“Nah sampai kota.“ Mobil lancar. Setelah melewati jalan tol tidak berhenti lagi. Hingga masuk ke terminal kota yang besar itu. Yang penuh dengan bus-bus gede. Antar kota, antar desa. Diantar semua pokok nya.
“Kita pisah.“
Disitu sudah kebersamaan dari kampung menuju ke lokasi masing-masing sesuai [pekerjaan. Biasanya banyak sekali orang-orang daerah menuju kota memburu nasib. Tak terkecuali dari desa Kintoko. Yang sebagian besar kerja seadanya. Maklum tak ada pendidikan. Makanya tidak bisa memilih. Di antara mereka ada yang membawa, karena ada order dari bos untuk mencari tenaga yang biasanya di fungsikan untuk membuat bangunan. Sehingga dalam tempo beberapa saat mereka bakalan tinggal di situ. Walau sekedarnya. Terkadang membikin bedeng. Yang bisa di bayangkan, kalau siang panasnya minta ampun, dan malam kedinginan. Bahan banyak nyamuk-nyamuk nakal, tikus-tikus liar menggigit. Tapi semua seakan tak dirasakan. Walau beberapa diantaranya terkadang menderita sakit-sakit. Tapi kebanyakan dari mereka juga aman tenteram dan tak ada satupun. Maklum uang kota, di bawa ke kampung sudah lumayan. Apalagi jika urusan nya panjang, bakalan bertambah hasil yang bisa dimanfaatkan nanti di desa.
“Kau mau kemana?“
“Ya mau ke tujuan lah.“ Itu jika sudah pasti. Karena dari desa kalau sudah tentu pekerjaannya, maka akan langsung ke lokasi. Meskipun tidur seadanya. Bahkan andai dibandingkan dengan rumahnya di desa tentu lebih nyaman tinggal di desa. Tapi bagaimana lagi, demi sesuap nasi. Dan kini Cuma sementara. Sampai selesai bangunan itu jadi. Atau sejauh si bang mandor nya membutuhkan. Kalau tidak, maka langsung di bayar dan mau mencari kerjaan lain, silahkan, atau mau kembali ke kampung halaman ayah bunda juga terserah. Karena kalau Cuma di paksakan tinggal di kota, bakalan menghabiskan banyak dana, sementara tak ada pemasukan sama sekali.
“Aku mau naik bus, kemudian sambung tuyul sampai depan rumah dah.” Dia berencana. Jelas. Karena sudah beberapa waktu tinggal di situ. Tanpa surat tinggal tanpa KTP, namun sudah menjadi tanggungan pemimpin nya. Karena memang sementara waktu saja. Sudah kebiasaan, karena di tempat ramai begini banyak hiburan. Kalau tinggal terus di sini, bakalan menghabiskan dana yang sudah susah payah di kumpulkan dengan membanting tulang, memeras keringat dingin bercucuran, hanya di pakai untuk sekejap saja langsung sirna.
“Ya, selamat jalan. “
Kintoko sejenak duduk di kursi di bawah bangunan panjang terminal yang terbuka itu. Banyak juga diantara mereka yang melakukan hal sama. Mereka ini ada yang memang sengaja menunggu hari supaya lebih siangan sedikit. Atau memang menunggu jemputan kalau sudah ada janjian. Serta ada pula yang sekedar istirahat menghilangkan rasa pusing semalaman di goncang kendaraan yang tak kunjung usai bagai naik kuda saja. Terutama di jalanan yang tengah menderita perbaikan. Sehingga nanti kalau sudah pulih bakalan lanjut lagi. Sebab kalau tidak, rasanya bertambah parah situasi di kepala yang tak kunjung sirna. Bahkan nanti akan terus menjadi-jadi kalau dipaksakan juga. Sementara jalanan demikian rumit. Apalagi kalau kelewat, hanya akan bingung. Ya kalau tahu jalan, kalau tidak, maka akan bertambah parah, baik pendanaan maupun rasa lelah yang membingungkan. Hingga jadi bahan pertanyaan. Lebih jauh akan jadi bahan pencarian oleh sanak famili yang merasa belum sampai-sampai juga meskipun hari terus bergulir hingga matahari menjelang tenggelam lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments