NovelToon NovelToon

Secret Wedding

S.W 1

Hari ini, disebuah rumah mewah, di kota A, sedang berlangsung suatu acara yang sangat penting dan tiba tiba..

"Assalamu'alaikum," ucap seorang gadis berseragam SMA seraya membuka pintu dengan kasar.

"wa'alaikum salam, " ucap semua orang yang berada di sana.

Sedetik kemudian, gadis itu terperangah kaget. karena terlihat rumahnya begitu sangat ramai.

Belum sempat gadis itu bertanya, tiba tiba saja, dirinya di tarik oleh seseorang. yang membawanya ke ruang tamu.

Dan setelah itu, mendudukkannya di sofa ruang keluarga.

"Feby, persiapkan dirimu, karena sebentar lagi, kamu akan menikah," ucap Orang itu dengan wajah tanpa dosa.

Seakan apa yang baru saja laki laki itu katakan adalah sebuah kalimat wajar.

"apa maksud Papa, Papa mau jual Feby?" tanya gadis itu dengan nada tinggi.

Plak

Sebuah tamparan keras,mendarat mulus di pipi gadis itu. membuat Feby memekik kesakitan.

"awww" pekik Feby seraya mengusap pipinya yang terasa panas.

"jaga mulutmu," ucap Mahendra seraya berlalu pergi. membuat Feby, langsung berlari kearah tangga dan masuk ke dalam kamar. dengan membanting pintu dengan keras.

brak

Setelah menutup pintu, Feby segera berhamburan kearah ranjang dan menangis sejadi jadinya di bawah selimut.

"hiks hiks, Papi jahat!!" teriak Feby di sela tangisnya. ia tak menyangka, akan segera menikah dengan cara seperti ini.

Padahal, dirinya memimpikan pernikahan bak seorang putri kerajaan. tapi sepertinya, harapannya akan segera pupus.

Dengan segera, gadis itu beranjak dari tidurnya dan menyambar ponselnya di atas nakas. lalu, mendail nomor seseorang di aplikasi hijaunya.

"Beb. tolongin gue, hiks hiks," ucap Feby di sela sela tangisnya.

"Feby, Lo kenapa? coba Lo bicara pelan pelan. ada apa sebenarnya,?" tanya Sivia. sahabat Feby.

"gu-gue mau di paksa nikah," ucap Feby sedikit gemetar mengatakan kata kata itu.

Membuat Sivia, yang berada di seberang sana, membulatkan mata sempurna mendengar ucapan dari sahabatnya itu.

"Lo serius?" tanya Sivia setengah tak percaya.

"hiks hiks, bener Via, bahkan pernikahan akan di laksanakan besok pagi," ucap Feby di sela sela isak tangisnya.

Hal itu, sukses membuat Sivia terdiam. karena ikut merasakan kesedihan yang di rasakan oleh sahabatnya itu.

"Lo yang sabar ya Feb, terus lo mau lakuin apa?" tanya Sivia.

"entahlah , sepertinya gue akan memilih kabur dari rumah ini," ucap Feby dengan suara bergetar. menahan tangisnya.

"Lo serius mau minggat dari rumah itu?" tanya Sivia memastikan. karena gadis tomboi itu tau, jika sahabatnya itu tidak pernah bisa hidup dalam kesusahan.

"entahlah Vi, gue masih bingung, gue bener bener nggak bisa menikah dengan orang yang gak gue kenal, tapi, gue juga nggak bisa hidup tanpa kartu kredit," ucap Feby seraya menyeka air matanya.

Mendengar hal itu, sontak membuat Sivia menggelengkan kepala. karena tingkah sahabatnya itu.

"dasar Lo, orang kalau mau minggat, itu ya minggat aja, nggak usah mikirin yang lain," ucap Sivia mendengus kesal.

Feby yang mendengarnya, tersenyum di sela isak tangisnya.

"ya kan, mumpung orang tua gue masih mampu biayain gue, kenapa tidak," ucapnya. " lagian, hanya itu yang bisa mereka berikan," lanjutnya tersenyum getir.

Sivia yang mendengarnya, mengembuskan nafas kasar. memang benar apa yang di katakan oleh Feby.

Karena dari kecil, Feby tak mendapatkan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. hanya limpahan materi yang mereka berikan.

Hal itulah, yang membuat seorang Feby, menjadi gadis pembangkang.

"Lo yang sabar ya Feby, yakin aja, apa yang di lakukan orang tua Lo, itu adalah hal yang paling baik . karena nggak ada orang tua, yang mau anaknya susah," ucap Sivia, yang mencoba menghibur sahabatnya itu.

"cih, baik menurut siapa,? kalau memang baik, mereka nggak akan nikahin gue di usia sedini ini," ucap Feby mendecih.

Dirinya sangat tau kedua orang tuanya itu, pasti ada sesuatu hal yang membuat mereka menikahkan dirinya secara mendadak.

"Lo nggak boleh berburuk sangka dulu, siapa tau ada alasan kuat di balik rencana ini," ucap Sivia menasehati.

"ish dahlah Via, gue mau keluar dulu, mau nenangin pikiran," ucapnya seraya menutup panggilan ponselnya.

setelah selesai, Feby turun dari ranjang, dan mulai keluar dari kamarnya.

