Setelah selesai dari pekerjaannya, Felicie pun melangkah keluar.
Ia begitu terkejut ketika melihat ada Zico yang sedang menunggunya , selain Elbert yang masih menunggu didalam mobil. Ia memang sudah berjanji akan menjemput Felicie lagi hari ini.
" Hai, Felicie ... sudah selesai kerjanya ? " tanya Zico setelah menghampiri Felicie.
" Ya, kenapa Lo bisa tahu, gue kerja di sini ... ? " tanya Felicie langsung.
" Oh, kemarin itu gak sengaja, aku melihat kamu masuk ke toko ini.
Setelah itu, aku bertanya pada salah - satu karyawan di sini, dia bilang kamu juga kerja di toko ini." jawab Zico berbohong, agar Felicie tidak marah padahal kemarin dia sengaja mengikuti Felicie.
" Oh ... jadi sekarang lo ada keperluan apa ? " tanya Felicie.
" Mau jemput kamu, bolehkan ? "
tanya Zico sambil mengembangkan senyumnya.
" Gak boleh, karena Feli udah janji pulang sama gue hari ini." kata Elbert dingin dengan wajahnya yang masih pada lebam karena jadi samsak nya Felicie di sanggar. Ia berdiri di samping Zico, sementara pada Felicie ia memberikan senyuman.
Zico segera menoleh ke arah Elbert, ia langsung ingat bahwa pria ini yang pernah ketemu ketika ia bersama Tommy, di hotel.
Tapi kenapa pria ini, bisa berada di sini ? batin Zico.
" Lo, gak usah heran ... gue dan Feli sudah temenan, jadi sekarang biar gue yang mengantar dan menjemputnya." ujar Elbert seperti tahu apa yang sedang di pikirkan Zico.
Zico gak percaya dengan yang di katakan pria ini. Apalagi pria ini bahkan sudah punya panggilan sendiri buat Felicie. Ia pun langsung menanyakan pada Felicie.
" Apa benar yang di katakan pria ini, Felicie ... ? " tanya Zico sambil berharap kalau pria ini sudah berbohong.
" Benar, gue udah setuju temenan sama dia. " jawab Felicie.
Zico terkejut mendengar jawaban Felicie. Kenapa Felicie mau menerima pria ini jadi temannya dan mereka sudah mulai akrab. Soalnya Zico melihat Felicie membalas senyuman yang di berikan pria itu padanya, walaupun hanya sebuah senyuman kecil.
" Jangan terkejut gitu, bro ... " kata Elbert, menatap Zico datar.
" Felicie, tapi aku juga sudah menjadi teman kamu, jadi boleh dong gabung bareng kalian." ucap Zico setelah berhasil menenangkan perasaannya.
" Hmm ... gue masih mau ke sanggar. " jawab Felicie, ia gak enak juga kalau harus menolak Zico lagi. Zico sepertinya memang berniat untuk jadi temannya.
" Gak papa, gue ikut. Biar sekalian berolah raga. Karena sibuk dengan pekerjaan, gue udah jarang olah raga." jawab Zico meyakinkan.
" Baiklah, kalau Lo memang mau ikut." ujar Felicie.
" Ok, Thanks Felicie ... " sahut Zico
semangat.
Elbert mengulum senyum melihat wajah semangat Zico. Ia sudah bisa membayangkan apa yang terjadi pada Zico nanti di sanggar.
Pasti wajahnya akan babak belur seperti dirinya.
" Yuk, Feli ... " ajak Elbert.
Walau Zico sebenarnya sangat ingin Felicie ikut di mobilnya, tapi kali ini ia harus mengalah. Nanti, dia juga bisa bersama Felicie saat latihan, pikir Zico.
Aaron sibuk menghadapi Giselle yang sedang marah, karena tadi dia terlambat menjemputnya. Padahal saat ini, mereka sedang shopping di mall. Aaron sengaja melakukan ini agar Giselle gak marah lagi padanya.
" Ayolah , sayang ... jangan marah lagi. Aku kan udah minta maaf, tadi aku benar - benar sibuk di perusahaan, gak bisa di tinggal." ujar Aaron berbohong.
" Tapi kenapa ponselmu di matikan ? " tanya Giselle kesal.
" Itu karena aku sedang rapat. Jadi terpaksa ponsel aku matikan. Bukankah kita akan pergi liburan.
Jadi aku harus membereskan semua pekerjaanku dulu. Syukurnya Tommy, bersedia menggantikan, jadi aku bisa lebih cepat selesai." bohong Aaron lagi.
" Hmm ... kamu gak bohong ? " tanya Giselle mulai luluh.
" Iya, gak mungkin aku bohong sama kamu, sayang ... aku melakukan ini semua demi kamu juga. Bukankah kamu ingin
liburan ?" ucap Aaron berusaha menyakinkan Giselle.
" Ya, deh ... aku percaya sama kamu, honey ... jadi besok kita beneran bisa pergi ? Kalau Daddy kamu tahu, gimana ... ? " tanya Giselle manja setelah mempercayai omongan Aaron.
" Tentu saja jadi, dan kamu gak perlu khawatir. Daddy gak akan tahu, dia sedang pergi ke luar negeri. " ujar Aaron tersenyum.
" Benarkah , honey ... ? " tanya Giselle gembira.
" Ya ... sekarang kamu gak marah lagi kan ? " tanya Aaron sambil memegang tangan Giselle.
" Tentu saja nggak, honey ... aku udah gak sabar pergi berdua saja sama kamu. Kalau gitu, sekarang kita ke butik G **** ya, honey ... kemarin aku lihat ada barang baru . Aku belum punya ... " rayu Giselle manja.
" Baiklah, kita kesana sekarang." ajak Aaron.
Wajah Giselle terlihat senang, Aaron sudah benar - benar di dalam genggamannya. Apa saja yang di inginkan nya, Aaron akan segera memberikan. Giselle menyesal, kenapa kemarin dia harus pergi meninggalkan Aaron, demi pria lain dan uang. Padahal semua itu bisa di dapatkan nya dari Aaron.
Kalau tidak, tentu sekarang mereka sudah menikah. Ia tidak akan pernah melepaskan Aaron lagi, walau Tuan William pasti tidak akan pernah setuju. Giselle gak akan perduli.
Sementara itu di sanggar, Zico sedang jadi bulan - bulanan Felicie. Padahal Zico juga memiliki basic bela diri. Tapi ia masih bisa di kalahkan oleh Felicie.
Elbert yang hari ini hanya jadi penonton, tertawa dengan senang melihat keadaan Zico.
Zico yang sudah sangat kelelahan dan merasa sakit di tubuhnya, meminta Felicie untuk menghentikan kegiatan mereka.
Akhirnya, Felicie menghentikan setelah membanting Zico untuk yang terakhir kali.
" Hahahaha ... akhirnya Lo merasakan apa yang gue rasakan.
Lebam di wajah gue juga karena Felicie. Jadi sekarang gue punya teman yang sama - sama punya wajah bonyok. " ujar Elbert tertawa ketika menghampiri Zico yang masih berbaring di lantai.
Sementara Felicie sedang mengganti pakaiannya.
**********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments