Episode 4

Felicie menggunakan taksi untuk pergi menuju mansion nya Tuan William. Walau di hatinya ada rasa khawatir karena harus menghadapi semua ini sendiri, tapi ia sudah bertekad tidak akan menyerah walau apapun yang nanti akan terjadi.

Sementara itu, di rumah Bagas sibuk menghubungi bank untuk segera mencairkan uang yang diminta oleh Felicie. Ternyata dengan menjual nama Tuan William di beberapa bank, Bagas bisa dengan mudah mencairkannya. Bagas bahkan mengatakan kalau ia dan Tuan William akan menjadi besan, makanya pihak bank langsung menyetujui permintaannya. Uang sebesar satu milyar, tersedia dalam waktu cepat.

Ya, ia memutuskan untuk memberikan semua uang yang diminta Felicie. Karena setelah ini, Bagas tidak ingin lagi berhubungan dalam hal apapun dengan anak itu, sama seperti keinginan Felicie tadi.

Setelah Felicie menikah dengan Aaron, anak Tuan William. Bagas dan keluarganya akan aman.

Kini Perusahaan dan rumah ini akan segera menjadi miliknya.

Makanya walaupun dengan berat hati karena harus mengeluarkan uang sebanyak itu pada Felicie, ia tetap menyetujuinya karena Bagas tahu, ia akan lebih banyak mendapatkan uang dari Perusahaan. Proyek - proyek bernilai milyaran sudah di tangannya.

" Ambil koper dan segera masukkan semua uang ini, agar kita bisa membawanya saat anak itu menikah nanti." perintah Bagas pada istrinya.

" Mas, kamu beneran akan memberi uang sebanyak ini sama anak brengsek itu ? " tanya Sisca kesal, karena masih tetap gak setuju.

" Maksud mama ? Memangnya mama mau kalau Papa gak jadi memberikan uang ini pada anak itu lalu dia membatalkan pernikahannya ? Mama sudah siap hidup seperti dulu ? " tanya Bagas dengan wajah marah.

" Sebaiknya mama dan anak - anak diam saja, gak usah banyak protes. Ini semua demi kebaikan kita juga. Sekarang, pergi ambilkan koper !" perintah Bagas serius.

Sisca langsung tak berani mengucapkan sepatah katapun lagi.

Ia tahu apa yang dikatakan suaminya memang benar, tapi ia tetap aja gak rela harus membagi harta mereka pada Felicie.

Dasar nek lampir, seenaknya aja mengakui kalau harta ini miliknya.

Apa dia gak tahu apa, kalau makan harta anak yatim itu dosa !!!

Dengan langkah berat Sisca melangkah pergi menuju kamarnya untuk mengambil koper dan di ikuti oleh kedua anaknya.

Sebelum Felicie tiba di mansion, ia terlebih dulu menghubungi dua teman terbaiknya Devan dan Airin.

Airin adalah teman sebangkunya waktu sekolah menengah atas. Sedangkan Devan, teman Felicie saat dulu mereka berlatih bela diri ditempat yang sama. Ia mengenalkan keduanya, hingga akhirnya Devan dan Airin saling menyukai dan saat ini mereka sedang menjalin sebuah hubungan.

Mereka sangat tahu masalah apa yang sedang menimpa Felicie, saat ini. Walau pun Felicie tetap tidak memberitahu mereka semua tentangnya, seperti ia memiliki apartment dan lain - lain.

Karena Felicie tetap menjaga rahasianya dengan sangat rapat. Ia hanya tidak ingin membagi semua tentang dirinya, walau pada sahabat dekatnya sendiri.

Mereka hanya tahu apa yang ingin Felicie ceritakan saja.

Walau sekarang mereka bertiga tidak terlalu sering bertemu karena kesibukan Felicie yang harus bekerja tapi mereka tetap saling berhubungan melalui telepon.

" Halo Felicie, Lo dimana ? " suara manja Airin terdengar di ponselnya.

" Hmm ... gue lagi menuju mansion Tuan William." Felicie menjawab lalu menjauhkan ponsel dari telinganya.

Karena ia tahu pasti Airin akan meneriakinya.

" Felicie, jangan gilak deh Lo." teriak Airin dengan keras.

" Gue harus melakukan ini." ujar Felicie setelah tak terdengar teriakan Airin lagi.

" Gak, gue dan Devan gak setuju.

Pokoknya Lo harus ikut pergi dengan kami ke Amerika." sahut Airin marah.

"Maaf, Ai ... gue gak bisa pergi bareng kalian. Gue akan menikah hari ini." suara Felicie terdengar serius.

" Gak bisa. Lo harus tetap pergi dengan kami. Kita bertiga berangkat dan kuliah bersama di sana. Ngapain juga Lo harus ikuti kemauan si Bagas sialan itu." kata Airin emosi.

Terdengar jelas kalau Airin sangat marah dengan keputusan Felicie. Ia benar - benar tidak setuju, Felicie harus mengorbankan masa depannya hanya demi Bagas. Felicie anak yang pintar dan berprestasi. Airin sangat menyayangkan kalau ia sampai tidak melanjutkan pendidikannya.

" Gue punya alasan sendiri, Ai ... "

ujar Felicie dengan nada sedih, karena ia tidak bisa menceritakan rencananya.

" Gue gak mau tahu dan gak mau dengar, pokoknya Lo harus tetap ikut dengan kami. Nih, Devan mau ngomong sama Lo." kata Airin kesal dan tetap memaksa Feliece lalu memberikan ponselnya pada Devan.

" Felicie, semua yang gue dengar tadi, beneran ? " tanya Devan lebih dewasa.

" Ya, semua benar, Dev ... ini, bentar lagi gue udah mau nyampe di mansion nya Tuan William."

" Apa Lo, udah mikirin dengan serius keputusan yang Lo ambil ?".

" Tentu saja, gue sudah memikirkannya dengan matang sebelum mengambil keputusan. Lo dan Airin gak usah khawatir."

" Hmm ... gue tahu sifat Lo. Lo gak akan pernah menarik kembali kalau udah mengambil sebuah keputusan."

" Lo benar. Gue menghubungi Lo berdua hanya ingin memberitahu kalau gue gak akan bisa mengantar kalian berdua ke bandara besok. Gue gak mungkin bisa keluar sehari setelah menikah."

" Gue mengerti, tapi teman Lo yang satu ini dari tadi mencak - mencak dan marah terus karena elo lebih memilih menikah dari pada ikut pergi bersama kami." jawab Devan.

" Tolong bilang dengan pacarmu yang manja itu, suatu saat gue pasti akan menyusul kalian berdua di sana tapi bukan sekarang. Jadi, jangan ngambek apalagi ngomel - ngomel gak jelas kaya gitu. Sakit telinga gue dengarnya, nih ... ". Felicie sengaja mengejek Airin.

" Apa Lo bilang, gue manja ?

Bagus, dong ... dari pada lo udah keras - kepala, dingin kaya es lagi."

sahut Airin setelah merebut ponsel dari Devan.

Felicie tertawa pelan mendengar Airin mengejeknya.

" Gue udah nyampe, nih ... semoga Lo berdua tetap baik - baik saja.

Jangan suka bertengkar karena nanti di sana gak ada gue yang bisa nemani elo biar gak nangis seharian. Okey ... " Felicie menasehati Airin.

" Felicie .... " terdengar suara Airin yang mulai menangis.

" Felicie, Lo harus tetap beri kabar ke kami. " kini Devan yang kembali bicara dengan Felicie karena Airin sudah menangis sesugukkan.

" Ya, gue harus turun sekarang.

Sampai jumpa lagi dan save flight." Felicie langsung menutup panggilan dari ponselnya, karena tak ingin jadi lemah mendengar rengekan Airin.

Ia lalu berjalan sedikit setelah turun dari taksi. Karena taksi tak diijinkan masuk sampai ke gerbang mansion. Tapi baru saja ia ingin melewati gerbang mansion, Felicie di hadang oleh dua orang pria berbadan besar.

" Siapa kamu ? " tanya mereka dengan wajah menyelidiki.

Setelah mereka terpana sejenak melihat wajah Felicie yang bule dan sangat cantik. Apa saudaranya Tuan William ? pikir mereka. Tapi dengan cepat mereka tersadar dengan tugas mereka.

" Saya, Felicie Harsaka ... tolong beritahu Tuan William kalau saya sudah tiba disini." ucap Felicie dengan wajah dinginnya.

" Baik. Tapi sebaiknya kamu menunggu disini. Jika Tuan William tidak mengenalmu, kami gak akan segan - segan untuk menghukum kamu." ancam penjaga mansion.

" Silahkan saja." jawab Felicie datar.

Salah - satu dari pria bertubuh besar itu berjalan menuju mansion, sementara yang satunya lagi diluar menjaga Felicie. Sesekali pria itu melirik ke arah Felicie.

" Wanita ini sangat cantik dan kelihatannya masih sangat muda.

Ada perlu apa dia ingin menemui Tuan William ? " tanyanya penasaran dalam hati.

Felicie yang sebenarnya tahu kalau pria ini terus memperhatikannya tetap berdiri dan menunggu dengan wajahnya yang dingin. Ia tidak terlalu perduli selagi pria ini tidak mengusiknya.

Tidak berapa lama, pria yang masuk tadi datang dengan wajah pucat. Ia lalu menghampiri Felicie dan membungkuk dengan hormat.

Pria yang bersama Felicie melihat dengan tatapan penuh tanda tanya " Siapa sebenarnya wanita ini ? ".

" Silahkan masuk, nona ... Tuan William sudah menunggu." ucapnya dengan sopan.

" Baik ... " jawab Felicie singkat.

Ia berjalan mengikuti pria yang menghadap Tuan William tadi.

Semakin dekat dengan pintu mansion, wajah Felicie bertambah lebih dingin dari sebelumnya.

Hingga pria yang bersama Felicie merasa takut dengan aura yang di perlihatkannya.

Begitu di dalam mansion, Felicie melihat kalau ruangan ini sudah di hias dengan sangat mewah. Memang dari luar seperti tidak terjadi apa - apa tapi sangat berbeda begitu masuk ke dalam.

Terlihat pelayan sibuk menata beberapa jenis makanan yang biasa tersedia di hotel mewah.

" Permisi Tuan, ini nona Felicie nya." kata penjaga itu dengan hormat.

" Baik, kamu boleh keluar sekarang." perintah Tuan William tegas pada pria itu.

" Baik ... " pria itu segera pergi meninggalkan Felicie dan Tuan William berdua di ruang tamu.

" Selamat datang di mansion saya, nak ... Ternyata benar berita yang saya dengar. Wajahmu sangat cantik seperti mamamu." ucap Tuan William tersenyum melihat Felicie.

Dahi Felicie langsung berkerut mendengar perkataan Tuan William.

" Apa Tuan William pernah bertemu dengan mama ?" tanya Felicie dalam hati.

Karena penasaran ia pun menanyakannya.

" Maaf, Tuan ... anda mengenal mama saya ? ".

" Tentu saja, mama kamu teman dekatnya adik saya waktu masih tinggal di Perancis." jawab Tuan William dengan raut wajah senang.

Felicie terkejut tapi ia hanya menganggukkan kepalanya saja. Setahu Felicie, waktu ia tahu akan menikah, lalu mencari tahu mengenai Tuan William dan anaknya.

Tuan William asli keturunan Inggris, bagaimana mungkin ia bisa menetap di Perancis. Ia pun memutuskan tidak ingin tahu lebih jauh.

Karena saat ini ia tidak dalam posisi bisa mempercayai siapapun, terutama orang yang baru di kenalnya.

Felicie mengalihkan pembicaraan dari topik mengenai mamanya.

" Maaf, Tuan William ... tadi Pak Bagas mengatakan pada saya kalau anak anda ingin berbicara terlebih dahulu dengan saya sebelum pernikahan ? " ucap Felicie tetap dengan raut dingin

di wajahnya.

William memperhatikan raut wajah Felicie. Anak yang sekarang berada di hadapannya ini sangat terlihat berbeda dengan yang pernah ditemuinya saat masih kecil. Felicie yang dulu selalu berwajah ceria dan ramah. Tetapi sekarang terlihat sangat dingin. Sikapnya sekarang mirip dengan Aaron anaknya, angkuh dan dingin.

Felicie seperti membangun sebuah tembok yang tebal agar orang tidak bisa mendekatinya.

" Tuan ... " panggil Felicie karena melihat William hanya diam tak menjawab pertanyaannya tadi.

Panggilan dari Felicie menghentikan lamunan William.

" Oh, ya ... saya sampai lupa.

Benar, anak saya Aaron ingin bertemu dan membicarakan sesuatu denganmu sebelum pernikahan di langsungkan." jawab William.

" Satu hal lagi, mulai hari ini kamu jangan memanggil saya Tuan lagi. Kamu harus memanggil saya dengan sebutan Daddy sama seperti Aaron anak saya." ucap William lagi dengan senyum ramah.

Walau Felicie heran tapi ia tetap melakukannya. Karena yang paling penting baginya sekarang semua harus berjalan dengan lancar seperti yang di inginkan Felicie.

" Baiklah, kalau itu maunya Tuan.

Saya akan memanggil Daddy mulai hari ini." sahut Felicie.

" Bagus, saya sangat senang. Sekarang saya telah memiliki seorang anak perempuan yang cantik." William menghampiri Felicie lalu menepuk bahunya.

Walau Felicie kaget atas perlakuan Tuan William, ia tetap tidak merubah raut wajahnya.

Masih sama dingin dan terkesan angkuh.

" Daddy akan menyuruh asisten daddy mengantarkan kamu ke ruangan Aaron, calon suamimu." kata William.

William segera memerintahkan asistennya yang sedang sibuk mengawasi persiapan untuk pernikahan Aaron dan Felicie.

Setelah terlebih dulu menunduk dengan hormat pada Tuan William, asistennya langsung menyapa Felicie.

" Selamat datang nona." sapa asisten.

" Terima kasih." jawab Felicie.

" Antar kan nona Felicie keruangan Aaron. Setelah selesai segera bawa ke kamar yang sudah di sediakan untuk beristirahat sebelum penata rias datang. " Perintah Tuan William pada asistennya.

" Baik, Tuan. " jawab asisten hormat.

" Mari nona." ajaknya pada Felicie

Felicie hanya menganggukkan kepalanya pada asisten Tuan William, yang usianya sama dengan Aaron. Sedikitpun tidak ada senyum yang muncul di wajah cantik Felicie.

" Saya permisi, Daddy." ucap Felicie pada William.

" Ya, ikuti saja Rio. Ia akan membawamu ke Aaron." jawab William.

Setelah itu ia mengikuti langkah asisten tersebut menuju ruangan kerja Aaron. Mereka menaiki lift menuju lantai atas.

Di dalam lift, Felicie hanya menatap lurus ke pintu lift tanpa ada melihat ataupun berbicara sedikitpun pada Rio.

Sementara Rio yang sejak awal melihat Felicie sangat terkejut, karena walaupun cantik tapi Felicie terlihat dingin.

Sebenarnya Rio kasihan dengan nasib Felicie, karena harus menikahi Aaron. Sedangkan Rio sangat tahu bagaimana sifat dan sikap Aaron pada wanita.

Aaron tidak akan pernah serius dengan wanita manapun. Bahkan sangat mungkin ia akan berlaku kasar nantinya pada Felicie.

Sementara Rio lagi sibuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Felicie malah mengirim chat pada seseorang. Setelah mendapat balasan chat dari orang yang ditujunya, sudut bibir Felicie agak sedikit naik ke atas. Ia tersenyum kecil.

Terpopuler

Comments

Wiwik Murniati

Wiwik Murniati

semangat thor

2023-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 55
57 Episode 56
58 Episode 57
59 Episode 58
60 Episode 59
61 Episode 60
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84
86 Episode 85
87 Episode 86
88 Episode 87
89 Episode 88
90 Episode 89
91 Episode 90
92 Episode 91
93 Episode 92
94 Episode 93
95 Episode 94
96 Episode 95
97 Episode 96
98 Episode 97
99 Episode 98
100 Episode 99
101 Episode 100
102 Episode 101
103 Episode 102
104 Episode 103
105 Episode 104
106 Episode 105
107 Episode 106
108 Episode 107
109 Episode 108
110 Episode 109
111 Episode 110
112 Episode 111
113 Episode 112
114 Episode 113
115 Episode 114
116 Episode 115
117 Episode 116
118 Episode 117
119 Episode 118
120 Episode 119
121 Episode 120
122 Episode 121
123 Episode 122
124 Episode 123
125 Episode 124
126 Episode 125
127 Episode 126
128 Episode 127
129 Episode 128
130 Episode 129
131 Episode 130
132 Episode 131
133 Episode 132
134 Episode 133
135 Episode 134
136 Episode 135
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 55
57
Episode 56
58
Episode 57
59
Episode 58
60
Episode 59
61
Episode 60
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84
86
Episode 85
87
Episode 86
88
Episode 87
89
Episode 88
90
Episode 89
91
Episode 90
92
Episode 91
93
Episode 92
94
Episode 93
95
Episode 94
96
Episode 95
97
Episode 96
98
Episode 97
99
Episode 98
100
Episode 99
101
Episode 100
102
Episode 101
103
Episode 102
104
Episode 103
105
Episode 104
106
Episode 105
107
Episode 106
108
Episode 107
109
Episode 108
110
Episode 109
111
Episode 110
112
Episode 111
113
Episode 112
114
Episode 113
115
Episode 114
116
Episode 115
117
Episode 116
118
Episode 117
119
Episode 118
120
Episode 119
121
Episode 120
122
Episode 121
123
Episode 122
124
Episode 123
125
Episode 124
126
Episode 125
127
Episode 126
128
Episode 127
129
Episode 128
130
Episode 129
131
Episode 130
132
Episode 131
133
Episode 132
134
Episode 133
135
Episode 134
136
Episode 135

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!