Setelah membereskan seperlunya barang yang akan di bawa, Aaron menghampiri Felicie di kamarnya. Sedangkan kopernya segera di bawa oleh pelayan ke lantai bawah.
Tanpa mengetuk pintu kamar lebih dulu, Aaron langsung ingin membukanya tapi pintu itu terkunci. Dengan kesal ia memanggil nama Felicie.
" Felicie ... " panggil Aaron dengan suara kencang.
Felicie yang baru saja ingin membuka gaun pengantinnya, pura - pura tidak mendengar panggilan Aaron.
" Apa dia ketiduran ? " gumam Aaron karena tidak mendengar jawaban dari dalam.
Setelah bersusah - payah, akhirnya Felicie berhasil membuka gaunnya. Ia pun segera memakai celana jeans dan kaos oblong berwarna putih.
Felicie lalu memasukkan semua mahar yang di berikan Aaron saat menikah tadi ke dalam kopernya yang berisi uang dari Bagas.
Setelah memakai ransel yang berisi pakaiannya, dan menyeret koper, Felicie segera membuka pintu kamar.
Wajah Aaron langsung marah begitu melihat Felicie.
" Ngapain aja kamu di dalam ?
Tidur ? " tanya Aaron marah.
" Gak, beresin koper." sahut Felicie datar.
" Alasan, jadi kenapa diam saja waktu saya memanggil ? Gak dengar, kamu ?" tanya Aaron dengan wajah memerah.
" Dengar." jawab Felicie dingin.
" Terus kenapa gak jawab panggilan saya ? " tanya Aaron geram melihat reaksi yang di tunjukkan Felicie.
" Sekarang jadi pergi apa nggak ?"
tanya Felicie dengan wajah dingin tanpa menjawab pertanyaan Aaron.
Kalau gak ingat dia seorang wanita, ingin sekali rasanya Aaron memukul Felicie, melihat sikap Felicie yang tidak mempedulikan pertanyaannya. Apalagi saat ini, masih berada di mansion Daddy nya. Aaron tidak ingin rencananya buat keluar dari mansion gagal.
Aaron balas tak menjawab pertanyaan Felicie dan melangkah menjauh, tanpa menoleh sedikitpun pada Felicie.
Aaron tersenyum sinis mendengar langkah kaki mengikutinya dari belakang.
Saat memasuki lift, Felicie agak kesulitan menyeret kopernya, tapi Aaron tak berniat untuk membantu. Aaron dengan dingin menunggu Felicie di dalam.
Akhirnya Felicie berhasil dan masuk ke dalam lalu berdiri di depan Aaron. Aaron yang melihatnya hanya mendesis pelan. Suasana hening yang terjadi di dalam lift, karena gak ada niat dari mereka berdua untuk berbicara membuat Aaron yang berdiri di belakang Felicie bisa dengan leluasa memperhatikan tubuh Felicie, terutama bokong Felicie yang terlihat berisi.
" Tubuhnya sangat **** untuk ukuran gadis yang masih berumur tujuh belas tahun." batin Aaron.
Felicie yang merasa Aaron memperhatikannya dari belakang, memutar badannya, hingga posisinya sekarang menyamping.
Hal ini malah membuat Aaron bisa melihat wajah Felicie yang cantik dan tonjolan di depan tubuhnya. Ia merasa gerah begitu membayangkan apa yang ada di balik baju kaos yang di kenakan Felicie. Karena dengan memakai baju longgar aja, tonjolan Felicie tetap terlihat membumbung, apalagi gak memakai apapun.
" Sial, apa yang gue pikirkan ? " umpat Aaron dalam hati.
Begitu pintu lift terbuka, buru - buru Aaron keluar agar tidak berbuat hal yang gila. Felicie yang melihatnya hanya menaikkan alis karena keanehan sikap Aaron.
Begitu tiba di ruang tamu, Aaron menyuruh pelayan untuk memanggil Daddy nya untuk berpamitan.
" Tuan William menyuruh Tuan Aaron dan nona Felicie ke taman samping. Beliau menunggu anda berdua di sana." ucap pelayan menyampaikan pesan dari majikannya.
Tanpa menjawab apapun, Aaron bergegas pergi menemui daddynya. Sedangkan Felicie terlebih dulu mengucapkan terima kasih kepada pelayan sebelum menyusul Aaron menemui Tuan William.
" Dad, kami pergi sekarang." ucap Aaron begitu melihat Tuan William. Felicie hanya diam sambil memperhatikan.
" Duduk dulu ada yang ingin Daddy katakan pada kalian berdua sebelum pergi dari mansion ini."
Mendengar hal ini Felicie pun duduk di depan Tuan William.
Tuan William memberikan senyumannya pada Felicie.
" Ada apa lagi, sih ... dad ? Aaron gak mau sampai kelamaan nyampe di apartment." ucap Aaron memberi alasan lalu ikutan duduk di samping Felicie.
" Daddy hanya ngomong sebentar, gak akan menyita waktu kalian berdua." ucap William pelan.
" Baiklah, apa yang mau Daddy bicarakan ? " Aaron akhirnya mengalah, karena gak mau Daddy nya berubah pikiran buat besok.
" Daddy hanya ingin kalian berdua saling menyayangi untuk selamanya dan segera memberikan cucu buat Daddy." ucap Tuan William lembut.
Felicie langsung tersedak mendengar ucapan Tuan William.
Wajahnya memerah karena malu.
Hilang sejenak wajah dinginnya yang selalu terukir di muka Felicie.
Aaron yang melihat hal ini, tertegun melihat wajah Felicie yang menjadi menggemaskan karena memerah seperti sekarang. Ia pun memberikan segelas air putih yang ada di meja kepada Felicie dan Felicie langsung meminumnya.
Tuan William yang menyaksikan interaksi antara Aaron dan Felicie, merasa bahagia. Ia yakin, gak akan butuh waktu lama mereka berdua akan benar - benar saling mencintai. Walaupun ia juga tahu rasa itu belum ada sekarang.
" Dad, Felicie masih sangat muda.
Umurnya baru tujuh belas tahun.
Jadi kami belum bisa secepatnya memberikan cucu buat Daddy.
Mungkin nanti saat usianya lebih dewasa." Aaron memberikan alasan yang tepat agar Daddy nya tidak menuntut hal ini lagi.
Visual Aaron William
Visual Daddy William
Felicie merasa lega mendengar perkataan Aaron. Mudah - mudahan Tuan William bisa menerima alasan yang di berikan Aaron padanya.
" Pintar juga, dia ngasi alasan." batin Felicie.
" Maafkan Daddy, nak ... Daddy melupakan kalau kamu masih terlalu muda." ucap William menyesal pada Felicie.
" Gak papa, dad ... Daddy gak salah. Daddy hanya mengungkapkan keinginan Daddy.
Felicie yang harus minta maaf karena belum bisa secepatnya memenuhi permintaan Daddy." jawab Felicie dengan nada lembut pada William. Karena ia membayangkan saat ini sedang berbicara dengan papa nya yang sudah tiada.
Aaron terkesima mendengar suara lembut Felicie ketika bicara dengan Daddy nya. Ia terlihat berbeda dari sikap yang di perlihatkan nya pada Aaron. Suara nya hanya dingin dan datar.
" Terima kasih sayang, kamu benar - benar anak yang baik." ucap William mengelus kepala Felicie dan tersenyum.
Felicie tersenyum melihat hal yang di lakukan William. Lagi - lagi ia membayangkan seandainya papa masih ada mungkin akan melakukan hal yang sama.
Aaron tersentuh melihat senyuman yang ada di wajah Daddy nya. Sudah lama ia tidak bisa menyaksikan ada senyuman di wajah daddy, setelah kematian mommy Aaron. Ternyata gadis ini bisa membuat Daddy tersenyum lagi. Ada rasa hangat yang menjalar seketika di hati nya.
" Daddy jangan khawatir, begitu Felicie siap, kami akan berusaha agar Daddy bisa memiliki cucu sebanyak - banyaknya." ucap Aaron enteng lalu tersenyum pada William.
Felicie yang mendengar nya langsung melototkan mata indah milik nya ke arah Aaron dengan tatapan dingin. Aaron hanya menahan tawa dalam hati nya. Seru juga melihat gadis kecil ini
marah seperti ini.
" Terima kasih, nak ... " jawab William sambil tertawa kecil.
Aaron terpana melihat tawa yang keluar dari mulut Daddy, ternyata benar kehadiran gadis kecil ini membuat Daddy nya bahagia.
" Baiklah, dad ... bisakah kami pergi sekarang ? " tanya Aaron.
" Ya, ya ... tapi ingat janji kalian, kalau kalian berdua harus sering datang ke mansion ini, terutama Felicie. Daddy belum puas berbicara dengan kamu, nak ... " ujar William menatap Felicie.
" Iya, dad ... Felicie akan sering mengunjungi Daddy. " jawab Felicie.
" Baik, jika Aaron membuat kesal atau menyakiti kamu, jangan takut untuk cerita pada Daddy. Biar Daddy yang membalasnya." pesan William.
" Dad, untuk apa Aaron berbuat seperti itu pada gadis kecil ini. " ucap Aaron gak terima dengan wajah cemberut.
Felicie tertawa senang dalam hati melihatnya. Rupa nya sikap Aaron bisa berubah seperti anak kecil jika berhadapan dengan Tuan William, tidak terlalu menyebalkan seperti yang Felicie dengar.
" Kenapa kamu kesal ? Daddy hanya memberi pesan pada putri Daddy yang cantik ini." ucap William santai.
" Tapi, dad ... Aaron yang putranya Daddy bukan gadis kecil ini." jawab Aaron kesal.
" Sekarang sudah beda, Felicie adalah putri Daddy. Jadi jika kamu berbuat hal yang tidak benar pada Felicie , kamu akan berhadapan dengan Daddy." ancam William.
" Ah, terserah Daddy lah. Sekarang biarkan kami pergi." ucap Aaron malas.
" Baiklah, kalian boleh pergi sekarang. Daddy harap kalian berdua bisa lebih cepat dekat setelah tinggal berdua di apartment." ucap William pada keduanya.
" Itu pasti, dad ... Daddy jangan khawatir." ucap Aaron cepat agar bisa segera pergi.
" Bagus. Daddy senang mendengarnya." ucap William.
" Felicie ,sini nak ... Daddy ingin memelukmu sebelum pergi. " kata Tuan William lagi sambil berdiri dari duduknya.
Felicie pun bangkit dan mendekati William, lalu memeluknya. Setelah puas memeluk Felicie, William pun melepas pelukannya. Begitu juga dengan Aaron, ia melakukan hal yang sama seperti tadi.
" Kalian pergilah, hati - hati di jalan." ucap Tuan William berusaha membunyikan kesedihannya.
" Ya, dad ... Terima kasih." ucap Felicie lembut.
Aaron lagi - lagi terpana, ia baru sekali mendengar suara lembut Felicie. Dari awal mereka ketemu hanya suara yang dingin dan datar yang di perlihatkan nya.
" Ah, tapi pasti dia sengaja bersandiwara, agar Daddy tidak curiga dengan pernikahan kami.
Gak mungkin wajah dinginnya itu bisa berubah secepat ini." bantah Aaron tak percaya dalam hati.
Kini Aaron dan Felicie melangkah menuju mobil sport milik Aaron, sementara Rio asisten Tuan William membawa mobil yang lain , karena Aaron menaruh koper milik mereka di situ.
Aaron yang semangat karena sekarang bisa hidup bebas tanpa harus ada larangan lagi dari Daddy, segera masuk ke dalam mobil tanpa mempedulikan Felicie.
