" Lo, bisa bangkit gak, bro ... " tanya Elbert pada Zico.
" Ya, bisalah ... cuma gini doang." jawab Zico gengsi.
" Oh, baguslah ... jadi gue gak perlu capek bantuin Lo." ujar Elbert cuek lalu meninggalkan Zico sendiri di lantai.
Zico pun bangkit dari lantai sambil meringis menahan sakit di pinggangnya.
Felicie yang sudah selesai berganti pakaian lalu menghampiri Zico. Ia pun memapah badan Zico, tanpa mengatakan sesuatu.
Elbert yang melihat hanya bisa menahan emosi di hatinya, lalu
dengan cepat, ia segera menghampiri mereka.
" Biar gue aja, Feli ... Lo pasti capek banget." kata Elbert lalu menggantikan posisi Felicie memapah Zico.
" Hmm ... " ucap Felicie singkat, dan menyerahkan Zico pada Elbert. Ia lalu berjalan menjauh dari mereka.
" Kog Lo gantiin, sih ..." ujar Zico keberatan dengan suara pelan.
" Gue gak mau Lo bersentuhan dengan Felicie. Dia cuma punya gue." jawab Elbert cuek.
" Heh, jangan kepedean Lo, bro ...
emangnya Felicie mau sama Lo ?"
tanya Zico emosi gak terima dengan perkataan Elbert.
" Sekarang memang belum, tapi gue yakin ... gue akan segera mendapatkan hatinya Felicie." jawab Elbert serius.
" Apa Lo tahu, semua tentang Felicie ... ? " tanya Zico.
" Bukan urusan Lo, gue tahu apa gak . Bahkan jika saat ini, ia sudah punya suami, gue gak perduli.
Gue akan merebutnya." jawab Elbert datar , tapi ucapannya mengisyaratkan akan sesuatu.
Zico terdiam mendengar jawaban Elbert. Ia jadi penasaran, siapa sebenarnya Elbert ini. Kenapa kata - katanya seperti mengatakan kalau ia sudah tahu,
Felicie sudah memiliki suami.
Tapi, bagaimana mungkin dia bisa tahu, sedangkan pernikahan Felicie hanya di hadiri keluarga saja dan dilakukan tertutup.
Zico yang awal jumpa dengan Elbert hanya menganggap, dia hanya anak muda biasa yang pecicilan dan sekedar iseng menganggu Felicie waktu di cafe hotel. Tapi setelah mendengar perkataannya sekarang, Zico merasa Elbert bukanlah sosok biasa seperti yang di pikirkan nya.
" Hahaha ... omongan Lo, seakan mengatakan kalau Felicie sudah punya suami. Jangan bercanda, bro ... " tanya Zico memancing Elbert.
" Gue gak ada ngomong, Felicie punya suami ... gue cuma bilang jika Feli punya suami, Lo gak bisa bedain, heh ... " ujar Elbert menghina Zico.
Zico membenarkan perkataan Elbert. Ia memang hanya mengatakan jika bukan punya.
Berarti dia memang belum tahu, kalau Felicie sudah menikah.
" Sorry ... " akhirnya kata Zico.
Elbert hanya tersenyum smirk mendengar ucapan Zico.
" Biar gue yang nganterin Lo pulang. " kata Felicie begitu mereka tiba di dekat mobil.
Zico langsung senang mendengar perkataan Felicie.
" Tapi, Feli ... " ucap Elbert keberatan, tapi terhenti karena dipotong oleh Felicie.
" Dia gak mungkin bawa mobil sendiri. Lo bisa lihat, kondisinya lebih parah dari Lo kemarin." sela Felicie gak ingin di bantah.
Zico tersenyum ke arah Elbert yang sedang melihatnya dengan tatapan kesal.
" Ya, udah ... tapi gue ikutin Lo dari belakang ya, Feli ... biar pulangnya bareng gue." ujar Elbert mengalah.
" Gak usah, Lo langsung pulang aja. Elo pasti capek jugakan. Nanti gue pulang sendiri aja naik taksi." tolak Felicie.
" Tapi ini udah malam, Feli ... kalau gak ada taksi lagi gimana ? " Elbert masih berusaha meyakinkan Felicie.
" Lo gak usah khawatir. Jam segini masih banyak taksi yang seliweran. Udah, gue pergi dulu ..."ujar Felicie lalu mengambil kunci mobil dari tangan Zico.
Elbert hanya bisa menghela nafas dengan kasar mendengar penolakan dari Felicie. Dengan tatapan marah ia menatap Zico.
Sementara Zico, tersenyum dengan wajah mengejek Elbert.
Felicie lalu memapah Zico masuk ke dalam mobil. Setelah menghidupkan mesin mobil, Felicie segera melaju meninggalkan Elbert.
Elbert hanya bisa menatap dengan perasaan kesal, hingga mobil itu hilang dari pandangannya.
" Makasih, Feli ... " kata Zico sambil melihat ke arah Felicie yang sedang menyetir.
" Hmm ... " jawab Felicie singkat.
" Rumah Lo, dimana... ? " tanya Felicie.
Zico pun menyebutkan alamat apartmentnya pada Felicie.
Setelah itu, ia mencoba mengajak Felicie ngobrol.
" Felicie, aku boleh nanya sesuatu ? " tanya Zico dengan suara lirih karena menahan sakit.
" Hmm ... " jawab Felicie tanpa menoleh pada Zico.
" Sejak kapan kamu dekat dengan
pria tadi ? " tanya Zico.
" Baru aja, kenapa ? " jawab Felicie balik bertanya.
" Gak, aku cuma heran aja. Soalnya kemarin di hotel kan baru ketemu, terus sekarang aku lihat kalian udah dekat." ucap Zico memberi alasannya bertanya.
" Oh, biasa aja. Terus masalahnya di mana ? " tanya Felicie datar.
" Gak ada, sih ... apa aku bisa dekat juga dengan kamu, Felicie ?"
tanya Zico sambil melihat Felicie.
" Sebaiknya Lo istirahat, kalau terlalu banyak bicara, nanti luka di mulut Lo, semakin perih." ujar Felicie tanpa menjawab pertanyaan Zico.
Zico yang sebenarnya menunggu jawaban Felicie, merasa senang karena ternyata Felicie perduli juga padanya. Akhirnya ia memutuskan untuk diam, agar tidak membuat Felicie gak suka padanya.
Sementara itu Elbert melampiaskan amarahnya di - mansion, dengan memarahi pelayan yang tidak tahu apa kesalahannya.
" Tuan muda, kenapa ya ... ?
Kog pulang langsung marah - marah kaya gitu ? " ucap salah satu pelayan.
" Iya, padahal tadi waktu keluar dari mansion, kelihatan senang banget. " ujar pelayan yang lain.
" Apa bertengkar dengan pacarnya, ya ... ? ".
" Kaya nya kamu benar, deh ... ".
" Sudah, jangan menggosipkan Tuan Muda, apa kalian mau di pecat, jika di dengar kepala pelayan ? ".
" Eh, kepala pelayan dimana sekarang ? ".
" Lagi di panggil Tuan Muda."
" Oh, kayanya dugaan ku benar, Tuan Muda pasti sudah punya pacar. Biasanya kan Tuan Muda tinggal di sini paling lama cuma empat hari, terus balik ke luar negeri. Tapi kemarin, aku sempat mendengar asisten Tuan Muda mengatakan pada kepala pelayan, mungkin Tuan Muda akan tinggal lebih lama di mansion dari pada biasanya."
" Sepertinya kamu benar, deh ... kadang kalau lagi pulang ke negara ini, malah Tuan Muda memilih menginap di hotel dari pada di mansion."
" Tuh kan .... benar dugaan ku.
Pasti Tuan Muda sekarang punya pacar , jadi memutuskan untuk tinggal lebih lama di sini."
