Terlihat mobil yang di tumpangi Haiden bersama dua mobil pengawal memasuki salah satu rumah di dalam kawasan perumahan mewah disalah satu perumahan elit di kota Medan. Di dalam mobil Haiden terlihat terperangah melihat rumah mewah yang ada dihadapannya itu.
Setelah mobil terparkir, salah seorang satpam berlari kecil menghampiri mobil yang ditumpangi Haiden dari post satpam rumah itu. Dia membukakan pintu mobil untuk tuan besar.
Setelah pintu mobil terbuka tampak dua orang pengawal keluar terlebih dahulu dari sebelah kanan dan kiri pintu mobil, disusul Haiden dan kakeknya. Satpam yang membukakan pintu tadi sedikit membungkuk kepada tuan besar dan berkata "Salam tuan besar".
Tuan besar hanya mengangguk dan berlalu berjalan menuju pintu masuk rumah bersama Haiden di sampingnya. Sementara Haiden yang berada di samping tuan besar masih diliputi rasa tak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini.
Apa yang dialaminya saat ini bagaikan mimpi indah didalam tidurnya. Ini terlalu indah untuk sebuah sebuah kenyataan dalam perasaan Haiden.
Sesampainya didalam rumah, muncul tiga orang wanita menyambut tuan besar dengan sangat hormat. mereka adalah asisten rumah tangga di rumah tersebut.
Meskipun tuan besar tidak menempati rumah tersebut, tapi rumah tersebut sangat terawat karena ada orang-orang yang merawatnya. Penjaga juga tetap ada selayaknya rumah yang ditempati oleh pemilik nya.
Tuan besar memperkenalkan Haiden sebagai cucunya kepada ketiga asisten rumah tangga itu, dan saat itu pula mereka serentak berkata "Selamat datang tuan muda" kepada Haiden.
Haiden yang masih terlihat canggung itu hanya mengangguk meniru kakeknya, saat disapa dengan sebutan tuan besar oleh orang lain yang dilihatnya selama dia bersama kakeknya itu. Selanjutnya Haiden dipersilahkan duduk di Sofa yang berada di ruang tamu.
"Ini rumah kakek?" Tanya Haiden sembari duduk di Sofa".
Tuan besar tersenyum dan menjawab "Iya ini rumah kakek. Rumahmu juga. Rumah kita".
Setelah menjawab pertanyaan Haiden tuan besar memanggil salah seorang asisten rumah tangganya. Dia memerintahkan asisten rumah tangga itu untuk segera mempersiapkan makanan.
Usai memerintahkan asisten rumah tangga itu, tuan besar mengajak Haiden untuk melihat sekeliling rumah.
Rumah mewah yang sangat luas itu berlantai tiga. foto kakek, nenek dan ayahnya terpampang di dinding ruang tamu dan dibeberapa ruangan lainnya.
Tuan besar memperkenalkan fungsi dari setiap ruang yang ada didalam rumah itu, mulai dari lantai dasar hingga lantai yang paling atas. Atap rumah itu terdapat kolam renang yang dihiasi dengan taman disekitarnya.
Terdapat Joglo untuk tempat bersantai juga di sana. Tuan besar masuk kedalam Joglo tersebut, dan Haiden mengikuti nya masuk kedalam Joglo yang telihat sangat indah dan mewah itu.
"Ayo duduk. Kita nyantai dulu disini menunggu makanan kita siap untuk disantap" Kata tuan besar kepada cucunya itu, sembari tersenyum.
Haiden menuruti kata kakeknya tanpa berkata. Haiden duduk berhadapan dengan tuan besar lalu bertanya "Jadi kita akan tinggal disini kek?".
"Iya" Jawab tuan besar dan balik bertanya kepada Haiden "Kamu tidak suka?".
Haiden tersenyum dan menjawab "Mana mungkin Haiden tidak suka kek. Cuma....".
"Cuma apa cucuku?" Tanya tuan besar lagi kepada Haiden".
"Cuma, Haiden masih tidak percaya kek" Jawab Haiden.
Tuan besar mengernyitkan dahi lalu bertanya "Kamu masih tidak percaya kalau kakek ini benar-benar kakek mu?".
"Bu.bu..bukan begitu kek" Jawab Haiden ter bata-bata, lalu melanjutkan ucapannya "Haiden rasa ini seperti mimpi".
Mendengar jawaban Haiden, tuan besar tertawa lalu berkata "Ini bukan mimpi. Ini kenyataan yang harus kamu terima cucuku Haiden".
"Kakek minta maaf atas kesalahpahaman yang telah terjadi antara ayahmu dengan kakek mu ini, sehingga baru saat ini kamu bisa mengenal kakek" Kata tuan besar lagi kepada cucunya itu.
Tak lama kemudian, saat Haiden tengah asyik berbicara dengan kakeknya itu, salah seorang asisten rumah tangga datang menghadap dan menyampaikan bahwa makanan sudah dihidangkan siap untuk disantap. Tuan besar pun bangkit dari duduknya dan mengajak Haiden ke ruang makan yang terletak di lantai dasar rumah itu.
Sesampainya di ruang makan, Haiden duduk berhadapan dengan kakeknya, bersebrangan dalam satu meja makan. Atas permintaan kakeknya itu, sambil makan Haiden bercerita tentang perjalan hidupnya bersama ayah dan ibunya semasa ayah dan ibunya masih hidup.
Sesekali tuan besar menyeka air mata yang keluar dari matanya selama Haiden menceritakan kisah hidup keluarga kecilnya. Dalam hatinya, tuan besar merasa bersyukur anak sulung nya memiliki putra yang dapat mewarisi seluruh hartanya.
Setelah Haiden menyelesaikan ceritanya, tuan besar berkata "Nanti malam akan ada orang yang datang kesini untuk merubah penampilanmu. Kakek harap kamu tidak keberatan ya".
"Maksud kakek?" Tanya Haiden kepada tuan besar.
Tuan besar tersenyum dan menjawab "Penampilanmu harus berubah. Kamu adalah tuan muda dari keluarga Purnomo Admadja. Satu-satunya pewaris kakek".
"Kamu tidak usah masuk kampus dulu beberapa waktu. Semua urusan kuliahmu nanti kakek urus.
Bukan hanya penampilan, Kamu juga harus belajar kepribadian" Kata tuan besar lagi kepada cucu satu-satunya itu.
Haiden mengangguk dan menjawab "Baiklah kek".
Selesai makan tuan besar pamit kepada Haiden untuk keluar rumah. Haiden dipersilahkan kakeknya mau berbuat apa saja di rumah barunya itu.
Haiden memilih masuk ke dalam kamar barunya untuk beristirahat. Di kasur yang terlihat mewah dalam kamarnya yang super megah itu Haiden merebahkan dirinya.
Dilain tempat, Mardan, Suherman, Marwan, Wanti dan Melani yang berada dihalaman kampus sedang membahas langkah mencari Haiden. Mereka masih merasa cemas, karena belum ada sama sekali titik terang keberadaan Haiden.
Mau mencari pun mereka bingung harus mencari ke mana. Pikiran mereka buntu untuk mendapatkan solusi mencari Haiden.
"Masalahnya ini Haiden jelas-jelas diculik. Orang diculik itu pasti disembunyikan. Kita tidak bisa menerka-nerka keberadaan Haiden kalau kita tidak memiliki jejak sama sekali".
Suherman yang tadinya diam tertunduk sambil berpikir, tiba-tiba mengangkat kepalanya lalu berkata "Bagaiman kalau kita ke orang pintar?".
"Dukun maksudmu?" Tanya Marwan kepada Suherman.
"iya" Jawab Marwan singkat.
Setelah mendengar ucapan Suherman dan Marwan, Wanti pun menyela pembicaraan "Sepertinya boleh juga di coba tu ide Suherman".
"Gimana menurut kalian Mel?, Dan?" Tanya Wanti kepada Mardan dan Melani.
Mardan mengangguk anggukan kepalanya, Melani menjawab "Aku sih oke-oke saja".
"Menurutmu Wan?" Tanya Wanti lagi ke Marwan.
"Sebenarnya aku ga percaya sama dukun. Tapi ga ada cara lain yang bisa kita lakukan. Jadi aku pikir, boleh lah kita coba. Di mana alamatnya?" Kata Marwan kemudian bertanya balik.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Marwan tadi. Setelah berapa menit mereka terdiam, Mardan berkata "Kau kan yang punya ide Man. Masak' ga tahu kau dimana alamat Dukun yang bisa kita datangi".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
azizan zizan
wah zaman moden kok pakai dukun lah gimana tuh Thor..kan zaman udah serba canggih...
2024-05-15
0
Eros Hariyadi
Lanjuuuutt Thor 😝😄💪👍🙏
2023-12-25
1
Eros Hariyadi
Semua orang kebingungan mencari keberadaan Haiden, mang ini tahun berapa seehh.....lom ada ponsel Android yaaa...kok malah mo cari dukun segala...🤔🙄😫😝💪👍👎👎
2023-12-25
0