Felicie yang terbiasa hidup mandiri sejak kepergian Papa nya, juga tidak terlalu peduli dengan sikap Aaron. Ia lalu masuk ke dalam mobil tanpa harus menunggu Aaron membukakan pintu untuk nya. Apalagi sekarang Felicie tak perlu menjaga sikap lagi seperti di depan Tuan William.
Aaron segera memacu dengan kencang laju mobilnya, ia ingin segera sampai di apartment.
Sementara Felicie menikmati jalanan yang mereka lalui.
Tidak ada satu pembicaraan yang terjadi di antara mereka sepanjang perjalanan. Kini mereka berdua sudah kembali pada sikap masing - masing, dingin.
Tak butuh waktu lama karena Aaron membawa mobil dengan kecepatan tinggi, akhirnya mereka berdua pun tiba di apartment milik Aaron yang terletak di kawasan elite. Begitu Aaron selesai memarkirkan mobilnya, Felicie segera turun, begitu juga dengan Aaron. Sedangkan Rio masih belum tiba, karena tertinggal di belakang.
Aaron berjalan tanpa peduli pada Felicie yang mengikuti langkahnya dari belakang.
Begitu tiba di depan apartment, Aaron langsung menekan pintu dengan kode tertentu.
Begitu pintu terbuka, Aaron melangkah masuk dan di ikuti oleh Felicie.
" Kita menunggu Rio dulu, baru saya akan memberitahu letak kamar kamu." ucap Aaron tanpa melihat ke arah Felicie.
Aaron berjalan menuju lemari es dan mengambil minuman yang tersedia, lalu meminum nya tanpa menawarkan pada Felicie yang juga sedang kehausan.
Felicie dengan acuh lalu mengambil botol minuman yang ada di lemari es, dan menuang nya ke dalam gelas yang ada di sana. Lalu segera meminumnya.
Aaron melihat apa yang di lakukan Felicie dari sudut matanya.
Tak lama terdengar suara bel di apartment Aaron, sebelum membukanya terlebih dulu ia melihat ke arah monitor yang tersedia. Ternyata Rio bersama seorang pelayan yang membawa koper mereka berdua sudah sampai. Aaron pun membuka pintu buat mereka.
Felicie yang melihat kehadiran Rio dengan koper miliknya segera menghampiri. Ia sebenarnya ingin segera mengambil koper, tapi karena gak ingin membuat Aaron dan Rio curiga kalau koper itu sebenarnya bukan berisi pakaian melainkan uang, Felicie pun mengurungkan niatnya.
" Ini di letakkan di mana, Tuan ?" tanya Rio.
" Letakkan di lantai atas, karena kamar kami berada di sana." jawab Aaron datar.
" Baik, Tuan .... " jawab Rio sopan, lalu berjalan di ikuti pelayan membawa koper milik Aaron dan Felicie menuju lantai atas.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Rio pun pamit pada mereka berdua.
" Saya permisi Tuan, Nona ...".
" Baik, terima kasih." kali ini Felicie yang menjawab, karena berkat bantuan Rio, Felicie tidak perlu bersusah - payah membawa koper miliknya.
Rio dan pelayan segera melangkah keluar dari apartment setelah menyelesaikan tugasnya. Tapi sebelum menutup pintu, Rio masih sempat mencuri pandang ke arah Felicie dan Aaron melihatnya.
" Hee, rupanya asisten tengik itu menyukai gadis kecil ini." ucap Aaron dalam hati.
" Ikuti saya, saya akan membawa kamu berkeliling di sini, agar kamu tidak bingung letak - letaknya jika saya tidak ada di apartment." perintah Aaron dengan nada datar.
" Baik." jawab Felicie singkat tak kalah datar.
Aaron pun memberitahu di mana lokasi dapur, laundry, dan lain - lain.
Setelah itu, Aaron membawa Felicie menuju lantai dua. Felicie memperhatikan dengan teliti setiap ruangan yang di perlihatkan Aaron padanya. Ia tidak mau kebingungan mencari, jika nanti membutuhkan sesuatu.
Ternyata selain mini bar di lantai satu, di lantai dua juga ada bahkan lebih besar dan mewah.
" Ini kamar kamu." ucap Aaron sambil membuka pintu kamar.
Felicie masuk dan melihat isi kamar yang akan di tempati nya selama tiga bulan ini. Kamar nya bagus dan lumayan luas. Bahkan ada tersedia ruangan khusus untuk Felicie menempatkan pakaian dan barang - barangnya nanti.
" Saya, sudah selesai memberitahu kamu semua. Jangan pernah menanyakan hal ini lagi pada saya." ucap Aaron sambil membalik badannya dan melangkah pergi meninggalkan Felicie sendiri.
Felicie tak peduli dengan sikap yang di tunjukkan Aaron padanya, saat ini ia ingin segera membersihkan tubuhnya karena sudah sangat lengket. Sejak menikah tadi, ia hanya mengganti gaunnya tanpa sempat mandi, karena Aaron buru - buru ingin pergi ke apartment nya. Tapi Felicie teringat akan kopernya yang masih berada di luar, karena Rio tidak berani masuk ke dalam kamar. Ia pun keluar dan melihat koper nya yang di letakkan agak sedikit jauh dari kamar Felicie. Mungkin Rio berfikir, karena itu kamar yang paling besar, dan mereka akan menempatinya.
Felicie dengan segera melangkah untuk mengambil koper, tapi saat ia hendak membawanya tiba - tiba pintu kamar itu terbuka. Ternyata, ini kamarnya Aaron.
Mata Aaron terlihat sedang menyelidiki Felicie. Ia berfikir, Felicie sedang berusaha mendekatinya.
" Sedang apa kamu di depan kamar saya ? Mau menggoda saya, jangan pernah berharap. Saya tidak suka dengan gadis kecil kaya kamu." ucap Aaron dingin.
Mendengar ucapan Aaron, ingin sekali rasanya Felicie mencekik leher Aaron. Kog, ada manusia yang kepedean kaya gini. Mungkin dia tampan dan di luar sana banyak wanita yang suka sama dia, tapi Felicie tidak termasuk salah satunya. Bahkan ia jijik membayangkan sudah berapa banyak wanita yang tidur dengan Aaron.
" Kenapa kamu diam ? Benar kamu mau menggoda saya ? " tanya Aaron lagi melihat Felicie yang terdiam.
" Jangan kepedean kamu, saya mau ngambil koper. Rio terlalu jauh meletakkannya dari kamar saya." jawab Felicie dengan wajah dinginnya kembali sambil menarik kopernya pergi menuju kamarnya tanpa menghiraukan Aaron.
Aaron terkejut mendengar ucapan yang di katakan Felicie. Ternyata ia salah menduga. Gadis kecil itu bahkan tak menganggapnya sama sekali. Sangat berbeda dengan wanita lain, mungkin jika wanita di luar sana melihat ada kesempatan seperti ini akan segera membuka pakaiannya dan menyerahkan diri mereka dengan sukarela pada Aaron.
" Sial ... " umpat Aaron kesal melihat Felicie yang sudah masuk ke dalam kamar.
Setelah Felicie meletakkan koper kesayangannya di dalam lemari, ia pun segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Setelah puas berendam dengan air hangat dan membasuh tubuhnya, akhirnya Felicie pun tertidur di ranjang besar yang ada di kamar ini.
**********************************
* Mohon dukungannya ya dari teman - teman semua.
* Jangan lupa beri Like, Koment, Vote dan Hadiah yang banyak.
* Maaf, jika masih banyak kesalahan dalam penulisan.
* Semoga kalian menyukai cerita yang saya buat.
* Terima kasih ... 🙏🙏🙏😍😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Safira Mohammad
aron ny ckep bngt bkin melekeh/Grin/
2024-02-07
0
Nurhasanah
aku sk visual y,,bule dan ada turkey2 y,jgn smpe kore trs visual y,klo bt novel gk pantes,tp drakor y sk.
2023-08-24
0
Andra Adinda
semagat kak
2022-08-15
1