" Ke arah sini, nona ..." ucap Rio begitu pintu lift terbuka
" Ya ... " jawab Felicie dan kembali mengikuti langkah Rio.
Sambil berjalan ia memperhatikan sekeliling, banyak ruangan ada di lantai atas ini, selain beberapa pintu yang sedang tertutup. Bahkan ada tersedia ruang tamu yang sangat besar. Rumah Felicie yang mewah saja, tidak ada apa - apanya jika di bandingkan dengan mansion ini.
Tapi untuk apa kamar yang banyak tersedia di sini, sedangkan setahu Felicie, Tuan William hanya memiliki Aaron, sebagai anak
satu - satunya. Isteri Tuan William juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
" Ini, nona ... ruang kerja Tuan Aaron." Rio menghentikan langkahnya tepat di ruangan yang paling sudut.
" Sebentar, saya akan memberitahu Tuan Aaron atas kehadiran nona." sambung Rio.
" Baik ... " jawab Felicie datar.
" Ternyata bukan hanya wajahnya saja yang dingin, suaranya juga." batin Rio.
Rio segera mengetuk pintu ruangan kerja Aaron. Ia harus secepatnya turun lagi ke lantai bawah. Walaupun tidak di adakan pesta yang megah layaknya pernikahan konglomerat, tapi Tuan William tetap ingin mansion nya ditata dengan indah dan mewah. Padahal hanya di hadiri keluarga Tuan William, Bagas dan beberapa orang terdekat sebagai saksi di pernikahan nanti.
Setelah mendapat jawaban dari Aaron yang memerintahkan dia masuk, Rio pun segera masuk dalam ruangan itu.
Disana selain Aaron yang sedang tampak sibuk menulis sesuatu, sudah ada seorang Pengacara yang bernama Zico dan asisten pribadinya, Tommy yang merupakan sahabat dekat Aaron.
" Maaf, Tuan ... Nona Felicie sudah datang dan sekarang sedang menunggu di luar." Rio menjelaskan.
Aaron menghentikan pekerjaannya. Dahinya langsung berkerut mendengar yang di sampaikan Rio.
Sebenarnya, kalau ia tidak di ancam oleh Daddy nya, ia tidak akan menerima pernikahan ini. Tapi Daddy mengancam tidak akan memberikan sedikit pun warisan dan perusahaan jika Aaron berani menolak pernikahan yang sudah di atur oleh Tuan William.
Apalagi setelah ia mengetahui, kalau wanita yang akan di nikahkan dengannya adalah seorang gadis kecil yang baru saja menamatkan sekolahnya.
Apa yang bisa ia lihat dan harapkan dari gadis seperti itu.
Pasti tubuhnya tidak seperti wanita dewasa, yang banyak menonjolkan keseksian. Selain itu Aaron memang belum terfikir untuk menikah, ia masih ingin bersenang - senang dengan banyak wanita seperti selama ini.
Aaron juga masih menunggu kedatangan seseorang yang ia dengar akan pulang dalam waktu enam bulan ini.
" Hmm ... Suruh dia masuk dan jangan biarkan siapapun mendekati ruangan ini selagi saya berbicara dengan wanita itu." perintah Aaron dengan wajah angkuhnya.
" Baik, kalau begitu saya permisi Tuan." kata Rio sopan.
Begitu Rio keluar, Zico dan Tommy langsung mendekati Aaron yang duduk di kursi kerjanya.
" Bro, kalau wanita ini cantik dan seksi, gimana ? " tanya Zico sambil tertawa.
" Iya, benar tuh yang di omongin Zico. Lo tetap gak menganggapnya isteri ? " sahut Tommy.
" Ya, gak lah. Gue gak perduli.
Gue hanya mau pernikahan ini bisa cepat berakhir sesuai dengan waktu yang ku inginkan." ucapnya dingin.
" Gila, Lo ya ... nikah aja belum udah mikirin cerai." umpat Tommy dan Zico.
" Hee ... Emangnya gue peduli." jawab Aaron datar.
Tak lama terdengar suara ketukan di pintunya. Setelah kembali memasang wajah dinginnya, Aaron menugaskan Tommy untuk membukakan pintu buat Felicie. Sedangkan Aaron duduk dengan angkuh di kursinya dan kembali serius memeriksa dokumen yang ada.
Begitu pintu terbuka muncullah wajah Felicie yang cantik juga seksi. Tommy dan Zico, terkesima melihatnya. Padahal ia hanya memakai celana jeans dan kaos putih berlengan pendek dengan rambut yang di kuncir. Tubuhnya yang tinggi sangat sempurna, kaki Felicie yang jenjang terlihat seksi dengan jeans ketat yang di kenakan nya.
Sementara Aaron tetap tidak peduli, ia masih sibuk memeriksa dokumennya, tanpa melihat ke arah Felicie.
" Wah, gadis muda ini sangat cantik. Aaron sangat beruntung, tapi kenapa wajahnya dingin sekali ? " batin Tommy.
" Silahkan masuk, nona." ucap Tommy.
Setelah Felicie menganggukkan kepalanya, ia pun masuk ke ruangan itu. Bahkan wajahnya yang dingin itu, berjalan tanpa menoleh sedikit pun pada Zico dan Tommy.
Hal ini membuat mereka berdua merasa penasaran dengan Felicie.
Tidak sedikitpun terlihat di wajah wanita ini rasa khawatir apalagi takut, harus berhadapan dengan Aaron.
Felicie hanya berdiri mematung tanpa bersuara sedikitpun, menunggu Aaron yang tak juga berbicara.
" Tuan Aaron, nona Felicie menunggu anda." ucap Tommy memecahkan suasana yang hening.
Aaron mengangkat wajahnya mendengar omongan Tommy.
Ia lumayan terkejut begitu melihat wanita di hadapannya. Tidak seperti perkiraannya.
" Wajahnya cantik, tubuhnya juga tidak seperti gadis remaja lainnya.
Di beberapa tempat yang harus menonjol, tumbuh dengan sempurna." otak mesum Aaron berbicara.
" Jadi kamu yang namanya Felicie ? " tanyanya angkuh dari tempat duduknya.
" Ya ... , " jawab Felicie singkat.
" Kenapa kamu menerima pernikahan ini ? " tanya Aaron ingin tahu.
" Terpaksa ! " jawab Felicie dingin.
Aaron dan kedua temannya berusaha menutupi rasa terkejut di wajah mereka mendengar ucapan Felicie.
" Kalau begitu bagus, saya juga terpaksa menikah denganmu. Jadi saya tidak perlu bersusah - payah harus berpura - pura bersikap manis di depanmu." ucap Aaron dengan tatapan dinginnya lalu melihat reaksi dari Felicie.
Tetapi sedikitpun tidak terlihat perubahan di wajah Felicie, ia tetap berdiri tak bergeming dengan wajah dinginnya.
Melihat hal ini, Aaron pun bangkit dari duduknya dan menghampiri Felicie. Kini ia bisa lebih jelas melihat wajah gadis ini.
" Kamu harus menanda - tangani beberapa syarat dalam surat perjanjian yang saya buat, sebelum pernikahan ini di langsungkan." kata Aaron dengan wajah angkuhnya.
Felicie hanya diam, tak menjawab perkataan Aaron. Ia memang tak peduli sama - sekali. Baginya yang terpenting saat ini hanyalah menyelamatkan perusahaan Papanya.
Aaron mengernyitkan dahinya karena tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Felicie.
Wajahnya mulai terlihat emosi, karena tidak ada yang pernah berani bersikap seperti itu pada nya selama ini.
Dengan wajah merah, menahan emosi ia melemparkan map coklat yang berisi surat perjanjian, ke arah Felicie hingga berjatuhan di lantai.
Felicie dengan santai, memungut kertas itu dari lantai, lalu bersiap membacanya.
Tommy dan Zico yang berada di ruangan itu mulai merasa ketakutan, karena melihat wajah emosi Aaron. Mereka takut, Aaron bersikap kasar pada gadis ini. Sementara beberapa jam lagi, pernikahan akan di laksanakan.
Jika, Tuan William tahu bisa berbahaya.
Sedangkan Felicie menahan senyuman di wajahnya, begitu melihat isi perjanjian yang di buat Aaron. Ia sangat suka dan tidak keberatan sama sekali karena memang ini yang di inginkan nya.
Jadi Felicie tidak perlu bersusah - payah menjalankan rencananya menyangkut Aaron.
Felicie membaca ulang surat perjanjian, atau lebih tepatnya bisa di katakan sebuah kontrak pernikahan yang di tetapkan Aaron.
Isinya, antara lain :
Pernikahan ini akan berlangsung hanya selama tiga bulan, setelah itu Aaron akan menceraikan Felicie. Aaron akan memberikan kompensasi sebesar dua milyar setelah bercerai.
Tidak boleh jatuh cinta pada Aaron selama dalam ikatan pernikahan.
Tidak mencampuri urusan pribadi masing - masing. Terutama kehidupan asmara Aaron bersama beberapa wanita,
begitu juga sebaliknya.
Tidak boleh ada sentuhan fisik.
Tidak akan tidur di kamar yang sama, walaupun tinggal di rumah yang sama. Kecuali jika ada Tuan William, mereka berdua akan bersandiwara selayaknya suami - istri.
Tidak ada yang boleh mengetahui jika mereka menikah.
Semua poin - poin yang ada dalam surat ini, sangat menguntungkan bagi Felicie.
Ia sempat khawatir awalnya saat menerima pernikahan ini, karena takut jika Aaron memaksa ia bersikap layaknya seorang istri pada umumnya.
Felicie segera menanda - tangani sebelum Aaron memerintahkan padanya, karena ia tidak ingin
tiba - tiba Aaron berubah pikiran dan merubah isi kontrak ini.
Aaron dan ke dua temannya yang ada di ruangan itu tidak menyangka kalau Felicie menerima isi perjanjian tersebut dengan sangat mudah.
Setelah selesai menanda - tangani kontrak dan meletakkan di meja, Felicie ingin segera beranjak pergi dari ruangan itu.
Aaron yang melihat Felicie langsung menanda - tangani tanpa ada rasa keberatan terlihat heran sekaligus senang karena tidak perlu bersusah - payah untuk memaksa gadis kecil ini.
" Tunggu ! " perintah Aaron begitu melihat Felicie sudah di depan pintu.
Felicie menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya yang sedang membelakangi Aaron.
Matanya dengan dingin memandang Aaron.
" Ada apa lagi Tuan Aaron, tugas saya sudah selesai atau ada syarat lain yang ingin Tuan tambahkan ? " tanyanya mulai merasa khawatir, tapi berhasil ia tutupi dengan baik.
" Tidak, tetapi kenapa kamu tidak protes dengan kontrak yang saya buat ? " tanya Aaron penasaran.
" Tidak ada gunanya juga. Bukankah saya tetap harus menikah dengan Tuan, ada atau tidak adanya perjanjian ini." jawab Felicie datar.
Mereka yang ada di ruangan ini terkesiap mendengar jawaban yang di berikan Felicie. Apalagi wajah Felicie di hadapan mereka ini terlihat sangat dingin dan tidak ada ekspresi sedikitpun.
Sedangkan biasanya, jika wanita lain yang berada di posisi Felicie pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan pernikahan dengan Aaron. Karena tidak ada yang bisa menolak pesona di diri Aaron. Selain kaya, pengusaha terkenal dan juga sangat tampan. Sementara gadis kecil ini, bahkan tak bereaksi sama sekali saat memandangnya.
Tak ada sedikitpun tatapan memuja di bola mata yang indah namun dingin milik Felicie.
" Bagus. Sekarang sebaiknya kamu keluar dan persiapkan dirimu untuk pernikahan ini." perintah Aaron akhirnya karena tidak menemukan jawaban dari rasa penasarannya.
Setelah Felicie menganggukkan kepalanya, ia lalu melangkah keluar dengan tenang meninggalkan Aaron dan temannya di ruangan kerja itu.
" Gadis yang aneh ?" ucap Aaron begitu Felicie keluar.
" Tapi dia cantik banget, bro ... " sahut Zico.
" Benar, cantik dan seksi." tambah Tommy tersenyum.
" Mata Lo berdua buta apa ? kaya gitu di bilang seksi. " bantah Aaron kesal.
" Lo gak menyesal harus bercerai dengan gadis itu setelah tiga bulan ?" tanya Zico.
" Ya, gak lah ... ! " jawab Aaron datar.
" Masih original Lo, bro ... biasanya Lo kan selalu dapat yang bekas melulu." ucap Zico lagi.
" Iya, bro ... kalau Lo cerai sama gadis kecil itu, gue siap menampungnya. " ujar Tommy lalu tertawa.
" Gue juga mau. " sahut Zico gak mau kalah dengan Tommy.
" Dasar sinting. Terserah, gue gak peduli." ucap Aaron lalu menanda - tangani kontrak perjanjian yang sudah di tanda - tangani Felicie.
" Ini, udah gue tanda - tangani. Cepat Lo buat kopian nya, terus berikan pada gadis itu, sebelum pernikahan. " perintah Aaron pada Zico.
" Okey, boss ... Tapi gue serius nih dengan perkataan gue tadi. Setelah Lo cerai, gue akan mendekatinya." ucap Zico serius.
" Eh, gak bisa gitu dong Zi ... gue juga mau. " seru Tommy melotot pada Zico.
" Gak masalah, kita akan bertarung secara adil. Yang bisa mendapatkan hatinya, dia yang menang." jawab Zico santai.
" Oke, tapi, bro ... Lo gak lihat tadi.
Tatapannya dingin banget, gak ada ekspresi sedikitpun di wajahnya." ucap Tommy mengerutkan dahinya seperti memikirkan sesuatu.
" Iya, benar Lo bilang. Tapi gak masalah, gue yakin bisa membuat senyum di wajah cantiknya itu." jawab Zico yakin.
" Kepedean Lo ... " umpat Tommy.
Aaron yang sejak tadi diam mendengar perdebatan di antara keduanya sedikit terganggu.
" Hei ... Lo berdua bisa diam, gak ?
Lo, Zico ... gue nyuruh Lo buat segera kopian dan kasi ke gadis itu sekarang. Sedangkan Lo, Tom ... masih ada tugas elo yang belum selesai. Mana Jas buat gue nikah nanti ? " bentak Aaron kesal.
Zico dan Tommy hanya tertawa mendengarnya.
" Siap, boss ... , " ucap Zico lalu bergerak keluar.
" Jas Lo udah gue letak di kamar, boss ... , " jawab Tommy.
" Hmm ... terus baju yang mau dipakai gadis itu ? " tanya Aaron.
" Semua udah di siapkan, boss ...
Tuan William yang mengaturnya."
jawab Tommy lagi.
" Baik, sekarang sebaiknya kita keluar. Gue mau ketemu dengan Daddy dulu." ujar Aaron lalu melangkah keluar meninggalkan Tommy sendiri di ruangan kerjanya.
" Sialan, dasar bos brengsek ... angkuhnya gak ketulungan." umpat Tommy, sambil ikut beranjak pergi.
Sementara Felicie sedang beristirahat sejenak di kamar setelah di antar oleh salah - satu pelayan di mansion, yang sudah di sediakan Tuan William untuknya sebelum nanti ia harus di rias oleh penata rias buat pernikahannya.
Ia memejamkan matanya, tubuhnya yang lelah langsung tertidur.
**********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments