Haiden mengetuk pintu ruang kerja Rektor beberapa kali. Mendengar suara ketukan pintu, Rektor menoleh melihat Monitor CCTV yang berada diatas mejanya.
Dalam Monitor CCTV itu Rektor melihat Haiden dan Melani sedang berdiri didepan pintu ruangannya. Mengetahui Hiden yang berada di depan pintu ruang kerjanya sang Rektor langsung bangkit dari tempat duduk dibalik meja kerjanya untuk membukakan pintu.
"Selamat datang tuan muda Haiden. Silahkan msuk" Kata Rektor kepada Haiden yang masih berada diluar ruangan.
Haiden dan Melani tersenyum ketika melihat Rektor yang terlihat setelah membukakan pintunya. Setelah dipersilahkan masuk Haiden dan Melani pun masuk kedalam ruangan dan langsung duduk di Sofa tamu dalam ruang kerja Rektor itu.
Setelah duduk Rektor bertanya pada Haiden "Mau minum apa tuan muda Haiden?" dengan sangat ramah.
Haiden tersenyum dan menjawab "Tidak usah repot-repot pak".
Rektor tertawa ringan mendengar jawaban Haiden lalu berkata "Ga ada yang repot buat tuan muda Haiden. Kopi tuan muda?"
"Bolehlah kalau bapak maksa" Kata Haiden bercanda.
Mendengar candaan Haiden, Rektor tertawa. Melani juga terlihat tertawa ringan.
"Kamu kopi juga?" Tanya Rektor kepada Melani.
Melani tersenyum dan menjawab "Bolehlah pak".
Kemudian Rektor mengeluarkan Handphone nya dan menelpon seseorang. Dia meminta seseorang yang di telepon nya itu untuk membuatkan Kopi sebanyak tiga gelas.
"Ada apa ya saya bapak panggil kesini?" Tanya Haiden kepada Rektor setelah melihat rektor tersebut selesai berbicara melalui Handphone nya.
"Begini tuan muda Haiden. Saya sudah membaca berita di Media Sosial tentang Mardan yang ditikam orang. Saya ingin tahu kelanjutan kasusnya dan bagaimana keadaan Mardan saat ini. Karena saya baca di berita, tuan Haiden dan Wanti ada ditempat kejadian" Kata Rektor setelah mendengar pertanyaan Haiden.
Haiden tersenyum dan berkata "Sebelum nya saya mohon bapak jangan panggil saya tuan muda. panggil saja saya Haiden sama seperti mahasiswa dan mahasiswi lainnya".
"Saya tidak boleh berbicara dengan tidak sopan dengan tuan muda. Selain seorang Rektor saya juga memiliki perusahaan yang bergantung dengan tuan besar dan sekarang otomatis juga bergantung pada tuan muda" Kata Rektor membalas ucapan Haiden.
Haiden tampak mengernyitkan dahinya. Dia baru tahu kalau Rektornya memiliki perusahaan yang bergantung pada kakeknya selama ini.
"Bisnis adalah bisnis pak. Selama jalinan kerjasama perusahaan bapak dengan perusahaan saya berjalan dengan baik maka perusahaan bapak akan baik-baik saja" Kata Haiden.
"Hubungan bapak sebagai Rektor dengan saya sebagai mahasiswa bapak tidak boleh rusak hanya gara-gara bisnis. Di kampus ini bapak adalah orang tua saya, dan saya adalah salah seorang anak bapak. Apakah saya harus memperlakukan orang tua saya seakan akan derajatnya lebih rendah dari saya hanya karena bisnis?" Kata Haiden lagi dengan bijak.
Perasaan malu dan harus menjadi satu menyelimuti hati Rektor itu ketika mendengar ucapan Haiden. Hari ini dia baru sadar bahwa dia sendiri yang telah merendahkan posisinya sebagai Rektor dihadapan mahasiswa/i nya hanya karena bisnis.
"Baiklah Haiden. Maaf kan saya kalau begitu" Kata Rektor membalas ucapan Haiden yang dirasanya sangat bijak itu.
Melani menatap wajah Haiden dengan penuh perasaan bangga kepadanya setelah mendengar ucapannya kepada Rektor mereka. Melani tidak menyangka Haiden benar-benar sudah berubah baik Fisik maupun Mentalnya.
"Bapak tidak perlu meminta maaf" Kata Haiden kepada Rektor sembari tersenyum.
"Nah.. Soal kasus Mardan sekarang sedang ditangani pihak kepolisian. Mardan sendiri masih dalam keadaan koma. ini yang menjadi hambatan pihak kepolisian untuk mengusut tuntas masalah ini sebelum dibawa ke pengadilan pak "Kata Haiden lagi menjelaskan masalah yang menimpa Mardan.
