari duduknya kemudian mendekat mulutnya ke telinga Mardan.
"Kayanya Haiden lagi jatuh cinta bro" Bisik Suherman ditelinga Mardan.
"Serius kau bro. Sama siapa?" Tanya Mardan kepada Suherman.
Meski berbisik, tapi Haiden masih bisa mendengar ucapan Suherman kepada Mardan tadi. Setelah mendengar Mardan bertanya pada Suherman, Haiden berusaha untuk menyanggah ucapan Suherman kepada Mardan.
"Jangan kau dengar kali omongan Suherman itu bro. Ga ada itu" Kata Haiden kepada Mardan.
Tapi Suherman tidak memperdulikan sanggahan Haiden itu. Suherman tetap menjawab pertanyaan Mardan kepadanya.
"Itu tu" Kata Suherman kepada Mardan sambil menunjuk mahasiswi cantik pindahan itu.
Sesuai petunjuk Suherman, Mardan melihat sosok mahasiswa cantik yang di maksud Suherman. mahasiswa cantik itu terlihat sedang asyik ngobrol dengan dua orang mahasiswi.
Mahasiswa cantik itu menyadari bahwa ia sedang diperhatikan, namun tetap berpura-pura tidak tahu. Mardan juga terpesona melihat kecantikan mahasiswi itu dan berkata "Cantik kali Den. Kau kejarlah bro".
"Apaan sih. Kau dengar pula omongan Suherman" Jawab Haiden dengan nada Sewot untuk menutupi kebenaran bahwa dia memang sedang jatuh hati.
Disela obrolan antara Mardan, Suherman, Marwan dan Haiden, terlihat Melani yang baru saja keluar dari kelasnya berjalan mendekati mereka berempat. Setelah duduk ditengah keempat sahabat-sahabatnya itu melani bertanya kepada mereka "Wanti belum keluar dari kelas?".
"Belum kayanya" Jawab Suherman sembari menggelengkan kepalanya.
Melani tidak membalas jawaban Suherman. Pandangannya dialihkan ke Haiden lalu bertanya pada Haiden "Kau ngelihatin siapa sih Den? Serius kali".
"Ga ada ah" Jawab Haiden sembari mengalihkan perhatiannya.
"Dia lagi ngelihatin cewek itu. anak fakultas kedokteran" kata Suherman kepada Melani.
Mendengar ucapan Suherman, melani kembali menatap Haden dan bertanya padanya "Betul nya yang dibilang Suherman Den?"
"Enggak ah" Jawab Haiden saat bertatapan dengan Melani.
Tiba-tiba Mardan menepuk bahu Haiden dan berkata "Kalau kau suka, utarakan Den. Itupun bukan kau utarakan kepada kami, tapi kepada cewek itu. Kami pasti bantu kok".
Haiden diam saja mendengar ucapan Mardan. Dia memang menyukai mahasiswi cantik itu, tapi dia tidak punya kepercayaan diri untuk mendekatinya. Sekampus mengenalnya sebagai si Culun, bisa jadi mahasiswi cantik itu menilainya si culun juga, pikir Haiden.
Hari pun berlalu. Setelah beberapa minggu, karena dorongan sahabat-sahabatnya Haiden akhirnya memberanikan diri untuk berkenalan dengan mahasiswi cantik pindahan itu.
Kala itu mahasiswa cantik yang ditaksir oleh Haiden itu sedang asyik ngobrol dengan dua orang temannya di dalam kantin kampus. Haiden kelihatan gugup berjalan mendekati mahasiswi cantik tersebut didampingi oleh Mardan.
Sedangkan Suherman, Marwan, Melani dan Wanti hanya memperhatikan dari meja lain didalam kantin. suasana sangat menegangkan saat itu bagi Haiden dan sahabat-sahabatnya.
Setelah dekat, Haiden dengan perasaan gugup langsung menyapa mahasiswi cantik itu "Hai, boleh kami bergabung?"
Mahasiswi cantik itu dengan kedua temannya serentak menatap Haiden dan Mardan. Salah seorang teman mahasiswi cantik itu berkata "Mau ngapain Culun?".
Mendengar ucapan yang tidak enak didengar dari teman mahasiswi cantik itu Mardan spontan berkata "Woiii...! Jaga mulut kau itu ya".
"Untung kau perempuan. kalau laki-laki sudah ku pijak-pijak kau". Kata Mardan lagi.
Sontak teman mahasiswi cantik itu terdiam mendengar bentakan Mardan. Haiden juga terlihat terkejut mendengar bentakan yang dilontarkan oleh Mardan kepada teman mahasiswi cantik itu.
Suasana menjadi hening sejenak. Dan beberapa saat kemudian, teman mahasiswi cantik yang satunya lagi buka mulut dan berkata "Maaf ya. Kami ga kenal dan tidak perlu kenal kalian berdua".
"Model orang seperti kalian ini tidak layak bergabung dengan kami. Coba kalian ngaca dulu biar tahu diri, layak atau tidak gabung dengan kami" Kata teman mahasiswi cantik itu lagi.
Hampir saja tangan Mardan menampar teman mahasiswi cantik itu secara spontan setelah mendengar hinaan yang penuh dengan kesombongan itu. Untung saja Haiden sempat menahan tindakan Mardan dan langsung menarik tangan Mardan lalu pergi meninggalkan mahasiswa cantik itu dengan kedua temannya.
Marwan, Suherman, wanti dan melani sampai berdiri melihat pemandangan yang sangat tidak enak dipandang itu. Hati Haiden pun hancur seketika.
Sejak saat itu kepercayaan diri Haiden semakin kecil untuk urusan cinta. Namun hal tersebut tidak mengurangi Fokusnya dalam menimba ilmu.
Haiden tetap rajin belajar dan kepintarannya membuat para Dosen kagum. Mardan, Marwan, Suherman, Melani dan Wanti pun tidak pernah mengungkit ungkit lagi urusan perasaan cintanya terhadap mahasiswi cantik pindahan itu, yang belakangan diketahui bernama Winda.
Haiden tidak pernah lagi melirik ke Winda meski terkadang sekilas terlihat olehnya disekitar kampus. Sahabat-sahabat Haiden pun berhenti menggoda dan menyemangati Haiden untuk mendekati Winda.
Beberapa bulan dari kejadian yang membuat Haiden semakin kecil hati itu, saat Haiden sedang menunggu angkutan umum di Halte yang berada tepat didepan kampus, tiba-tiba ada mobil mewah yang berhenti dihadapannya. Pintu tengah mobil itu terbuka, kemudian tampak tiga pria berbadan kekar turun dari mobil itu.
Ketiga pria kekar itu langsung menyapa Haiden dengan ramah "Maaf, Kamu bernama Haiden?".
Dengan sedikit gugup Haiden menjawab "Benar. Ada apa, dan kalian siapa bang?".
"Begini. Kami diperintahkan Boss kami untuk menjemput tuan muda Haiden" Kata salah seorang dari tiga pria kekar itu.
Haiden mengernyitkan dahinya lalu bertanya kepada tiga pria kekar itu "Menjemput aku?"
"Siapa yang menyuruh kalian menjemput aku? Mengapa kalian memanggil ku tuan muda?". Tanya Haiden lagi.
"Tuan muda tidak akan pernah mendapatkan jawaban kalau tuan muda tidak mau ikut dengan kami" Jawab salah seorang dari ketiga pria kekar itu.
Mendengar ucapan yang tidak jelas baginya, tentu saja Haiden menolak untuk menuruti ajakan ketiga pria kekar itu dengan berkata "Ga mungkin aku mau ikut kalian. Aku tidak mengenal kalian sama sekali".
Mendengar penolakan langsung dari mulut Haiden, dua pria diantara tiga pria kekar itu tiba-tiba bergerak menyergap Haiden dengan sigap. Dan pria kekar yang satunya lagi bergerak cepat membuka pintu mobil agar kedua temannya bisa segera memasukkan Haiden kedalam mobil.
Haiden sempat berteriak minta tolong sebelum mulutnya ditutup dengan tangan salah seorang dari tiga pria kekar itu. Suara minta tolong Haiden itu mengundang perhatian banyak orang yang berada di sekitar kampus.
Setelah mobil melaju, tiga orang mahasiswi yang ada di Halte itu berteriak "Haiden di culik....!".
Mahasiswa/i yang mendengar teriakan ketiga mahasiswi itu berlarian keluar dari halaman kampus untuk melihat apa yang telah terjadi. Mardan juga mendengar teriakan ketiga mahasiswi itu, sehingga Mardan juga berlari keluar kampus.
Saat di gerbang kampus, Mardan bertemu dengan Melani yang baru saja keluar dari dalam mobil taksi online. Melani bertanya pada Mardan "Ada apa Dan?"
"Aku juga belum tahu" Jawab Mardan.
Tiga orang mahasiswi yang berteriak tadi kini sudah dikerumuni orang-orang yang ingin mengetahui sebab mereka teriak. Mardan menerobos kerumunan itu, di ikuti oleh Melani.
Ternyata Melani dan Mardan mengenal ketiga orang mahasiswi yang berteriak tadi. Meraka bertiga se_fakultas dengan Melani, namun beda kelas.
Nama masing-masing dari ketiga mahasiswi itu adalah Dewi, Irma dan Yanti. Mardan menatap Irma dan bertanya padanya "Ada apa ma?".
Irma juga menatap Mardan dan menjawab "Haiden di culik".
"Apa..? Siapa yang menculik Haiden?" Tanya Mardan kepada Irma.
"Aku juga ga tahu. Tadi aku lihat si Haiden berdiri didepan kami, sambil ngobrol dengan tiga orang tegap-tegap badannya. E..! tiba-tiba ketiga orang itu menyergap Haiden dan memasukkan Haiden kedalam mobil mereka. Haiden sempat teriak minta tolong tadi". Jawab Irma menjelaskan kejadian yang dilihatnya tadi.
Setelah mendengar penjelasan Irma, Mardan langsung mengajak Melani, Irma, Dewi dan Yanti ke Biro Dekan untuk melaporkan kejadian yang menimpa Haiden barusan. Mereka berlima terlihat berjalan terburu-buru menuju Biro Dekan.
Di dalam mobil, Haiden diperlakukan dengan baik oleh ketiga pria kekar itu. Dalam hati Haiden terus bertanya-tanya "Siapa aku dan siapa yang ingin bertemu denganku sebenarnya?".
Sepanjang jalan Haiden hanya terdiam dan berharap segera tiba ditujuan agar rasa penasarannya segera terjawab. Selama di perjalanan, rasa penasaran itu terus menyelimuti perasaan dan pikiran Haiden.
Beberapa saat kemudian, Mobil yang membawa Haiden itu tampak berbelok masuk menuju ke sebuah Hotel yang bernama Hotel Admadja Residance. Satpam Hotel tidak menghentikan mobil yang membawa Haiden itu karena ia mengenali mobil tersebut.
Mobil pengunjung pasti akan diberhentikan oleh satpam untuk diperiksa sebelum masuk ke parkiran Hotel. Setelah mobil diparkirkan, Haiden keluar dari dalam mobil, kemudian berjalan kearah pintu masuk Hotel di kawal oleh keempat pria kekar itu layaknya Boss besar.
Di dalam gedung Hotel, mereka langsung menaiki Lift untuk naik ke lantai empat. Tiba dilantai empat, Haiden langsung dibawa ke kamar Boss ke empat pria kekar itu.
Di dalam Kamar Haiden menatap seorang pria yang tampak sudah tua, namun masih terlihat bugar sedang duduk di Sofa. Penampilannya necis, layaknya seorang yang kaya raya.
Saat menghadap pria tua itu, keempat pria kekar itu langsung berkata "Kami membawa tuan muda dengan keadaan baik-baik saja tuan besar".
