"Kamu, suka steak nya, Felicie ? " tanya Tommy yang kini sudah berada di dalam sebuah cafe, di mall.
" Ya ... " jawab Felicie singkat.
" Felicie, saya boleh bertanya sesuatu sama kamu ? " tanya Zico.
" Tanya apa ? "
" Apa yang kamu lakukan setelah berpisah dengan Aaron ? " Zico menatap Felicie dengan rasa ingin tahu pada jawaban Felicie.
" Iya, Felicie ... apa, kamu akan melanjutkan pendidikan mu ? "
tanya Tommy yang ikut penasaran.
" Hmm ... yang pasti, gue akan bebas, dan bisa melakukan apapun yang gue inginkan, karena terlepas dari pernikahan kontrak itu." jawab Felicie dingin lalu menatap dengan datar kepada Zico dan Tommy.
Zico dan Tommy, hanya bisa menghela nafas pelan mendengar jawaban Felicie, yang sangat dingin. Yah, memang benar, apa yang di ucapkan nya. Apalagi usianya masih sangatlah muda, Felicie pasti ingin melakukan banyak hal.
" Baiklah, kita tidak usah membicarakan hal ini lagi. Bagaimana kalau setelah selesai makan, kita bertiga pergi nonton ?" Zico mengalihkan pembicaraan.
Ia gak mau Felicie tiba - tiba memutuskan untuk tidak mau berteman dengan mereka lagi jika Zico dan Tommy terlalu banyak bertanya padanya.
" Gue gak bisa. Bukankah tadi gue udah bilang kalau ada yang ingin gue beli di sini, makanya gue bersedia ikut bersama kalian." jawab Felicie menolak ajakan Zico.
Memang, Felicie mau menerima pertemanan yang di tawarkan oleh mereka tapi bukan berarti ia langsung bisa menuruti semua keinginan mereka. Walau bagaimanapun Felicie, tetap harus menjaga jarak dengan mereka berdua. Felicie tidak ingin mereka menggagalkan semua rencana yang sudah di susun dengan sangat rapi.
" Oh, baiklah, mungkin lain kali kita bisa pergi bersama lagi, ... " ujar Zico sambil mengembangkan senyumnya.
Felicie tidak menjawab perkataan Zico, ia hanya melihat tanpa ekspresi sambil tetap mengunyah makanannya.
Sedangkan Zico dan Tommy, saling melirik satu sama lain. Sikap Felicie, pada mereka masih sangat dingin. Sama dengan saat awal mereka bertemu. Tapi mereka memakluminya, mungkin Felicie belum terlalu percaya pada mereka berdua, karena bagaimanapun Zico dan Tommy adalah temannya Aaron.
Saat mereka masing - masing dengan pikiran nya sendiri, tiba - tiba Aaron dan Giselle masuk ke dalam cafe. Aaron memeluk pinggang Giselle dengan mesra.
Felicie yang duduk membelakangi mereka belum mengetahuinya.
Sedangkan Zico dan Tommy yang melihat kedatangan Aaron dan Giselle, langsung pura - pura tidak melihat.
Giselle yang sejak masuk ke cafe ini, sudah melihat Zico, Tommy dan seorang gadis langsung menghampiri, walau ia tahu mereka sengaja pura - pura tidak melihat Aaron dan Giselle. Aaron yang belum sadar ada kedua temannya dan Felicie di cafe ini karena sibuk melihat ponselnya, tetap mengikuti langkah Giselle yang menuju sebuah meja. Begitu semakin dekat, ia baru menyadari kalau yang di datangi oleh Giselle adalah Zico, Tommy dan Felicie.
Tapi Aaron sudah tidak bisa menghindar.
" Hai, semua ... kita ketemu lagi. Kalian makan disini juga ?" sapa Giselle manja sementara ia semakin merapatkan tubuhnya kepada Aaron.
" Ya ... " jawab Tommy singkat.
Sedang Zico tidak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.
Felicie yang baru saja selesai makan, menoleh ke arah datangnya suara. Ia segera menutupi rasa terkejutnya begitu melihat Aaron dan wanita yang bertemu di hotel tadi. Terlihat wanita itu sangat banyak menenteng belanjaan di tangannya. Setelah berhasil menutupi rasa terkejut di matanya, Felicie kembali dengan ekspresi dinginnya.
Aaron yang melihat Felicie sempat menoleh padanya, kembali merasakan gelisah. Ia merasa seperti sedang ketahuan berselingkuh.
" Siapa gadis cantik ini ? Pacarnya Zico ... ? " tanya Giselle dengan nada di buat ramah.
Aaron langsung terkesiap mendengar perkataan Giselle.
" Ayo, sayang kita duduk di sana saja. Bukankah tadi kamu bilang ingin makan ? " Aaron sengaja mengajak Giselle agar segera pergi dari hadapan mereka bertiga. Ia tidak suka dengan pertanyaan yang di ajukan Giselle.
" Ya, gadis cantik ini akan segera menjadi pacar gue. Gue masih berusaha untuk mendapatkan hatinya." ucap Zico datar, ia tak perduli jika habis ini Felicie marah dengannya. Ia sengaja berkata seperti itu, agar Giselle tidak bertanya lagi.
Wajah Aaron dan Felicie sama - sama terkejut mendengar yang di katakan Zico. Walau Felicie tidak suka, tapi ia tidak membantahnya.
Saat ini, ia malas berdebat ... hanya ingin segera pergi dari sini.
Felicie benar - benar muak melihat sikap Aaron yang sok bersikap manis di depan wanita ini.
Sementara Aaron, tanpa disadarinya mengepalkan tangan kirinya, karena tangan kanannya masih memeluk pinggang Giselle.
Ia menatap tajam pada Zico dan Felicie. Tapi Zico malah membalas dengan tatapan datar.
Sedangkan sikap Felicie seakan tidak perduli.
" Wow, berita yang sangat mengejutkan ... seorang Zico yang di kenal selalu bersikap acuh pada seorang wanita, kali ini malah berniat ingin mengejar hati gadis cantik ini. Berarti dia benar - benar sangat spesial. " kata Giselle semangat dan tak menghiraukan ajakan Aaron.
" Ya, dia memang seorang wanita yang sangat spesial, berbeda dengan wanita lain yang hanya ingin memanfaatkan kekayaan orang lain demi kepuasannya sendiri." jawab Zico sinis, menyindir Giselle.
Tommy hanya mengulum senyum, mendengar ucapan Zico.
Sedang Giselle raut wajahnya langsung berubah. Ia tahu Zico sedang menyindirnya.
Aaron yang mendengar ini, merasa kesal. Ia tidak menerima Zico memuji Felicie seperti itu.
Rasanya saat ini, ingin sekali ia menarik Felicie lalu membawanya pulang ke apartment, sehingga Zico tidak memiliki kesempatan untuk mendekatinya lagi.
" Gue udah selesai, bisa sekarang kita pergi ? " ucap Felicie menghentikan lamunan Aaron.
Zico dan Tommy langsung melihat ke arah Felicie yang sudah bersiap - siap untuk bangkit dari duduknya.
" Baiklah, sebaiknya kita memang pergi saja, saya merasa sudah merasa sumpek di tempat ini. Tiba - tiba gue mencium bau busuk di cafe ini. " ujar Zico lagi - lagi menghina Giselle.
" Ya, Lo benar Zico ... gue mendadak mual, nih ... " Tommy mendukung perkataan Zico.
Giselle langsung memerah wajahnya mendengar hinaan yang di lontarkan Zico dan Tommy padanya.
" Honey ... " rengek Giselle manja pada Aaron. Ia ingin Aaron membelanya.
Mendengar ini sekarang justru Felicie yang ingin muntah.
" Hahaha ... ternyata bandot tua ini suka dengan wanita model seperti ini. Apa, dia kekasihnya ?
Ah, ngapain juga gue perduli ! "
batin Felicie bertanya dan menjawab sendiri.
" Yuk, Felicie ... kita pergi sekarang. Bukankah tadi kamu bilang ingin membeli sesuatu." ujar Zico menatap Felicie.
" Ya ... " jawab Felicie singkat.
" Ayo ... " ajak Zico dan Tommy.
" Sorry, kami duluan, bro ... " ucap mereka pada Aaron.
Felicie hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah dingin dan datarnya pada Giselle dan Aaron.
Lalu mereka bertiga melangkah keluar dari cafe. Aaron menatap mereka bertiga dengan perasaan berkecamuk di hatinya hingga tidak terlihat lagi bayangan ketiganya.
" Sejak kapan, gadis tengil itu akrab dengan Zico dan Tommy ? " tanya Aaron kesal dalam hati.
" Honey, ayo kita makan. Aku udah lapar banget, nih ... " kata Giselle manja sambil menarik tangan Aaron yang masih tetap mematung melihat ke arah pintu keluar cafe.
" Honey .... kamu lihat apa, sih ...?"
Giselle merengek lagi dengan Aaron dengan suara agak keras.
" Eh, kamu lapar, ya ... ya, udah kamu pesan aja yang ingin kamu makan." jawab Aaron masih tetap kepikiran dengan mereka bertiga.
" Baiklah ... kita duduk disana aja ya, honey ... " Giselle menunjuk ke arah strategis, yang tidak terlalu banyak di lewati pengunjung cafe, agar ia bisa melancarkan aksinya untuk terus merayu Aaron agar mau secepatnya menikahi Giselle.
" Ya ... " jawab Aaron singkat lalu berjalan ke arah yang di maksud Giselle.
Sambil duduk menunggu pesanan datang, Aaron masih tetap memikirkan perkataan Zico yang ingin menjadikan Felicie, menjadi pacarnya.
" Honey, sejak kepergian mereka ... aku lihat kamu kaya gak konsen begini. Sebaiknya kamu gak usah terlalu mikirin temanmu, honey ... yang menjalani hubungan ini adalah kita. Kita saling mencintai, jadi mereka gak berhak melarang kamu agar tidak berdekatan denganku. Aku sangat mencintaimu, sama dengan kamu yang juga sangat mencintaiku." ucap Giselle panjang sambil mengelus wajah Aaron dengan lembut.
Aaron berusaha mencerna perkataan Giselle, tapi tetap saja ia masih kepikiran dengan perkataan Zico. Apalagi tadi ia tidak mendengar bantahan dari mulut gadis tengil itu. Apa, gadis tengil itu memang berniat menerima Zico sebagai pacarnya.
" Honey, kamu dengar kan apa yang ku katakan ? " ucap Giselle lagi, hingga membuyarkan yang sedang di pikirkan Aaron.
" Tentu saja aku dengar, sayang ..."
jawab Aaron berbohong.
Ia tidak ingin mengecewakan Giselle yang terlihat begitu mencintainya. Ia juga melihat sifat Giselle kini sudah berubah, lebih baik tidak lagi egois seperti dulu.
" Kirain kamu gak dengar saat aku bicara. " ujar Giselle senang.
" Mana mungkin aku gak mendengarkan kamu bicara." Aaron menjawab dan berusaha mengembangkan senyumnya, agar Giselle tidak curiga kalau sebenarnya ia tadi tidak begitu mendengarkan omongan Giselle.
" Aku semakin mencintaimu, honey dan aku sudah gak sabar ingin segera menikah dengan kamu. Apa sebaiknya kita menikah bulan ini saja, honey ? " tanya Giselle menatap wajah Aaron dengan tatapan cinta.
" Apa, menikah ?" tanya Aaron kaget.
" Ya, honey ... menikah. Kog, kamu kaya kaget gitu, sih ... " rengek Giselle sambil memasang wajah cemberut.
" Maaf, maaf sayang ... aku hanya gak menyangka kamu mau menikah secepat ini. Bukankah dulu kamu belum ingin cepat - cepat menikah. Kamu bilang, masih ingin bebas dan mengejar karier." ujar Aaron bingung harus menjawab apa pada Giselle.
" Itu dulu, honey ... sekarang aku udah siap menikah dengan kamu.
Aku gak mau berpisah lagi denganmu. " ucap Giselle berusaha meyakinkan Aaron agar dia percaya, lalu segera menikahinya.
" Oh, tapi apa kamu sudah memikirkannya dengan serius ? " tanya Aaron masih berusaha agar Giselle merubah keputusannya.
" Tentu saja, honey ... sebelum aku pulang ke negara ini, aku sudah memikirkannya dengan matang.
Aku sangat menyesali keputusanku yang dulu, meninggalkanmu demi karier, ternyata selama disana aku terus memikirkan kamu. Setiap hari aku sangat merindukan kehadiran dirimu ada di sampingku. Makanya aku pulang dan ingin segera menikah denganmu." rayu Giselle.
Aaron langsung berdenyut kepalanya, ia bingung harus mengatakan alasan apa lagi yang akan di katakan nya pada Giselle.
Ia hanya harus bertahan dua bulan ini dengan Felicie, walau perjanjian kontrak mereka sampai tiga bulan. Tapi ia tidak mungkin menceraikan Felicie secepat ini, apalagi ada ancaman dari daddynya. Jika ia tidak mampu bertahan selama dua bulan ini dengan gadis tengil itu, Aaron tidak akan mendapatkan apapun dari daddynya.
" Honey, kenapa kamu jadi diam seperti ini ? Apa kamu tidak mau menikah denganku ? Apa selama aku pergi, kamu sudah mencintai wanita lain ? " Giselle memberondongnya dengan banyak pertanyaan.
" Bukan, bukan begitu sayang ... kamu pasti tahu, kalau aku sangat ingin menikah denganmu, tapi saat ini waktunya tidak tepat." ujar Aaron akhirnya.
" Maksud kamu belum tepat ?
Apa kamu beneran sudah punya wanita lain, setelah aku pergi atau jangan - jangan bahkan kamu sudah menikah ? " tanya Giselle dengan wajah marah.
Jantung Aaron langsung berdegup kencang mendengar Giselle mengatakan tentang pernikahannya.
" Honey, jawab pertanyaan ku ! "
kata Giselle dengan kesal.
" Tentu saja itu tidak benar, sayang ... aku masih terus mencintai kamu dan menunggumu pulang. Bahkan aku sudah tahu jika kamu akan kembali dalam waktu tiga bulan ini, lalu aku berencana tidak akan pernah melepaskan kamu lagi, tapi ternyata kamu pulang lebih cepat dari perkiraan ku." jawab Aaron masih dengan jantung yang berdetak kencang.
" Jika memang begitu, kenapa kamu sepertinya berat untuk menikahi ku secepatnya ?" tanya Giselle masih kesal.
" Itu karena aku belum bisa menikahi kamu dalam waktu dua bulan ini atau paling lama tiga bulan." Aaron mencoba membuat Giselle mengerti.
" Kenapa begitu ? Katakan alasannya ? " Giselle sudah mulai tidak sabar.
" Itu, karena Daddy memberi syarat ... aku tidak boleh menikah dalam waktu dekat , karena harus fokus pada perusahaan.
Daddy ingin melihat keseriusanku memimpin perusahaan tiga bulan ini, dan jika aku berhasil baru Daddy akan menyerahkan perusahaan dan semua asetnya padaku." Aaron terlihat gelisah ketika mengatakan kebohongan pada Giselle. Ia tidak ingin Giselle curiga dengan alasan yang di berikan nya.
Giselle langsung membelalakkan matanya dengan lebar begitu mendengar jawaban yang di berikan Aaron. Ia sangat senang, itu berarti dia akan jadi pemilik semua aset Tuan William yang tidak akan habis sampai tujuh turunan. Giselle harus sabar, ia tidak akan mendesak Aaron lagi untuk menikahinya dalam waktu dekat ini. Ia akan bersabar menunggu waktu tiga bulan ini.
Karena setelah itu, ia akan jadi orang terkaya di negara ini.
" Honey, kenapa kamu gak bilang dari tadi kalau alasannya karena itu. Tentu saja aku bersedia menunggu kamu, aku akan sabar hingga kamu mendapatkan semuanya. Aku pasti mendukung keinginanmu." ujar Giselle kembali dengan manja.
Aaron merasa lega ketika mendengar Giselle, mempercayai perkataannya.
" Benarkah, kamu akan sabar menunggu selama tiga bulan ini, sayang ? " tanya Aaron bahagia.
Sekarang ia bahkan tidak mengingat sedikitpun mengenai pernikahannya dengan Felicie.
Aaron menjadi seperti orang yang buta, karena perasaan cintanya yang besar pada Giselle. Apalagi, wajah Giselle yang cantik dan lembut kini sedang menatapnya dengan penuh cinta.
" Tentu saja, honey. Aku akan menunggumu. " ucap Giselle lalu mengecup mesra bibir Aaron.
Aaron yang mendapat kecupan dari Giselle, langsung menarik tubuh Giselle kedalam pelukannya.
" Terima kasih, sayang ... " ucap Aaron senang.
Giselle hanya menganggukkan kepalanya menjawab perkataan Aaron. Saat ini, ia lagi menikmati pelukan hangat dari Aaron.
Kini, ia benar - benar bertekad tidak akan melepaskan Aaron sedetikpun dan tidak akan membiarkan siapapun yang akan menghalangi tujuannya.
" Ayo, sekarang kita makan dulu sayang, setelah itu aku akan mengantarkan kamu kembali ke hotel. Besok, baru kamu akan pindah ke apartment yang sudah aku belikan untukmu." Aaron berkata lembut sambil menatap wajah Giselle dengan sayang.
" Baiklah, honey ... " jawab Giselle bahagia dan memberikan senyuman terbaiknya begitu mendengar Aaron sudah membelikan apartment untuknya.
Aaron ikut bahagia melihat senyuman indah yang tercetak di bibir seksi milik Giselle.
**********************************
* Mohon dukung Author terus, ya ... agar lebih semangat dalam menulis.
" Baca juga cerita Author lainnya, yaitu "Cinta dan Dendam Audrey" 😍😍😍
* Terus support author dengan memberikan like, komentar yang positif, vote dan hadiah yang banyak ... 😘😘😘🙏
* Buat yang sudah membaca dan memberikan dukungannya pada Author, saya ucapkan Terima kasih ..... 🙏🙏🙏😍😍😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Wiwik Murniati
itu si aron bikin orang emosi banget ya ngak ada hati sama sekali ,,,,,,,,,emang bener tu bandot tua
2023-02-09
0
Neneng Neneng
semangat thor
2022-08-06
0