Feliece yang sedang senang karena telah menyetor uang nya ke bank, segera menapaki jalan untuk menuju halte bus.
Kali ini ia akan mengurus hal penting lainnya demi masa depannya.
Sementara itu Zico yang tidak melihat Felicie di tempat ia biasa menunggu untuk menjemputnya, merasa gelisah. Sejak tadi ia sudah menghubungi nomer ponsel Felicie, tapi tidak aktif juga.
' Feli, kenapa gak datang, apa dia gak berangkat kerja ? Apa dia masih ketiduran, karena semalam pulang kemalaman atau dia terpaksa menginap di tempat Zico, karena dia memaksa nya ?"
begitu banyak pertanyaan yang terjadi di benak Elbert.
Elbert kembali menghubungi nomer ponsel Felicie, tapi lagi - lagi belum aktif.
Ia lalu memerintah anak buahnya, untuk mencari tahu di mana keberadaan Felicie sekarang.
" Tuan, nona Felicie baru saja keluar dari bank dan sekarang sedang menuju kantor imigrasi." jelas orang yang di suruh Elbert.
" Imigrasi ? ikuti dia dan lihat apa yang sedang di lakukannya. " perintah Elbert.
" Baik, Tuan ... ".
Elbert segera memutuskan sambungan teleponnya kemudian memacu mobil sportnya ke - sebuah tempat.
Sedangkan saat ini Tommy harus kelimpungan karena mengerjakan semua kerjaan yang di tinggalkan Aaron.
" Sialan ... dia enak - enakan pergi liburan dengan wanita ular itu sementara gue harus mengerjakan semua ini. " umpat Tommy kesal.
" Hei, kenapa Lo, terus kenapa elo semalam gak jadi datang ke tempat gue ... ? " Zico yang baru saja tiba di perusahaan langsung bertanya pada Tommy.
"Sorry, bro ... gue gak bisa datang semalam, ini karena wanita ular itu memaksa Aaron buat pergi liburan, jadi gue harus mengerjakan semua kerjaan Aaron yang di tinggalkannya." sahut Tommy kesal masih sibuk melihat berkas di depannya.
" Oh, Aaron pergi liburan kemana, Tom ... ? " tanya Zico lagi.
" Paris, biasalah ... pasti wanita ular itu akan memoroti Aaron lagi.
Tapi sayangnya Aaron terlalu bodoh karena cinta, jadi gak bisa melihat kalau wanita ****** itu hanya memanfaatkannya saja." Tommy menjawab pertanyaan Zico.
" Oh, Lo udah dapat semua bukti mengenai wanita ****** itu ? " tanya Zico sambil duduk di sofa dengan perlahan, karena badannya masih pada sakit.
" Sudah, tapi gue masih berusaha untuk menasehati Aaron dulu, jika dia gak mau dengar juga omongan gue sama Lo, baru gue memberikan semua bukti itu padanya." Ketika Tommy bangkit dari duduknya, baru ia melihat wajah Zico.
" Eh, kenapa muka Lo... bro ? Kog bonyok gitu ... " Tommy terlihat terkejut.
" Makanya gue semalam nyuruh Lo datang ke apartment , tapi Lo nya gak bisa. " ucap Zico kesal.
" Gue kan udah bilang sorry, bro ...
sibuk banget gue. Jadi siapa yang buat Lo kaya gini ? " Tommy menanyakan lagi, karena penasaran siapa yang bisa buat Zico bonyok seperti ini.
" Felicie ... jadi gue ikut ke sanggar bela diri tempat dia ngajar, terus dia ngajak gue buat jadi lawan tandingnya. Ya, gue mau dong ...
gue kirain, dia cuma bisa bela diri yang biasa - biasa aja ternyata Felicie beneran jago, bro ... gue di banting sampai beberapa kali." Zico menjelaskan kejadiannya pada Tommy.
Tommy gak bisa menahan ketawanya mendengar penjelasan Zico. Ia tahu jika Felicie bisa bela diri, tapi Tommy gak menyangka bisa sehebat ini. Zico aja yang punya basic bela diri, bisa di kalahkan semudah ini oleh Felicie. Pantes aja Aaron bisa kesakitan waktu itu.
" Lo jangan ketawa bro ... Lo coba aja sendiri." wajah Zico terlihat kesal.
" Hahaha ... sorry, bro .. gue gak kurang kerjaan kaya Lo. Sayang wajah gue yang ganteng ini jadi bonyok kaya gitu." Tommy mentertawakan Zico lagi.
" Sialan, Lo ... ". umpat Zico.
Sementara itu, Felicie yang sedang asyik bekerja di kejutkan oleh kedatangan Vina dan Vera, yang datang ke toko buku ini.
Felicie sengaja mengelak, agar tidak kelihatan oleh mereka. Felicie bukan takut, hanya malas meladeni mereka berdua. Yang ada nanti malah ribut.
Tapi rupanya Vina masih sempat melihat wajah Felicie. Ia dan Vera pun bergegas menghampiri.
" Wah, gak nyangka gue ... ternyata hidup Lo emang beneran menderita ya nikah sama Aaron ...
hahaha ." Vina langsung menghina Felicie dengan senang setelah berada di dekat Felicie.
" Mungkin Aaron gak ngasi dia uang, mbak ... jadi dia cari uang sendiri buat beli makanan . " Vera
menambahkan hinaan buat Felicie.
Felicie diam saja, karena malas ribut. Ia masih ingin bekerja disini, setidaknya sampai beberapa bulan ini. Jika tidak, Felicie sudah memberi pelajaran buat mereka berdua.
" Kasihan, ya ... mana kemarin gue ketemu suami Lo bareng cewek lagi, di hotel pula. " Vina mencoba memancing kemarahan Felicie.
" Kaya nya seumur hidup Lo harus merasakan penderitaan deh, tapi gue senang, sih ... dan gue harap Aaron segera ceraiin Lo, biar hidup Lo makin gak jelas. " pancing Vina terus dengan kata - kata menghina Felicie.
Sebenarnya Felicie gak terpancing sama sekali dengan perkataan Vina tapi kalau terus di diemin kayanya bakalan gak selesai - selesai.
" Lo, kemari mau beli sesuatu atau cuma mau ngomong doang, jangan - jangan elo yang gak punya duit buat beli barang di sini.
Kalau gak punya duit, biar gue pinjemin." balas Felicie menghina Vina dengan dingin, akhirnya.
" Hei, Lo jangan bertingkah ... miskin aja belagu ... kasian deh, Lo ." umpat Vina marah.
" Ini, nih ... miskin teriak miskin. Kalau gue sih, gak papa di katakan miskin dan harus kerja buat menghidupi kehidupan gue. Yang penting gue nyari uangnya dengan cara halal, dari pada punya banyak uang tapi uangnya milik orang lain atau hasil menjual diri ... mana jual dirinya sama laki orang lagi. Ih, murahan banget." dengan wajah menghina, Felicie menatap Vina dan Vera.
" Kamu ... " Vina gak bisa melanjutkan kata - katanya, karena ada beberapa pengunjung yang mulai memperhatikan mereka. Wajah Vina dan Vera memerah menahan malu dan marah. Pasti pengunjung yang lain mendengar perkataan Felicie tadi.
Tanpa melanjutkan kata - katanya lagi, mereka pun segera keluar dari tempat Felicie bekerja.
Elbert mendatangi tempat kerja Felicie setelah mendapat berita dari anak buahnya bahwa sekarang Felicie sudah berada di sana.
Ia tersenyum dari pintu melihat Felicie yang sedang sibuk melayani pelanggan. Felicie tidak menyadari jika Elbert sedang memperhatikan nya dari luar. Elbert memutuskan tidak menemui nya hari ini, karena ia harus melakukan sesuatu yang sangat penting.
Tak terasa jam kerja Felicie telah berakhir, ia pun bergegas keluar.
Dahinya mengernyit ketika tidak melihat Elbert di sana. Biasanya dengan senyum, ia menyambut kehadiran Felicie. Ia lalu mengecek ponsel, baru ia sadar ternyata ia belum mengaktifkan kembali ponselnya, sejak pagi tadi. Ketika ia mengaktifkan, Felicie begitu banyak melihat panggilan tak terjawab dari Elbert.
Bahkan ada beberapa chat yang di kirimkan olehnya.
Felicie mengembangkan senyum melihat isi chat dari Elbert.
Ia begitu khawatir karena tidak menemukan keberadaan Felicie.
Felicie membalas salah satu chat dari Elbert, yang mengatakan ia baik - baik saja dan sekarang sedang menuju sanggar seperti biasa.
Setelah selesai mengirimkan chat darinya, Feliece menuju halte bus tempat ia menunggu seperti biasa.
Ketika ia sudah berada di dalam bus, Felicie mendapatkan chat balasan dari Elbert, ia mengatakan kalau dalam beberapa hari ini ia tidak bisa datang menemui Felicie, karena ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan. Entah kenapa Felicie seperti merasa ada yang kurang dengan ketidak hadiran Elbert.
Ia menghela nafas kasar, lalu turun dari bus setelah sampai ke tujuannya.
" Ternyata sepi juga gak ada si pengacau itu ." gumam Felicie pelan saat sedang mengganti pakaiannya.
Setelah selesai melatih anak - anak di sanggar, Felicie pun kembali menghela nafas karena harus pulang sendiri, tidak seperti kemarin ada Elbert yang mengantarnya. Di dalam perjalanan biasanya mulut Elbert selalu mengajaknya berbicara, walau ia menanggapinya sesekali tapi Elbert tetap gak perduli hingga Felicie merasa sedikit terhibur, karena merasa ada yang menemaninya.
" Ah, apa - apaan ini. Gue gak boleh tergantung dengan orang lain. Gue biasa sendiri dan akan tetap seperti itu. " ucap Felicie pada dirinya sendiri sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartment Aaron.
Felicie lumayan merasa tenang, karena menyadari ia sendiri di apartment ini tanpa ada Aaron, si bandot mesum itu.
Ia segera menuju kamar untuk membersihkan tubuhnya yang lengket karena seharian beraktifitas di luar. Felicie segera melupakan perasaan tidak nyamannya karena mengingat tentang ketidak hadiran Elbert tadi setelah membasuh badannya dengan air.
Setelah puas membersihkan dirinya, ia lalu memakai pakaiannya. Karena sekarang Aaron tidak ada di apartment, ia berani memakai celana pendek dan tank top nya, agar lebih nyaman saat tidur nanti.
Selama beberapa hari di sini, ia memakai piyama dengan lengan panjang. Walau gak nyaman ia harus tetap memakainya.
Felicie tidak mau, Aaron melihat tubuhnya jika mengenakan pakaian kegemarannya saat tidur.
Sambil menonton televisi, Felicie menikmati coklat hangat dan cemilan yang di beli nya tadi sepulang kerja. Tak terasa matanya mulai berat, tanpa sadar ia tertidur di atas sofa dengan pulas nya.
**********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments