Setelah makanan ringan dan minuman sudah di hidangkan oleh asisten rumah tangga Haiden, sembari mengambil sepotong bolu dari piring di atas meja, Wanti bertanya pada Haiden "Kakek mu kemana Den?"
"Ke Singapore, urus bisnisnya yang di sana. Sudah seminggu, tapi katanya hari ini pulang" Jawab Haiden.
Wanti hanya menganggukkan kepala beberapa kali mendengar jawaban Haiden. Kemudian Wanti melihat lihat di sekeliling ruang tamu dari tempat duduknya.
"Itu foto kakek mu Den?" tanya Wanti pada Haiden lagi.
"Iya" Jawab Haiden singkat.
Wanti bereaksi terkejut mendengar jawaban Haiden lalu berkata "Ja.. Ja.. Jadi kau cucu Purnomo Admadja?".
"Kau kenal kakekku?" Balas Haiden dengan bertanya balik kepada Wanti.
"Kakek mu itu kan memiliki banyak perusahaan besar di dalam dan luar Negeri Den. Papa ku bekerja di salah satu perusahaan kakek mu" Jawab Wanti.
"Sebenarnya aku juga mengenal kakekmu Den. Perusahaan Papi ku juga bergantung pada kakek mu" Kata Melani menimpali ucapan Wanti.
"Oh ya...!? Aku ga nyangka kalau papamu bekerja di perusahaan kakekku ti. Aku juga ga nyangka kalau perusahaan Papi mu bergantung pada kakekku Mel" Kata Haiden membalas ucapan Wanti dan Melani.
"Tapi yang pasti, mulai saat ini Papamu akan lebih nyaman bekerja di perusahaan kam ti. Dan perusahaan Papi mu akan bisa lebih maju kedepannya Mel" Kata Haiden lagi kepada Wanti dan Melani.
Melani dan Wanti saling menatap dan tersenyum gembira mendengar ucapan Haiden.
"Terima kasih Den" Kata Melani dan Wanti bersamaan kepada Haiden.
Haiden tersenyum membalas senyuman kedua sahabat nya itu dan berkata "Santai saja lah".
Setelah diam sejenak Haiden berkata "Walau aku masih kuliah tapi aku sudah diminta kakekku untuk menangani semua perusahaannya. Agar saat seluruh perusahaan dialihkan atas namaku aku sudah matang katanya".
"Wow. Hebat kamu Den" Kata Suherman menyela ucapan Haiden.
Haiden tersenyum mendengar ucapan Suherman lalu berkata "Ini bukan soal hebat atau tidak. Aku masih sangat amatir dalam bisnis. Jadi aku butuh kalian berlima untuk membantuku".
"Kalau soal membantumu kau ga perlu meragukan kami Den. Kami ini sahabatmu yang akan selalu siap membantu. Tanpa harus kau minta pun kami siap membantu" Kata Mardan setelah mendengar ucapan Haiden.
"Iya Den. apa yang enggak buat kau" Kata Marwan menimpali ucapan Mardan.
"Semua enggak" Kata Suherman bercanda.
Spontan Haiden tertawa bersamaan dengan Melani, Wanti, Mardan, Suherman dan Marwan saat mendengar candaan dari Marwan dan Suherman tadi.
Beberapa saat kemudian asisten rumah tangga Haiden kembali ke ruang tamu dan berkata pada Haiden "Makanan sudah di hidangkan tuan muda".
Haiden menoleh menatap asisten rumah tangganya itu lalu berkata "Oke. Terima kasih ya Bi".
"Sama-sama tuan muda" Jawab asisten rumah tangga itu, kemudian berlalu meninggalkan tuan mudanya.
"Yok kita ke ruang makan. Makanan kita sudah menunggu untuk disantap" Ajak Haiden kepada sahabat-sahabat nya itu, sembari berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke arah ruang makan.
Tanpa kata Wanti, Mardan, Melani, Suherman, dan Marwan pun ikut bangkit dari tempat duduknya mengikuti langkah Haiden menuju ruang makan.
Di ruang makan, Haiden berkata "Dua hari lagi akan ada acara di Hotel Admadja Residance. Kalian harus datang".
"Acara apa Den?" Tanya Melani.
"Kakekku menggelar acara untuk memperkenalkan aku pada seluruh pimpinan di perusahaan-perusahaan kakekku, juga pada koleganya. Mungkin papi mu juga ada di sana nanti" Kata Haideb menjawab pertanyaan Melani.
"Keteprok...!" Tiba-tiba Marwan menampar pipinya sendiri dan mengatakan "Aduh...! Sakit".
Spontan Haiden, Mardan, Wanti, Melani dan Suherman menatap Marwan. Tentu saja mereka merasa heran mengapa tiba-tiba Marwan menampar pipinya sendiri dengan cukup keras.
"Kenapa nya kau Wan?" Tanya mardan kepada Marwan.
"Gapapa. Aku cuma pengen tahu ini nyata atau aku hanya sedang bermimpi indah bertemu Haiden yang seperti sekarang ini" Jawab Marwan lalu tertawa.
Mendengar jawaban Marwan, Haiden dan yang lainnya pun ikut tertawa. Diam-diam Haiden memperhatikan sahabatnya satu persatu.
Dalam benaknya Haiden berkata "Kalian adalah sahabat-sahabat sejati ku. Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaan ku juga. Maka dari itu sebisa mungkin aku akan membuat kalian selalu bahagia".
Hari pun berlalu. Setiap meja di Function Room Hotel Admdja Residance tampak sudah dipenuhi oleh tamu undangan acara memperkenalkan Haiden sang pewaris tunggal Admadja Grup.
Di hadapan para tamu undangan itu terdapat pentas yang cukup megah. Dan di atas nya terlihat Grup Band yang sedang menghibur mereka.
Beberapa saat kemudian seorang pemuda tampan dan seorang gadis cantik naik keatas pentas. Band yang menghibur para tamu pun berhenti bermain musik karenannya.
Pemuda tampan dan gadis cantik itu ternyata adalah pembawa acara dalam acara memperkenalkan pewaris tunggal Admadja Grup tersebut. Setelah mengambil Mikrofon dari tempatnya, pemuda tampan itu membacakan susunan acara yang akan berlangsung hingga selesai.
Haiden dan tuan besar sudah berada didepan menghadap panggung, yang jaraknya sekitar enam meter dari Sofa yang di duduki Haiden dan tuan besar. Tuan besar bangkit dari duduknya setelah mendengar ia dipanggil oleh kedua pembawa acara itu.
Langkah tuan besar ke panggung di iringi riuh tepuk tangan dari semua tamu undangan termasuk dari sahabat-sahabat Haiden yaitu Melani, Suherman, Marwan, Wanti dan Mardan. Wajah tuan besar tampak berseri saat ia sudah berada di atas panggung menghadap semua hadirin.
Dengan Mikrofon yang tergantung ditiang Mikrofon yang ada dihadapannya, tuan besar memulai kata sambutan kepada seluruh hadirin. Setelah memberikan kata-kata sambutan barulah ia meminta Haiden untuk naik ke atas panggung.
"Hadirin yang saya hormati dan saya kasihi. Saya perkenalkan pewaris tunggal Admadja Grup, cucu kandung saya Haiden Admadja" Kata tuan besar dengan suara yang begitu bersemangat kepada seluruh hadirin.
Semua orang yang ada di ruangan itu secara serentak bangkit dan bertepuk tangan, setelah mendengar ucapan tuan besar. Diantara para tamu ada yang saling berbisik "Ternyata tuan muda kita sangat tampan ya?".
Sahabat-sahabat Haiden yang duduk di kursi dengan meja bundar yang berada di belakang sofa tempat duduk Haiden juga ikut berdiri dan bertepuk tangan. Mata mereka berlima terlihat berbinar karena rasa haru, melihat sahabatnya begitu berbahagia di atas panggung bersama kakeknya.
"Aku masih merasa ini seperti mimpi" Kata Marwan tiba-tiba setelah semua hadirin berhenti bertepuk tangan dan kembali duduk di tempat duduknya masing-masing.
Mardan, Suherman, Wanti, dan Melani menatap Marwan karena mendengar ucapannya. Kemudian Melani berkata "Perasaanmu sama dengan perasaanku. mungkin sama juga dengan perasaan Mardan, Suherman dan Wanti" Kata Melani.
"Ya memang sama" Kata Mardan membenarkan ucapan Melani.
"Siapa yang menyangka si culun itu bisa berubah seratus delapan puluh derajat kehidupannya hanya dalam waktu dua bulanan" Canda Suherman yang disambut ketawa kecil oleh mereka berlima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Lanjuuuutt Thor 😝😄💪👍🙏
2023-12-26
3
Eros Hariyadi
Akhirnya Pesta di Hotel Mewah tibs untuk memperkenalkan Haiden sebagai Pewaris Tunggal Grup Atmadja...😝😄💪👍👍👍
2023-12-26
1
ketombee
josss
2022-08-14
3