Secret Wedding
Hari ini, disebuah rumah mewah, di kota A, sedang berlangsung suatu acara yang sangat penting dan tiba tiba..
"Assalamu'alaikum," ucap seorang gadis berseragam SMA seraya membuka pintu dengan kasar.
"wa'alaikum salam, " ucap semua orang yang berada di sana.
Sedetik kemudian, gadis itu terperangah kaget. karena terlihat rumahnya begitu sangat ramai.
Belum sempat gadis itu bertanya, tiba tiba saja, dirinya di tarik oleh seseorang. yang membawanya ke ruang tamu.
Dan setelah itu, mendudukkannya di sofa ruang keluarga.
"Feby, persiapkan dirimu, karena sebentar lagi, kamu akan menikah," ucap Orang itu dengan wajah tanpa dosa.
Seakan apa yang baru saja laki laki itu katakan adalah sebuah kalimat wajar.
"apa maksud Papa, Papa mau jual Feby?" tanya gadis itu dengan nada tinggi.
Plak
Sebuah tamparan keras,mendarat mulus di pipi gadis itu. membuat Feby memekik kesakitan.
"awww" pekik Feby seraya mengusap pipinya yang terasa panas.
"jaga mulutmu," ucap Mahendra seraya berlalu pergi. membuat Feby, langsung berlari kearah tangga dan masuk ke dalam kamar. dengan membanting pintu dengan keras.
brak
Setelah menutup pintu, Feby segera berhamburan kearah ranjang dan menangis sejadi jadinya di bawah selimut.
"hiks hiks, Papi jahat!!" teriak Feby di sela tangisnya. ia tak menyangka, akan segera menikah dengan cara seperti ini.
Padahal, dirinya memimpikan pernikahan bak seorang putri kerajaan. tapi sepertinya, harapannya akan segera pupus.
Dengan segera, gadis itu beranjak dari tidurnya dan menyambar ponselnya di atas nakas. lalu, mendail nomor seseorang di aplikasi hijaunya.
"Beb. tolongin gue, hiks hiks," ucap Feby di sela sela tangisnya.
"Feby, Lo kenapa? coba Lo bicara pelan pelan. ada apa sebenarnya,?" tanya Sivia. sahabat Feby.
"gu-gue mau di paksa nikah," ucap Feby sedikit gemetar mengatakan kata kata itu.
Membuat Sivia, yang berada di seberang sana, membulatkan mata sempurna mendengar ucapan dari sahabatnya itu.
"Lo serius?" tanya Sivia setengah tak percaya.
"hiks hiks, bener Via, bahkan pernikahan akan di laksanakan besok pagi," ucap Feby di sela sela isak tangisnya.
Hal itu, sukses membuat Sivia terdiam. karena ikut merasakan kesedihan yang di rasakan oleh sahabatnya itu.
"Lo yang sabar ya Feb, terus lo mau lakuin apa?" tanya Sivia.
"entahlah , sepertinya gue akan memilih kabur dari rumah ini," ucap Feby dengan suara bergetar. menahan tangisnya.
"Lo serius mau minggat dari rumah itu?" tanya Sivia memastikan. karena gadis tomboi itu tau, jika sahabatnya itu tidak pernah bisa hidup dalam kesusahan.
"entahlah Vi, gue masih bingung, gue bener bener nggak bisa menikah dengan orang yang gak gue kenal, tapi, gue juga nggak bisa hidup tanpa kartu kredit," ucap Feby seraya menyeka air matanya.
Mendengar hal itu, sontak membuat Sivia menggelengkan kepala. karena tingkah sahabatnya itu.
"dasar Lo, orang kalau mau minggat, itu ya minggat aja, nggak usah mikirin yang lain," ucap Sivia mendengus kesal.
Feby yang mendengarnya, tersenyum di sela isak tangisnya.
"ya kan, mumpung orang tua gue masih mampu biayain gue, kenapa tidak," ucapnya. " lagian, hanya itu yang bisa mereka berikan," lanjutnya tersenyum getir.
Sivia yang mendengarnya, mengembuskan nafas kasar. memang benar apa yang di katakan oleh Feby.
Karena dari kecil, Feby tak mendapatkan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. hanya limpahan materi yang mereka berikan.
Hal itulah, yang membuat seorang Feby, menjadi gadis pembangkang.
"Lo yang sabar ya Feby, yakin aja, apa yang di lakukan orang tua Lo, itu adalah hal yang paling baik . karena nggak ada orang tua, yang mau anaknya susah," ucap Sivia, yang mencoba menghibur sahabatnya itu.
"cih, baik menurut siapa,? kalau memang baik, mereka nggak akan nikahin gue di usia sedini ini," ucap Feby mendecih.
Dirinya sangat tau kedua orang tuanya itu, pasti ada sesuatu hal yang membuat mereka menikahkan dirinya secara mendadak.
"Lo nggak boleh berburuk sangka dulu, siapa tau ada alasan kuat di balik rencana ini," ucap Sivia menasehati.
"ish dahlah Via, gue mau keluar dulu, mau nenangin pikiran," ucapnya seraya menutup panggilan ponselnya.
setelah selesai, Feby turun dari ranjang, dan mulai keluar dari kamarnya.
Sampai dimana, dirinya harus berhenti karena mendengar sebuah suara yang tidak asing bagi Feby.
Dengan perlahan, gadis cantik itu, menempelkan kupingnya di antara tembok pembatas. hingga Feby, bisa mendengar suara sang Papa dengan jelas.
" semuanya sudah beres, besok pagi, kita pertemukan mereka setelah acara selesai," ucap Papa Feby.
Membuat Feby yang mendengarnya, bertambah penasaran dengan situasi saat ini.
"apa sebenarnya yang papa rencanakan,?" Feby masih bertanya tanya dalam hati.
Tak lama, ia melihat handle pintu bergerak naik turun. pertanda, akan ada seseorang yang akan keluar dari dalam sana.
Dengan gerakan cepat, gadis itu langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pelan pintunya.
Dirinya mengintip dari celah lubang kunci dan mendapati, sang Papa yang baru keluar dari dalam sana.
...****************...
Sementara itu, di tempat lain, seorang laki laki tampan, tengah sibuk bersama teman teman yang lain.
Tak lama kemudian, ada panggilan masuk dari ponselnya.
Membuat laki laki itu, menghentikan aksi candaannya. seraya menempelkan jarinya diantara bibirnya.
pertanda semua harus diam.
"halo, assalamu'alaikum Pah ada apa,?" tanya laki laki itu.
"wa'alaikum salam Aiden, kamu dimana nak,?" tanya seorang wanita dari seberang sana.
Membuat Aiden yang tadinya malas, menjadi berubah suaranya saat mendengar suara sang Mama.
"eh, Mah, Aiden ada di tempat latihan ini, ada apa?" tanya Adrian.
"kamu bisa pulang sebentar, ada yang ingi. Mama bicarakan sama kamu," ucapnya lirih.
"oke, Adrian akan pulang sekarang," ucapnya seraya langsung menutup panggilan di ponselnya.
Ia langsung berdiri, dan membawa tas ransel di punggungnya.
"Lo mau kemana bro?" tanya salah satu teman Aiden.
"gue harua pulang, karena nyokap nyuruh gue pulang cepat," ucap Aiden yang melangkah pergi.
Membuat mereka semua yang berada di sana, menganggukkan kepala.
Mereka tau, jika Aiden sangat menyayangi sang Mama dan menghormati wanita itu. Aiden akan bersikap lembut pada Mamanya.
Berbeda dengan sang Papa yang akan selalu bersikap acuh dan perang dingin di rumah.
Itu karena ada masa lalu yang membuat Aiden sangat membenci sang Papa sampai saat ini,
Aiden segera melajukan mobilnya, menuju kediaman orang tuanya. di sepanjang perjalanan, laki laki itu, merasa sangat gelisah.
Takut, jika sang Mama terjadi sesuatu di rumah itu. dirinya bahkan mengumpat kesal saat mendapati lampu merah.
"Shit, kenapa ada lampu merah segala sih di dunia ini, buat repot saja!," ucapnya seraya memukul stir kemudi.
see you...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments