“Sini mampir dulu,“ ujar Luhkita saat melihat warung di tengah hutan. Nampaknya nikmat kalau berada di perjalanan pada suatu daerah sepi, sedikit mampir di sebuah warung penuh jajanan yang tentu akan memuaskan rasa.
“Ngapain?“ tanya Kintoko. Jangan sampai perjalanan indah mereka bakalan menjadi sebuah tragedi menyeramkan, karena berhenti di tempat yang wingit. Yang satu ketika banyak orang dunia lain yang ikut membaur entar. Namun demikian banyaknya orang-orang yang berani membuka warung dan tak pernah terjadi apa-apa, tentu hal ini tak membuat banyak orang ketakutan. Sedangkan kenyataannya lebih banyak yang tak mengalami peristiwa mistis daripada yang mengalaminya. Ini membuat para pelintas jalan itu merasa demikian biasa kala melewati tempat tersebut yang memang sudah halus dan penuh pemakai jalan yang hilir mudik. Bahkan pihak terkait demikian antusias kala memperbaiki jalan itu supaya segalanya berjalan lancar. Kendaraan lancar, orang-orang juga nyaman. Tanpa perlu was-was dengan kisah-kisah horor yang melatar belakangi kondisi daerah tersebut. Sehingga orang-orang yang penasaran tak bakalan mengira kalau daerah tersebut angker. Dan biarkan saja yang sudah mengalami cukup menjadi kisah diantara para penakut itu.
“Kita makan-makan dulu, ya kan,“ ajak si cewek. Tak baik rasanya jika merasa kelaparan tapi terus saja tanpa mengindahkan kesehatan. Lapar ya makan. Kalau tidak punya uang, hutang dulu kan boleh. Apalagi orang-orang yang membuka warung tengah hutan itu kan juga tetangga sendiri, rumahnya tak begitu jauh. Serta banyak yang kenal dengannya kalaupun tidak dengan keluarga terkadang masih mengenal. Makanya setidaknya mereka akan saling menjaga. Hingga tak jauh masuk ke dalam hutan mendekati tempat-tempat angker yang oleh orang sekitar telah ditandai dengan berbagai penanda supaya tak main-main di daerah terlarang.
“Oke.“ Kintoko mau saja.
“Tapi belum jauh lo kita. Setengah jalan belum.“
“Ya ndak papa to.“
“Terserah lah.“ Barangkali tadi memang belum sarapan sebelum mereka berangkat. Atau sudah sarapan tetapi sudah lapar lagi. Tapi kan bawa bekal. Walau bawa bekal, tapi bisa saja belum sempat menyentuh. Karena sangat sulit mengunyah makanan dalam kendaraan dengan getar mesin yang demikian terasa untuk kendaraan yang sudah berumur begitu.
“Tapi mesti hati-hati kita.“ Segera di pinggir kan kendaraan itu, sampai melewati bahu jalan. Setidaknya biar tidak mengganggu orang lewat. Terutama kendaraan besar yang membawa kebutuhan pokok. Yang pelan tapi sulit di salip. Karena demikian besar dan menyeramkan. Kalau masih di jalan, meskipun telah minggir, bisa saja tetap tak nyaman buat yang lain. Sehingga akan terkaget-kaget bahkan bisa saja membuat kendaraan lain hilang keseimbangan.
“Kenapa?“
“Ini area hutan. Jangan sampai kita hilang keselong atau kobeng.“ Memang sudah sering terjadi. Bukan pernah tetapi banyak, sering. Karena memang demikian keadaannya. Jika malam begitu sepi. Dan siang juga sepi. Hanya di seputaran jalan itu saja yang masih banyak lalu lintas kendaraan. Tidak hanya jaman dulu sewaktu daerah tersebut masih sangat sunyi, sekarang saja kalau pas apes, maka akan ada beberapa orang yang mengalami hal spiritual yang bagi orang penakut akan ketakutan. Sehingga sampai tak bisa kencing padahal banyak orang yang berhenti di situ karena ingin kencing.
“Apa tuh?“
“Kalau keselong itu di culik mahluk halus, sedangkan kobeng hilang akibat diputar pemikiran kita oleh mereka namun tak diculik.“
“Iyalah. Kalau begitu, kau jangan jauh-jauh dari warung.“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments