Setelah puas mengistirahatkan tubuhnya, Felicie segera bangkit dari tidurnya. Ia lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Felicie berendam di air hangat agar tubuhnya lebih rileks setelah ketegangan yang terjadi hari ini.
Setelah merasa cukup memanjakan diri, Felicie pun menyelesaikan mandinya lalu keluar dari kamar mandi mewah yang ada di kamar nya.
Felicie hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya, karena berfikir ia hanya sendiri di kamar ini dan ia sudah mengunci pintu kamar. Ia bersenandung kecil, dan terukir senyum indah di bibirnya.
Tapi tiba - tiba pintu kamar terbuka, wajah Aaron muncul di balik pintu dan terpaku melihat pemandangan yang indah di hadapannya.
Tubuh tinggi milik Felicie terlihat mulus, tidak ada noda sedikitpun di badannya. Kulitnya yang putih, sedikit bersinar karena terkena pantulan sinar matahari dari jendela yang terbuka. Bahkan kedua gundukan milik gadis ini terlihat sempurna, besar seperti layaknya wanita dewasa.
Tubuh Aaron langsung bereaksi begitu melihatnya.
Felicie yang berdiri mematung karena terkejut atas kehadiran Aaron di kamarnya, langsung tersadar begitu melihat tatapan Aaron mengarah ke dua gundukan miliknya. Ia pun menjerit dengan kencang.
Aaron yang mendengar suara jeritan dari mulut Felicie, segera mendekat ke arah Felicie untuk membungkam mulutnya. Supaya tidak terdengar oleh Daddy nya, Tuan William.
" Kurang ajar, keluar kamu dari sini ! " bentak Felicie keras.
" Baik, saya akan keluar. Tapi kecilkan suaramu. Saya gak ingin Daddy mendengar teriakan mu."
ucap Aaron lalu melepas tangannya dari mulut Felicie.
Felicie lalu berjalan dengan cepat menuju ruang ganti. Ia segera memakai kembali pakaian miliknya. Ia terus memaki Aaron dalam hatinya.
Sementara Aaron tak bisa menahan senyum, melihat raut wajah Felicie yang sejak tadi hanya dingin dan tidak ada ekspresi, tadi terlihat berbeda.
Ia terlihat sangat cantik dengan senyuman di wajahnya.
" Huss ... gue harus fokus. Pernikahan ini hanya tiga bulan saja. Setelah ini gue akan bebas." bantah Aaron dalam hati.
Felicie kembali dengan tatapan dan wajah dinginnya begitu melihat Aaron masih berada di kamar.
" Kenapa kamu masih di kamar ini ? Sekarang kamu keluar. Kalau tidak aku bakalan teriak lagi biar Tuan William mendengarnya." ancam Felicie.
Felicie merasa tak perlu untuk bersikap sopan lagi dengan Aaron. Apalagi setelah kejadian ini. Ia memutuskan tidak memanggilnya dengan Tuan lagi.
" Baik. Tapi sebentar, ada yang mau saya bicarakan dengan kamu." ucap Aaron memandang Felicie
" Bicara apa lagi ? Bukankan aku sudah menanda - tangani kontrak yang kamu buat. " sergah Felicie dengan kesal
" Bukan masalah itu." jawab Aaron.
" Cepat katakan, setelah itu keluar. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan dalam perjanjian itu tidak ada sentuhan fisik sama - sekali." ucap Felicie dingin.
" Baik, saya minta setelah menikah kamu menolak ajakan Daddy buat tinggal disini. Saya ingin kita segera pergi dan tinggal di apartment.
Karena jika tinggal di sini, kita tidak akan bisa menjalankan perjanjian dalam kontrak tersebut. Daddy pasti memaksa kita untuk tidur di kamar yang sama. Memangnya kamu mau tidur denganku ? " ucap Aaron bicara panjang dengan serius.
Setelah memikirkan perkataan Aaron ada benarnya juga. Felicie memutuskan untuk menyetujuinya.
" Baik, aku akan menolaknya." jawab Felicie singkat.
" Bagus .... " Aaron akhirnya lega karena gadis ini setuju dengan keinginannya.
" Sudah selesaikan. Sekarang kamu bisa keluar." usir Felicie.
" Ya, " Aaron pun melangkah keluar.
Felicie buru - buru menutup pintu kamar. Ia tidak mau kecolongan lagi, ada yang masuk ke kamarnya. Ia pun menarik nafas lega, lalu duduk di kursi meja rias sambil mengeringkan rambutnya.
Baru saja ia selesai mengeringkan
rambut, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
Felicie pun bangkit dan berjalan untuk membuka pintu. Ternyata, sudah ada penata rias dengan beberapa asistennya yang di antar kan oleh Rio, asisten Tuan William.
" Nona, sekarang waktunya anda untuk di rias. " ucap Rio.
" Baik. " singkat jawaban Felicie.
Penata rias buat Felicie dan asistennya lalu masuk dan mulai menyampaikan peralatan make up milik mereka. Salah - satu pelayannya meletakkan gaun pengantin berwarna putih di tempat tidur.
Felicie terlebih dahulu di rias wajahnya dengan make up soft aja atas permintaan Felicie. Karena ia tidak ingin wajahnya terlihat menor seperti Sisca dan anak - anaknya yang selalu memakai make up tebal.
" Anda sangat cantik sekali, nona ... apalagi mata nona sangat indah. " puji Perias begitu menyelesaikan pekerjaannya.
" Terima kasih. " jawab Felicie sopan.
Ia lalu melihat dirinya di cermin, Felicie tak percaya melihat wajahnya yang terlihat berbeda.
Ia terlihat seperti wanita pada umumnya, karena selama ini Felicie tidak pernah memakai make up di wajahnya.
Setelah asisten perias itu membantu memakaikan gaun putih pengantinnya. Felicie kembali duduk di pinggir tempat tidur. Kini ia sedang menunggu kehadiran Bagas dan keluarganya yang akan membawa uang yang di minta Felicie.
Felicie mengirim chat pada Tika, untuk menanyakan keberadaan mereka sekarang. Karena jika ia tahu Bagas menipunya, datang dengan tidak membawa uang sesuai keinginannya. Felicie bersiap - siap untuk mengatakan pada Tuan William agar membatalkan pernikahan ini.
Balasan chat dari Tika pun masuk, bibir Felicie langsung tersenyum begitu selesai membacanya.
Ia tidak menyangka Bagas berhasil mengumpulkan uang, bukan hanya separuh seperti kata Felicie bahkan seluruhnya seperti yang ia inginkan.
Kini perasaan Felicie mulai merasa tenang, rencananya sudah berjalan sempurna.
Ia duduk dengan tenang menunggu kedatangan Bagas dan keluarganya di dalam kamar.
Sementara itu, Bagas dan keluarganya sedang menuju mansion Tuan William. Tangan Sisca terus memeluk koper berisi uang satu milyar. Ia benar - benar tidak rela sebenarnya memberikan uang ini pada Felicie.
Tapi seperti perkataan suaminya, ia harus melakukannya dari pada Felicie membatalkan pernikahannya. Mereka akan jauh lebih rugi dari pada ini.
Bik Sumi dan Tika juga ikut pergi, tapi mereka menggunakan aplikasi online untuk memesan mobil. Karena Bagas dan keluarganya meninggalkan mereka begitu saja.
Felicie sedikit gelisah karena saat melihat jam ternyata sudah mendekati pukul satu siang, tetapi Bagas dan keluarganya belum datang juga.
" Nona, apa ada yang salah ? Kenapa nona terlihat gelisah ?" tanya penata rias yang menemani Felicie di kamar.
" Tidak apa - apa, bu, saya hanya sedang menunggu kehadiran keluarga saya." jawab Felicie.
" Oh, yang sabar ya, nona ... mungkin masih dalam perjalanan." penata rias yang masih terlihat muda walau sudah berusia empat puluh tahun itu menenangkan Felicie.
" Ah, ya ... makasih Bu." jawab Felicie.
Baru saja Felicie selesai bicara, sudah terdengar langkah kaki dan suara heboh milik Sisca dan
anak - anaknya mendekati kamar.
Tidak begitu lama terdengar suara ketukan di pintu. Salah - satu asisten penata rias pun membukanya.
Begitu pintu terbuka, Rio yang mengantarkan mereka langsung pamit undur diri.
Sementara itu Sisca dan kedua anaknya yang masih di depan pintu, menatap Felicie dengan mata yang melotot lebar. Mereka benar - benar tak percaya dengan penglihatannya, Felicie terlihat begitu cantik. Pakaian yang di kenakan nya juga sangat indah.
Terlihat jelas tatapan iri dari mata mereka bertiga.
Sisca pun masuk diikuti Vera dan Vina sambil menyeret sebuah koper yang besar.
" Nih, pakaian kamu. Itu sudah semuanya bukan setengah. " ucap Sisca dengan sinis lalu memberikan koper berisi uang itu pada Felicie.
" Satu lagi, terpaksa Om mu yang akan menjadi wali dalam pernikahan kamu, karena tidak gampang mencari seorang wali hakim dalam waktu sesingkat ini. Walaupun ada tapi mereka menolak, karena masih ada Om mu yang lebih berhak menjadi wali. Jadi, Om kamu minta maaf dan dia minta jangan mempersulitnya lagi." ucap Sisca lagi dengan panjang dan matanya menatap tajam pada Felicie.
" Baiklah, Felicie mengerti.
Terima kasih, Tante udah mau mengantarkan pakaian Felicie." ucap Felicie dengan menarik sudut bibirnya.
Sisca hanya melengos dengan geram mendengar ucapan Felicie.
" Felicie, kalau kamu mau membatalkan pernikahan ini, gak papa kog. Mbak ikhlas menggantikan kamu. Mbak gak tega melihatmu, kamu masih terlalu muda untuk menikah. Biar mbak aja yang menikah." ucap Vera tiba - tiba dengan wajah yang di buat sedih.
" Iya, mbak juga bersedia menggantikan kamu, Felicie." Vina juga ikut bersuara.
" Diam kamu Vina ... kamu itu masih kecil. Selesaikan dulu kuliahmu. Biar mbak aja yang menggantikan Felicie." bentak Vera pada adiknya.
Sisca langsung menatap tajam pada kedua anak gadisnya. Ia tak menyangka kalau anaknya berani mengatakan hal seperti ini.
Sementara itu Felicie hanya tersenyum melihat drama yang terjadi di depan matanya.
Penata rias yang berada di kamar hanya melihat dengan tatapan heran pada Vera dan Vina.
Sebenarnya Vera begitu iri melihat keberuntungan Felicie begitu tiba di mansion ini. Ia tidak menyangka kalau Tuan William sekaya ini. Terlebih lagi ia tidak suka melihat Felicie mengenakan pakaian yang indah seperti sekarang.
Apalagi tadi saat menuju kamarnya Felicie, Vera sempat melihat di sebuah kamar yang pintunya agak terbuka ada tiga orang pria tampan di dalamnya. Dia yakin salah - satu dari mereka adalah Aaron, calon suami Felicie.
Makanya dengan licik ia mengatakan hal seperti tadi. Vera tak peduli walaupun tahu Aaron seorang pria angkuh, dingin, kasar ataupun pemain wanita. Yang paling penting baginya setelah mengetahui Tuan William sekaya ini, ia bisa menikmati semua kekayaan ini jika menikah dengan Aaron. Apalagi Aaron anak tunggal, pasti semua kekayaan Tuan William akan jatuh padanya.
" Felicie , masih ada waktu satu jam lagi sebelum pernikahan. Biar mbak aja, ya yang menikah dengan Tuan Aaron." bujuk Vera dengan bermuka manis.
" Vera, jangan sembarangan kamu bicara. Papa mu bisa marah besar ! " bentak Sisca.
" Gak papa, ma ... Vera kasihan melihat Felicie, dia masih ingin kuliah. Pasti dia sedih harus menikah secepat ini. Biar Vera aja ma, yang menikah dengan Aaron." ucap Vera bersandiwara lalu mengedipkan matanya pada Sisca.
Sisca langsung terdiam begitu melihat kode dari anaknya.
Felicie hampir saja tidak bisa menahan rasa mual di perutnya melihat sandiwara Vera. Ia yakin, Vera mau melakukan ini karena tergiur begitu melihat kekayaan Tuan William.
" Baiklah, kalau mbak memang ingin menggantikan Felicie, Felicie sangat berterima kasih. Mbak bisa mengatakan langsung pada Tuan William dan Papa mbak." ucap Felicie, ia juga tidak masalah kalau tidak jadi menikah dengan Aaron.
Wajah Vera berubah cerah begitu mendengar perkataan Felicie.
" Dasar bodoh, Lo tidak tahu saja kalau gue gak mau elo yang mendapatkan semua kekayaan ini. Hanya gue yang berhak menikmati kekayaan ini. " umpatnya licik dalam hati.
" Ayo, ma ... kita turun sekarang dan bilang sama Papa juga Tuan William biar Vera saja yang menikah dengan Tuan Aaron." ucap Vera semangat sambil menarik tangan Sisca dan adiknya keluar dari kamar.
Felicie hanya tersenyum sinis begitu melihat mereka sangat tergesa - gesa saat pergi meninggalkannya. Jika pernikahan ini di gantikan oleh Vera, Felicie bisa pergi dengan cepat dari negara ini dengan membawa uang yang sudah di dapatnya dari Bagas.
" Nona, anda tidak apa - apa ? " tanya penata rias khawatir setelah melihat kejadian yang terjadi didepannya.
" Saya tidak apa - apa. Ibu jangan khawatir. " jawabnya santai.
" Baguslah, saya pikir anda bersedih karena pernikahan ini mau di gantikan oleh saudara nona." ucap penata rias itu lagi.
" Tentu saja tidak." jawab Felicie singkat.
Dengan langkah lebar dan penuh semangat Vera, Sisca dan Vina mendekati Tuan William dan Papa nya setelah keluar dari lift.
Vera sudah menjelaskan alasannya pada Sisca waktu berada di lift. Sisca langsung menyetujui ide Vera, anaknya. Sisca bahkan membayangkan kekayaan yang bisa ia dapat jika Vera berhasil menikah dengan Aaron.
Sementara itu Bik Sumi dan Tika baru saja tiba di mansion Tuan William. Mata mereka menatap dengan kagum melihat ada rumah yang semewah dan sebesar ini.
Saat mereka di persilahkan masuk oleh Rio, Tika melihat Sisca dan kedua anaknya tergesa - gesa mendekati Tuan William.
Mereka sengaja memperlambat langkahnya agar bisa mendengarkan apa yang ingin mereka bicarakan dengan Tuan William.
Tika dan Bik Sumi begitu terkejut begitu mendengar kalau Vera ingin menggantikan Felicie untuk pernikahan ini. Tetapi dengan tegas Tuan William dan Bagas menolaknya.
Tika menahan tawanya begitu melihat wajah Vera yang berubah cemberut. Mereka pun naik ke lantai atas di antar salah satu pelayan yang ada di mansion ini.
Begitu Tika dan Bik Sumi melihat Felicie, mereka tidak bisa menahan tangisannya. Felicie terlihat sangat cantik dan anggun, mirip sekali dengan mamanya.
" Cantik sekali kamu, nak. " ucap Sumi memeluk Felicie.
" Adiknya mbak cantik banget." ujar Tika ikut memeluk Felicie.
Felicie hanya tersenyum mendengar ucapan Bik Sumi dan Tika.
Tika dan Bik Sumi menceritakan mengenai Vera yang menemui Tuan William dan apa yang terjadi.
" Mereka gak tahu malu banget ya, Felicie ... pasti karena melihat Tuan William sangat kaya, makanya Vera mau gantiin kamu menikah sama Tuan Aaron." omel Tika dengan raut wajah kesal.
" Udah, biarin aja mbak ..." sahut Felicie cuek.
" Iyalah ... ngapain juga mikirin mereka." jawab Tika.
" Nak, kamu udah siap dengan pernikahan ini ? " tanya bik Sumi lembut.
" Siap gak siap Felicie harus siap, Bu .... minimal dengan adanya pernikahan ini Felicie bisa mendapatkan yang Felicie mau." ucap Felicie.
" Ya, nak .... kamu memang berhak mendapatkannya. Itu semua milik kamu yang di tinggalkan oleh kedua orang tua mu." kata bik Sumi lagi.
" Makasih Bu .. " ucap Felicie.
Pintu kamar Felicie kembali di ketuk dari luar. Kali ini Tika yang membukanya. Di sana sudah terlihat wajah Rio, asisten Tuan William.
" Nona, anda sekarang di minta untuk turun ke bawah. Pernikahan nona dengan Tuan Aaron akan segera di laksanakan." ucap Rio sopan, namun matanya tak lepas melihat ke arah Felicie.
" Baiklah, saya akan segera turun bersama Ibu dan mbak saya. Anda bisa turun duluan." jawab Felicie datar.
" Baik. " jawab Rio, lalu berjalan meninggalkan Felicie.
Wajah Felicie kembali di rapikan oleh penata rias sebelum ia turun ke acara pernikahannya.
" Makasih, Bu ... " ucap Felicie pada penata rias tersebut.
" Sama - sama nona, nona adalah pengantin tercantik yang pernah saya lihat. Semoga anda bahagia." ucap penata rias itu dengan tulus.
" Sekali lagi, terima kasih ... " ucap Felicie tersenyum.
" Ayo, kita turun, nak .. jangan sampai Nyonya Sisca datang kemari menyusul kamu." ucap Bik Sumi."
" Iya,bu ... " jawab Felicie lirih.
Mereka segera keluar meninggalkan kamar, begitu pula penata rias dan asistennya. Mereka juga ingin melihat pernikahan Felicie dan Tuan Aaron yang katanya juga sangat tampan.
**********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Harry Gusman Black Light
Di tunggu lanjutannya, ya mom ... 😍
2022-11-13
0