" Aduh, kalau memang benar Tuan Muda sudah punya pacar, berarti kita gak ada kesempatan lagi dong untuk jadi pacarnya."
" Sst ....diam, kepala pelayan sedang jalan kemari. "
Mereka langsung menghentikan pembicaraan mereka mengenai Elbert yang di panggil Tuan Muda oleh mereka.
" Kalian kenapa pada kumpul di sini, apa pekerjaan kalian hanya bergosip saja ? " tanya kepala pelayan dengan wajah datar.
" Sekarang, kembali kerjakan tugas kalian, sebelum Tuan Muda bertambah marah lalu memecat kalian semua."
" Baik, Bu .... " jawab para pelayan yang usianya masih muda sekitar dua puluh tahunan, sambil melangkah pergi meninggalkan kepala pelayan sendiri.
" Apa yang terjadi dengan Tuan Muda ? Kenapa dia bisa marah seperti ini ? Padahal aku bahagia melihatnya sudah sedikit berubah, tidak terlalu dingin seperti dulu. " tanya kepala pelayan dalam hati.
Yah, memang ... sejak Elbert pertama kali melihat Felicie, dia sudah jatuh cinta padanya. Elbert sengaja membuat sikapnya seperti pecicilan jika berada di luar ... tapi bagi orang sekitarnya, yang sudah lama mengenal Elbert. Dia dikenal dengan sikapnya yang sangat dingin, sama seperti Felicie. Makanya ia bisa menyukai Felicie, karena Elbert seperti melihat dirinya di diri Felicie.
Sementara itu Felicie sudah berada di apartment Zico, setelah ia selesai membantu mengobati luka di wajah Zico, Felicie pun ingin beranjak pulang.
" Kamu pulang sekarang ? " tanya Zico pelan, ia masih berharap Felicie di sini menemaninya.
" Ya, sudah malam. Besok gue harus kerja lagi." jawab Felicie.
" Bisakah, sebentar lagi kamu pulangnya ? Tommy lagi di jalan, biar nanti dia yang mengantarkan kamu pulang." ujar Zico memandang wajah Felicie dengan lembut.
" Gak usah, gue ingin cepat sampai di apartment. Kebetulan teman Lo lagi gak ada di apartment, jadi gue bisa bebas sendirian di sana." jawab Felicie menolak permintaan Zico
" Oh, jadi kamu akan pulang sekarang, gak nunggu Tommy dulu ? " Zico masih berusaha menahan Felicie.
" Ya, kamu juga sebaiknya istirahat agar cepat sembuh.
Maaf, jika gue buat Lo jadi kaya gini." ujar Felicie dengan raut wajah menyesal.
" Justru aku senang, dengan keadaanku begini, kamu jadi memperhatikanku. " jawab Zico tersenyum.
" Hmm ... ya, sudah. Gue pulang sekarang." ujar Felicie.
" Baiklah, kamu hati - hati." akhirnya Zico terpaksa mengijinkan Felicie pulang, karena ia tetap gak bisa menahannya.
" Ya ... " jawab Felicie singkat, lalu berjalan membuka pintu apartment Zico dan keluar.
Sepeninggal Felicie , Zico diam mematung di sofa. Ia ingin Felicie tetap berada disini menemaninya, tapi ia juga sadar itu tidak mungkin. Felicie masih jadi milik Aaron, sahabatnya. Ia sudah sangat tidak sabar menunggu waktu tiga bulan. Terlalu lama menurutnya.
Sedangkan Felicie yang sekarang sudah berada di dalam taksi, menuju apartment Aaron baru menyadari. Dia belum juga menaruh uangnya ke bank, karena kesibukannya.
" Besok, gue harus pergi pagi - pagi dari apartment sebelum Elbert datang, agar bisa ke apartment gue lalu pergi ke Bank.
Ya, besok gue harus ngelakuin itu." batin Felicie.
**********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments