Begitu sudah didalam kamar, Tika lalu menguncinya. Ia tidak ingin tiba - tiba ada yang masuk.
" Sini, duduk Felicie, terus abisin dulu susu coklat mu. " Tika mengatakan itu agar Felicie lebih tenang saat nanti mendengarkan ceritanya.
Kening Felicie sedikit berkerut melihat keanehan sikap bik Sumi dan Tika. Namun ia tetap melakukan apa yang dikatakan Tika. Setelah duduk, Felicie segera meminum susu coklat hangat kesukaannya. Ia sengaja menghabiskannya dengan cepat karena penasaran ingin secepatnya mendengar apa yang ingin di katakan oleh Tika dan Bik Sumi.
" Udah habis nih, mbak ... sekarang mbak bisa mengatakan apa yang mau mbak ceritakan sama Felicie." ucap Felicie sambil menatap keduanya.
Terlihat bik Sumi dan Tika menghela nafas dengan berat.
" Tapi, kamu harus janji sama mbak dan Ibu kalau kamu gak akan melakukan hal nekat yang akan merugikan dirimu sendiri.
Bisa kamu janji sama, mbak ...?"
Tika memastikan dulu supaya Felicie tidak akan emosi setelah mendengar cerita yang sebenarnya.
" Kenapa Feli harus janji dulu ? Ada apa sih, sebenarnya Bu, mbak ... ?" tanya Felicie heran.
" Ya udah, kalau kamu gak mau janji, mbak gak akan cerita." Tika sengaja mengancam Felicie.
" Dengarkan perkataan mbak mu, nak .... kamu janji dulu seperti yang mbak mu katakan." ucap Bik Sumi lembut.
" Baiklah, Feli janji gak akan melakukan yang bisa merugikan diri Feli sendiri." akhirnya Felicie mengalah karena Tika tetap menutup rapat mulutnya sebelum mendengar janji dari Felicie.
Tika dan Bik Sumi menarik nafas lega setelah mendengar perkataan Felicie. Mereka tahu, Felicie tipe orang yang akan selalu menepati setiap perkataan yang telah di ucapkan nya.
" Baik, Ibu percaya sama janjimu. Sekarang biarkan mbak mu menceritakan semua." Bik Sumi berkata sambil mengelus kepalaku.
Felicie sangat menikmati moment saat Bik Sumi melakukan ini. Ia sampai memejamkan mata. Felicie selalu membayangkan kalau mama nya yang sekarang sedang mengelus kepalanya.
Tika dan Bik Sumi yang melihatnya merasa iba dengan nasib yang dialami gadis ini. Ia sudah kehilangan kasih - sayang dari kedua orang tuanya saat ia masih sangat membutuhkannya.
Sekarang malah dikorbankan sama Om nya sendiri.
" Kamu harus dengarkan cerita mbak sampai selesai dan jangan di sela. " ucap Tika lembut
" Ya, mbak ... " sahut Felicie dengan posisi mata masih terpejam, malah sekarang ia meletakkan kepalanya di paha bik Sumi. Bik Sumi terus mengelus kepala Felicie agar membuatnya lebih tenang ketika mendengar cerita Tika.
" Tadi Ibu dan mbak gak sengaja mendengar waktu melewati kamar Pak Bagas. Dia mengatakan kalau sebenarnya yang berhutang dengan Tuan William adalah Pak Bagas, bukannya papa kamu.
Felicie langsung membuka matanya dengan lebar begitu mendengar perkataan Tika.
Ia langsung bangkit dari pangkuan bik Sumi dan ingin berjalan keluar tapi terhenti dengan perkataan Tika.
" Tahan emosimu, kamu harus bisa Felicie. Kamu tadi kan sudah janji sama mbak dan Ibu. Lagian cerita, mbak belum selesai." ucap Tika serius.
Wajah Felicie memerah menahan rasa marah di hatinya. Tapi ia berusaha meredakannya karena Felicie sudah berjanji pada mereka berdua, akhirnya dengan susah payah ia bisa mengontrol emosinya dan kembali duduk.
Melihat Felicie mengurungkan niatnya, bik Sumi dan Tika menarik nafas lega. Tika lalu melanjutkan ceritanya.
Felicie mendengar dengan serius setiap perkataan yang keluar dari mulut Tika hingga selesai.
Matanya terlihat membara, dan tangannya terkepal erat. Felicie yang sedari tadi sudah berusaha menahan emosi, berlari kedalam kamar mandi bik Sumi dan akhirnya melepaskan dengan cara berteriak keras didalam bak mandi agar tidak sampai terdengar oleh Bagas dan keluarganya yang sedang enak - enakan tidur.
Ya, karena orang tua Felicie tidak pernah menganggap bik Sumi dan Tika sebagai pelayan, melainkan sebagai keluarga. Mereka diberi kamar yang layak dan dibuatkan kamar mandi di dalam kamarnya.
Begitu pula dengan pelayan lainnya. Papa tidak pernah membedakan status seseorang.
Bik Sumi dan Tika yang mengikutinya akhirnya membiarkan setelah melihat apa yang dilakukan Felicie. Mungkin dengan cara meluapkan amarahnya dan rasa sakit dihatinya seperti itu, ia bisa sedikit lebih tenang. Mereka lalu kembali duduk ditepi tempat tidur dan menunggu Felicie selesai mengeluarkan semuanya.
Setelah puas teriak dan menangis, Felicie terduduk dilantai kamar mandi. Lalu berusaha dengan tenang memikirkan apa yang harus dilakukannya sekarang.
Ia tidak ingin Bagas dan keluarganya merasa senang jika melihat ia terpuruk seperti ini.
Felicie akhirnya memutuskan akan tetap menerima pernikahan ini dan berpura - pura tidak mengetahui kebusukan Bagas.
Ia harus keluar dari rumah ini walaupun berat agar Felicie bisa melakukan sesuatu untuk membalas perbuatan mereka.
Setelah mengambil keputusan, Felicie segera bangkit dan berjalan keluar dari kamar mandi.
Ia lalu duduk di samping bik Sumi.
Bik Sumi dan Tika langsung memeluknya. Mereka menangis melihat keadaan Felicie.
" Bu, mbak ... jangan menangis. Felicie gak papa.
Felicie sudah memutuskan akan meneruskan pernikahan ini." suara Felicie terdengar datar.
Mereka terkejut mendengar perkataan Felicie.
" Kenapa kamu masih tetap mau menerima pernikahan itu padahal kamu sudah tahu kalau Pak Bagas
yang berhutang bukannya papa kamu ? " tanya Tika dengan nada tak menerima.
" Mereka ingin Felicie keluar dari rumah inikan, maka Felicie akan melakukannya seperti yang mereka inginkan.
Jika Felicie menolak, mereka akan tetap melakukan berbagai cara untuk mengusir Felicie. "
ujar Felicie menjelaskan dengan panjang.
" Tapi, Felicie ... tapikan kamu tahu kalau calon suamimu itu pria brengsek yang angkuh, dingin dan gemar bermain wanita. Mereka ingin kamu menderita dengan menikahinya." Tika gak setuju dengan yang diucapkan Felicie.
" Iya, nak ... sebaiknya kamu jangan menerima pernikahan ini.
Biarkan saja Pak Bagas yang menanggung perbuatannya sendiri. Kamu harus pergi sekarang juga dari sini." bik Sumi yang juga tidak setuju dengan keputusan Felicie mengusulkan untuk kabur.
" Kabur kemana, Bu ? ke Apartment, gak mungkin buk, Felicie gak mau mereka akhirnya tahu kalau sebenarnya Papa sudah memberikan tabungan yang cukup dan apartment buat Felicie. Biarkan aja mereka berfikir kalau Felicie terpaksa menerima pernikahan ini karena sudah gak punya apa - apa lagi." Felicie. memberikan alasannya.
" Ibu punya simpanan, waktu Papamu masih ada semua uang yang diberikan, Ibu tabung.
Ibu tidak pernah memakainya. Karena semua kebutuhan kami sudah tersedia di rumah ini.
Bahkan uang sekolah Tika, orang tuamu yang membayarnya.
Kamu bisa menggunakan uang itu, untuk pura - pura menyewa rumah kecil di luar sana." Bik Sumi berusaha tetap membujuk Felicie.
" Iya, Felicie ... mbak juga ada tabungan dari hasil jualan online.
Kamu bisa membawanya juga.
Sebaiknya kamu pergi sekarang." Tika juga setuju dengan usul Ibu nya.
" Terima kasih, Ibu, mbak Tika karena udah sayang sama Felicie.
Tapi maaf kali ini harus menolak keinginan kalian. Felicie sudah memiliki rencana sendiri." tolak Felicie.
Mata Bik Sumi dan Tika kembali berkaca - kaca mendengar perkataan Felicie.
" Tapi, Felicie ... kamu kan ingin kuliah ke Perancis. Apa kamu rela mengorbankan mimpimu ? " Tika tetap berusaha meyakinkan Felicie.
" Mbak, jangan khawatir ... semua pasti ada jalannya. Felicie harap Ibu dan mbak bisa bersikap seperti biasa, seakan - akan tidak tahu mengenai yang di katakan Om Bagas."
" Felicie .... ".
" Nak ..."
" Udah, jangan khawatir sama Felicie. Felicie pasti bisa menghadapi pria brengsek itu.
Yang paling penting doakan saja Felicie baik - baik saja."
" Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu, Felicie ?" tanya Tika masih gak rela.
" Yakin, mbak ... " jawab Felicie serius.
"Tapi bagaimana jika pria itu menyakiti kamu ? "
" Mbak gak yakin dengan kemampuan adikmu ini ? Felicie pasti bisa mengatasinya."
Akhirnya setelah tetap tidak berhasil membujuk Felicie, bik Sumi dan Tika terpaksa mengikuti keputusan Felicie.
" Baiklah, tapi kamu harus janji sama Mbak dan Ibu, kamu harus kuat. Jika kamu sudah tidak kuat lagi menghadapinya, kamu harus segera pergi dari sana." Tika memandang lembut pada Felicie yang sudah dianggap seperti adik kandungnya.
" Okey ... " jawab Felicie santai.
" Sekarang sebaiknya kita tidur. Biar besok kamu kelihatan lebih segar dan cantik. Jangan buat mereka senang dengan melihat penampilanmu yang lelah." ucap Bik Sumi dengan wajah menyimpan emosi pada Bagas dan keluarganya.
" Ya, buk ... mungkin ini malam terakhir Felicie bisa tidur bareng Ibu dan mbak Tika karena Felicie belum tahu kapan bisa kembali ke rumah ini." ucapnya lirih.
" Jangan ngomong seperti itu, kamu pasti bisa kembali dan mengambil semua yang menjadi hak kamu, Felicie." Tika memberi semangat.
" Itu pasti mbak, tapi mungkin gak bisa secepatnya. Banyak yang harus Felicie kerjakan nanti."
" Gak papa ... lakukan seperti yang kamu inginkan atau kalau gak Ibu dan mbak keluar juga dari rumah ini lalu ikut bersama kamu."
" Jangan mbak, Felicie ingin kalian tetap bertahan disini agar bisa melihat dan mendengar apa yang mereka rencanakan lagi setelah Felicie pergi." Felicie melarang Tika.
" Mbak gak bisa janji, kalau mereka kelewatan mungkin mbak akan membawa Ibu pergi juga dari sini."
" Ya, Felicie mengerti."
" Tapi nak, setelah kamu gak disini lagi, kamu harus janji tetap menghubungi kami. Jangan sampai kami kehilangan kabar darimu." ucap Bik Sumi.
Felicie hanya menganggukkan kepalanya mendengar perkataan bik Sumi, Ia tidak berani berjanji.
" Udah, kita tidur sekarang." ajak bik Sumi pada kedua anaknya lalu berbaring di kasur.
Tika dan Felicie lalu mengikuti bik Sumi dan juga merebahkan badan mereka di kasur.
Mungkin karena tubuh dan hatinya yang sangat lelah.Tidak butuh waktu lama, Felicie pun tertidur.
Bik Sumi dan Tika yang tadi berpura - pura memejamkan mata, memandangi wajah Felicie.
Mereka iba dengan jalan hidup yang harus dialami Felicie.
Sekarang yang bisa mereka berdua lakukan hanya mendoakannya, semoga ia segera mendapatkan kebahagiannya kembali seperti dulu ketika orang tuanya masih ada...
Felicie Harsaka
Semoga kalian menyukai visualnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Safira Mohammad
cantik fecelia ny
2024-02-07
0