"Sebentar ya Woi. Aku jumpai papi ku dulu" Kata Melani kepada Sahabat-sahabatnya.
"Dimana papimu?" tanya Wanti pada Melani.
"Itu" Jawab Melani sambil menunjuk papinya yang sedang duduk bersama beberapa koleganya.
Kemudian Melani berjalan menuju ayahnya meninggalkan sahabat-sahabatnya. Setelah mendekat Melani mengajak ayahnya menemui Haiden yang sedang duduk bersama tuan besar dengan beberapa orang koleganya.
Sesampainya dimeja Haiden, Melani menyapa Haiden dan berkata "Haiden, perkenalkan ini papi ku".
Haiden tersenyum sambil bangkit dari tempat duduk langsung menyalami papi Melani dan berkata "Apa kabar om? Saya Hiden".
Belum sempat papi Melani berkata tiba-tiba tuan besar berkata dari tempat duduknya "Hai Handoko. Apa kabar?".
Mendengar ucapan tuan besar papi Melani melepaskan jabatan tangan Haiden, kemudian ia sedikit membungkuk menghadapi tuan besar dan berkata "baik tuan besar" kepada tuan besar.
Kemudian tuan besar memanggil pelayan dan meminta pelayan itu untuk menyiapkan meja dan kursi kosong. Menunggu meja dan kursi disiapkan pelayan tadi tuan besar berdiri berhadapan dengan papi Melani dan berkata "tunggu sebentar ya Han".
"Siap tuan besar" Jawab papi Melani.
Usai pelayan menyiapkan meja dan kursi yang dimintanya, tuan besar pamit untuk pindah meja kepada beberapa orang koleganya. Kemudian tuan besar mengajak Haiden dan Melani bersama papinya untuk duduk di kursi yang telah disediakan pelayan tadi.
Haiden, Melani dan Papi Melani pun menuruti permintaan tuan besar untuk duduk bersamanya. Haiden duduk disebelah kakeknya dan melani duduk disebelah ayahnya.
Setelah papi Melani duduk di sampingnya, tuan besar menoleh ke Haiden dan berkata "Haiden. Handoko ini salah satu rekan bisnis kakek yang cukup cerdas. Sehingga beberapa perusahaannya maju pesat".
Haiden tersenyum dan hanya mengangguk anggukan kepalanya.
"Tuan besar bisa saja. Tanpa tuan besar saya tidak akan mungkin bisa seperti sekarang ini" Kata papi Melani membalas ucapan tuan besar.
Tuan besar tertawa lalu berkata "Sekeras apapun saya membatu seseorang kalau orang itu tidak memiliki kemauan untuk maju dia tidak akan pernah pernah bisa maju. Sebab kemauan akan membentuk kemampuan dalam hal apapun yang mau dia capai".
Haiden tampak menyimak ucapan kakeknya itu dengan serius. Mata Haiden memancarkan tatapan kagum kepada kakeknya.
"Kamu adalah orang yang memiliki kemauan. Makanya kamu bisa maju Handoko" Kata tuan besar lagi kepada Handoko.
"Siap. Terima kasih atas segalanya tuan besar" Jawab papi Melani atas ucapan tuan besar.
"Ngomong-ngomong siapa gadis cantik ini Han?" Tanya tuan besar kepada papi Melani sembari menatap melani.
"Oh iya. Perkenalkan tuan besar. Dia putri tunggal saya" Kata Handoko memperkenalkan Melani.
Melani yang duduk di samping papinya berdiri dan menyalami tuan besar sembari berkata "Saya Melani tuan besar", dan kemudian ia duduk kembali di kursi nya.
"Kebetulan kata putri saya ini, tuan muda dan dia bersahabat sejak awal kuliah dikampus mereka tuan besar" Kata papi Melani kepada tuan besar.
"Benar cucuku?" Tanya tuan besar kepada Haiden setelah mendengar ucapan papi Melani.
"Benar kek" Kata Haiden membenarkan ucapan papi Melani.
Tuan besar tampak menganggukkan kepalanya lalu berkata "Kalau menurut saya, putrimu ini tidak cocok menjadi sahabat cucu saya Handoko"
Tentu saja Haiden, Melani dan papinya terkejut terkejut mendengar ucapan tuan besar barusan. Wajah papi Melani tampak pucat dan berkata "Ma.. ma.. mafkan atas kelancangan putri saya tuan besar" dengan terbatah batah.
Haiden juga bereaksi ats ucapan kakeknya itu dan berkata "Apa-apaan ini kek?"
Tuan besar tertawa melihat reaksi Haiden, Melani dan papinya atas ucapannya tadi dan berkata "Kalian ini lucu sekali", kemudian tertawa lagi.
"Saya belum selesai bicara sudah kalian potong" Kata tuan besar kepada papi Melani dan Haiden.
"Putri mu ini cantik sekali Handoko. Dia ga cocok jadi sahabat cucuku. dia lebih cocok jadi cucu mantuku" Kata tuan besar lagi dan bertanya "Bagai mana menurut mu Han" kepada papi Melani.
Mendengar ucapan tuan besar, papi melani tersenyum dengan hati senang dan berkata "Kalau saya sih setuju-setuju saja tuan besar. Tapi apakah tuan muda mau?"
Wajah Melani tampak memerah tersipu malu, terdiam tidak dapat berkata apa-apa. Sesekali diam-diam Melani melirik Haiden.
Mendengar pembicaraan antara kakeknya dan papi Melani Haiden berkata "Kakek ini ada saja becanda nya".
Tuan besar tersenyum mendengar ucapan Haiden lalu berkata "Tapi kamu suka kan dengan Melani?" kepada Haiden.
Melihat Haiden tak menjawab, tuan besar berkata lagi "Kalau kamu tidak suka ga mungkin wajahmu memerah gitu cucuku" kepada haiden, kemudian tuan besar tertawa.
Sementara itu di meja lain Mardan berkata "Seru kali tawa kakek Haiden. Kira-kira mereka bahas apaan ya?".
"Ya ga tahulah. mungkin bahas bisnis baru kali. Papi Melani kan rekan bisnis kakek Haiden" Jawab Wanti.
Sejak acara perkenalan pewaris tunggal Admadja Grup Nama Haiden menjadi tidak asing lagi di Dunia Bisnis. Kemanapun Haiden pergi pasti dikawal oleh puluhan pengawal melalui jarak jauh.
Bahkan ke kampusnya pun Haiden juga di kawal. Para pengawalnya memantau dari luar kampus yang tidak jauh dari area kampus.
Para pengawal Haiden itu tidak memakai pakaian Formil, sehingga tidak ada yang mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang mengawal Haiden selain Haiden dan sahabat-sahabatnya.
Lambat laun mahasiswa-mahasiswa mulai mengetahui bahwa pria tampan yang membawa mobil paling mewah diantara mahasiswa lainnya yang selalu membawa mobil ke kampus itu adalah Haiden, yang selami ini terkenal sebagai mahasiswa terculun di kampus itu.
Kini Haiden menjadi idola bagi mahasiswi kampus karena ketampanannya dan juga karena Haiden kini terlihat sebagai seorang pemuda kaya raya. Tapi masiswa/i di kampus itu belum mengetahui bahwa Haiden kini lebih kaya dari apa yang mereka bayangkan.
Sebenarnya Haiden tidak ingin memperlihatkan kekayaannya. Dia ingin terlihat biasa-biasa saja kemanapun ia berada termasuk di kampus nya.
Tapi dia harus sadar diri dengan keadaannya saat ini. Sebagai pewaris tunggal dari perusahaan raksasa di luar dan dalam Negeri Haiden harus menjalani hidup seperti sekarang ini.
Nama besar kakek dan perusahaan yang akan berada dalam tanggung jawab penuh dirinya menuntut Haiden untuk bersikap Dewasa sebelum waktunya. Sebab tanggung jawab besar ini harus nya berada pada ayahnya.
Di area kampus tampak Haiden sedang berjalan berdua dengan Melani memasuki kantin kampus. baru saja Haiden dan Melani melewati pintu kantin tiba-tiba Winda mahasiswi cantik yang pernah ditaksir Haiden menyapa "Hai Haide. Apa kabar?".
"Baik" Jawab Haiden sambil berlalu begitu saja melewati Winda bersama Melani.
Wajah Winda tampek memerah karena rasa jengkel dan juga malu yang menjadi satu karena respon cuek dari Haiden saat ia menyapa. Haiden memang berubah, tapi dia tidak amnesia.
Haiden masih ingat betul dengan kejadian dimasa lalu. memang Winda tidak ikut menghina, tapi dia tidak mencegah sama sekali ketika teman-temannya menghina Haiden.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Lanjuuuutt Thor 😝😎💪👍🙏
2023-12-26
3
Eros Hariyadi
Haiden bertemu dengan Winda, mahasiswi kedokteran yang ditaksirnya duluuu...namun sekarang gilirannya Winda menyapanya, Haiden menjawabnya dengan cuek...😝😄💪👍👍👍
2023-12-26
1
Abanx Barkah Panglima Tempur
Thor masukan Poto Haiden Nya thor
2023-05-18
2