Setelah memberi laporan kepada Bossnya, keempat pria kekar itu langsung meninggalkan Haiden dan pria tua itu berdua saja didalam kamar itu. Saat pitu kamar sudah tertutup kembali, Pria tua yang disebut tuan besar oleh keempat pria kekar itu tersenyum kepada Haiden lalu berdiri dari duduknya.
Tuan besar itu menatap wajah Haiden, kemudian memeluk Haiden sembari berkata "Peluk kakek cucuku".
Dalam pelukan tuan besar itu Haiden tampak mengernyitkan dahinya lalu bertanya pada tuan besar "Kakek?".
Mendengar ucapan Haiden, tuan besar perlahan melepas pelukannya dan menatap wajah Haiden. Sambil meneteskan air mata, tuan besar berkata "iya cucuku. Aku kakek mu".
Mendengar ucapan tuan besar itu Haiden mengernyitkan dahinya dan berkata "Tidak mungkin. kedua Kakekku sudah lama meninggal. Bahkan kakek dari ayahku sudah meninggal sebelum aku lahir".
Tuan besar tampak menutup matanya dan menarik nafas cukup dalam setelah mendengar ucapan Haiden itu. Usai melepas nafasnya, tuan besar itu membuka matanya perlahan dan berkata "Ayahmu bernama Bandi. Bandi Admadja. Dan aku adalah Ayah dari Bandi Admadja cucuku".
Setelah mendengar penjelasan tuan besar, Haiden kembali mengernyitkan dahinya lalu berkata "Ayahku memang bernama Bandi. Tapi ayahku pernah mengatakan bahwa kakek ku sudah meninggal sebelum aku lahir".
Tuan besar tersenyum mendengar ucapan Haiden yang masih tidak percaya bahwa dirinya adalah kakek kandung Haiden. Kemudian tuan besar kembali berkata "Itu karena Ayahmu membenci kakek".
"Membenci kenapa?" tanya Haiden setelah mendengar ucapan dari orang yang mengaku kakeknya itu.
"Karena kakek menikah lagi. Ayahmu tidak terima kakek menduakan nenekmu, meskipun sebenarnya nenekmu menerima kakek menikah lagi" Kata tuan besar mencoba untuk menjelaskan kepada Haiden.
Haiden hanya diam menunggu penjelasan berikutnya. Mata Haiden tak berkedip menatap wajah tuan besar.
Setelah berhenti berbicara sejenak, tuan besar kembali berkata "Saat pernikahan kedua kekek berlangsung, ayahmu tidak tahu. Sebab ayahmu masih kuliah di Amerika. Tidak lama dari pernikahan kedua kakek itu, nenekmu meninggal dunia karena serangan jantung".
Haiden masih tetap diam fokus mendengarkan penjelasan tuan besar. Dalam hatinya belum bisa mempercayai bahwa orang yang disebut tuan besar yang ada dihadapan nya saat ini benar-benar kakeknya.
"Ayahmu pulang ke Jakarta setelah mendapat kabar nenekmu meninggal dunia. Di Jakarta ayahmu baru tahu kakek sudah menikah lagi, dan mengira nenekmu meninggal kena serangan jantung itu karena kakek menikah lagi".
Tuan besar menghentikan penjelasannya sambil berjalan kearah jendela kamar membelakangi Haiden. Dilihatnya awan dilangit yang tampak cerah pada saat itu, kemudian kembali berbicara " Itu sebabnya ayahmu sangat membenci kakek dan memilih untuk meninggalkan rumah. Dia tidak pernah mau mendengar alasan kakek.
Semenjak ayahmu meninggalkan rumah hingga dia meninggal dunia, ayahmu tidak pernah mau menemui kakek. Kakek pernah mencoba menawarkan bantuan melalui pengawal kakek pun di tolaknya".
Haiden yang masih berdiri ditempatnya bertanya pada tuan besar "Apa bukti yang bisa membuat saya harus percaya bahwa anda adalah kakek saya?".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!