Rektor mengangguk menandakan dia memahami penjelasan Haiden. Baru saja Rektor akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Sebentar ya Den" Kata Rektor kepada Haiden sembari bangkit dari duduknya menuju meja kerjanya untuk melihat monitor CCTV nya. Ternyata yang pintu adalah orang disuruhnya membuat Kopi.
Mengetahui Kopi yang dipesannya sudah datang, Rektor pun langsung berjalan kearah pintu untuk membuka pintu ruang kerjanya tersebut. Setelah pintu di buka, orang yang membawa Kopi itu langsung masuk dan meletakkan Kopi itu diatas meja tamu.
Setelah meletakkan kopi, orang yang membawakan kopi pesanan Rektor itu langsung keluar lagi dari ruangan. Rektor kembali duduk dihadapan Haiden setelah menutup pintu ruangannya.
"Silahkan di minum" Kata Rektor kepada Haiden dan Melani setelah ia duduk.
Haiden dan Melani pun langsung mengangkat kopinya masing-masing dari atas meja dan meminumnya. Rektor juga melakukan hal yang sama setelah melihat Haiden dan Melani meminum kopinya.
Setelah melihat Rektor meletakkan kembali kopinya di atas meja, Haiden berkata "Masih ada lagi yang perlu saya jelaskan pak?
Kalau tidak ada saya mohon pamit, karena masih ada kuliah lima menit lagi ni".
"Saya rasa cukup" Jawab Rektor.
Setelah itu Haiden dan Melani pun keluar dari ruang kerja Rektor langsung menuju kelasnya. Haiden dan Melani berpisah ketika sudah keluar dari gedung biro Rektorat.
Melani juga langsung berjalan menuju kelasnya yang berbeda gedung dengan kelas Haiden. Gedung Fakultas Melani berbeda dengan gedung Fakultas Haiden, meski masih dalam satu area kampus.
Di Rumah Sakit Amir Hamzah, Suherman dan Marwan masih setia menunggu kabar kondisi kesehatan Mardan dari Dokter atau pun Perawat di Rumah Sakit itu. Saat mereka berdua asyik ngobrol dituang tunggu, tampak Wanti memasuki ruang tunggu dan langsung bergabung dengan mereka berdua.
"Bagaimana Wan. Ada kabar perkembangan kondisi Mardan? Tanya Melani kepada Marwan setelah ia duduk disebelah Marwan.
"Belum ada ti" Jawab Marwan.
Wanti tidak berkata-kata lagi mendengar jawaban Marwan.
"Papa Mama Mardan belum ada menghubungi kau lagi ti?" Tanya Suherman kepada Wanti.
Wanti menoleh menatap Suherman dan berkata "Belum. Mungkin masih di pesawat Man" menjawab pertanyaan Suherman.
Baru saja Wanti menjawab pertanyaan Suherman tiba-tiba ada perasaan yang keluar dari ruang UGD dan berkata "Keluarga pak Mardan ada?".
Mendengar suara perawat itu, Wanti spontan bangkit dari tempat duduknya dan berkata "Ada Sus" sembari berjalan cepat kearah perawat itu.
Suherman dan Marwan juga mengikuti langkah Wanti untuk menemui perawat itu. Sesampainya dihadapan perawat itu, Melani bertanya "Bagaimana keadaan Mardan Sus?".
"Ibu siapanya pak Mardan?" Tanya perawat itu kepada Wanti.
"Saya pacarnya Sus" Jawab Wanti dengan jujur.
"Orang tuanya atau adik dan kakaknya ada?" kata perawat itu kembali bertanya pada Wanti.
"Adik atau kakaknya memang ga ada. Kalau orang tuanya mungkin dalam perjalanan dari Surabaya kesini Sus" Jawab Wanti lagi.
"Pak Mardan sudah siuman. tapi dalam peraturan Rumah Sakit Ini hanya keluarga pasien yang boleh menjenguknya selama pak Mardan masih di UGD. Ibu boleh menjenguknya nanti setelah pak Mardan pindah kamar" Kata perawat itu menjelaskan.
"Pak Mardan akan di pindahkan nanti setelah orang tuanya tiba dirumah sakit ini ya bu" Kata perawat itu lagi menutup penjelasannya.
"Baiklah kalau begitu Sus. Terima kasih untuk informasinya ya" Kata Wanti dengan perasaan gembira kepada perawat itu.
Meskipun dia belum bisa melihat Mardan tapi Wanti sangat bahagia mendengar kabar Mardan sudah siuman. Demikian pula dengan Suherman dan Marwan yang juga mendengar langsung dari perawat bahwa Mardan sudah siuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Lanjuuuutt Thor 😝😎💪👍❤️
2023-12-28
2
Eros Hariyadi
Alhamdulillah.... Mardan sudah tersadar dari komanya...😄😝💪👍👍👍
2023-12-28
1
ketombee
💪
2022-08-17
4