Sampai dimana, dirinya harus berhenti karena mendengar sebuah suara yang tidak asing bagi Feby.

Dengan perlahan, gadis cantik itu, menempelkan kupingnya di antara tembok pembatas. hingga Feby, bisa mendengar suara sang Papa dengan jelas.

" semuanya sudah beres, besok pagi, kita pertemukan mereka setelah acara selesai," ucap Papa Feby.

Membuat Feby yang mendengarnya, bertambah penasaran dengan situasi saat ini.

"apa sebenarnya yang papa rencanakan,?" Feby masih bertanya tanya dalam hati.

Tak lama, ia melihat handle pintu bergerak naik turun. pertanda, akan ada seseorang yang akan keluar dari dalam sana.

Dengan gerakan cepat, gadis itu langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pelan pintunya.

Dirinya mengintip dari celah lubang kunci dan mendapati, sang Papa yang baru keluar dari dalam sana.

...****************...

Sementara itu, di tempat lain, seorang laki laki tampan, tengah sibuk bersama teman teman yang lain.

Tak lama kemudian, ada panggilan masuk dari ponselnya.

Membuat laki laki itu, menghentikan aksi candaannya. seraya menempelkan jarinya diantara bibirnya.

pertanda semua harus diam.

"halo, assalamu'alaikum Pah ada apa,?" tanya laki laki itu.

"wa'alaikum salam Aiden, kamu dimana nak,?" tanya seorang wanita dari seberang sana.

Membuat Aiden yang tadinya malas, menjadi berubah suaranya saat mendengar suara sang Mama.

"eh, Mah, Aiden ada di tempat latihan ini, ada apa?" tanya Adrian.

"kamu bisa pulang sebentar, ada yang ingi. Mama bicarakan sama kamu," ucapnya lirih.

"oke, Adrian akan pulang sekarang," ucapnya seraya langsung menutup panggilan di ponselnya.

Ia langsung berdiri, dan membawa tas ransel di punggungnya.

"Lo mau kemana bro?" tanya salah satu teman Aiden.

"gue harua pulang, karena nyokap nyuruh gue pulang cepat," ucap Aiden yang melangkah pergi.

Membuat mereka semua yang berada di sana, menganggukkan kepala.

Mereka tau, jika Aiden sangat menyayangi sang Mama dan menghormati wanita itu. Aiden akan bersikap lembut pada Mamanya.

Berbeda dengan sang Papa yang akan selalu bersikap acuh dan perang dingin di rumah.

Itu karena ada masa lalu yang membuat Aiden sangat membenci sang Papa sampai saat ini,

Aiden segera melajukan mobilnya, menuju kediaman orang tuanya. di sepanjang perjalanan, laki laki itu, merasa sangat gelisah.

Takut, jika sang Mama terjadi sesuatu di rumah itu. dirinya bahkan mengumpat kesal saat mendapati lampu merah.

"Shit, kenapa ada lampu merah segala sih di dunia ini, buat repot saja!," ucapnya seraya memukul stir kemudi.

see you...

S.W.2

Lima belas menit kemudian, Aiden telah sampai di depan rumahnya. dengan segera, laki laki itu, melangkahkan kaki dengan tergesa gesa.

Ia takut, jika terjadi sesuatu dengan sang Ibu. 'Mah, Aiden masuk ya," Aiden meminta izin terlebih dahulu sebelum masuk.

Setelah ada balasan dari dalam, Aiden segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kamar orang tuanya itu.

Saat membuka pintu, laki laki itu tampak tertegun sesaat karena melihat sang Mama baik baik saja. kemudian, laki laki itu, menghela nafas lega.

"Mah, ada apa Mamah telpon Aiden?" tanyanya seraya berjongkok dan menggenggam tangan wanita kesayangannya itu.

"kamu mau kan menuruti keinginan Mama? " tanya Wanita paruh baya itu.

"permintaan apa?" tanya Aiden seraya mengecup tangan sang Mama. " jika Aiden mampu, maka akan Aiden turuti." lanjut laki laki itu.

Sejenak, wanita paruh baya itu, menghela nafas panjang sebelum berbicara." kamu mau kan, menikah dengan anak temen Mamah,?" tanya Yunita.(Mamah Aiden).

Deg.

Jantung Aiden serasa ingin lepas dari tempatnya saat mendengar permintaan dari sang Mama itu.

"Me-menikah, Mah, Aiden masih sekolah," ucap laki laki itu. karena memang, dari kecil Aiden tak pernah membantah ucapan ibunya itu.

"iya sayang, anggap saja, ini permintaan terakhir Mama," ucap Yunita pelan.

Mendengar hal itu Aiden segera memeluk sang Ibu dan menggelengkan kepalanya.

"jangan bicara seperti itu lagi. Mamah akan mendampingi Aiden terus," laki laki itu, memeluk Mamanya dengan erat. seakan tidak ingin kehilangan sang Mama.

Yunita tersenyum kecut membalas pelukan dari putra kesayangannya itu. sebenarnya, hatinya sangat hancur harus mengatakan hal ini.

Tapi apa mau di kata, sang suami bersikukuh untuk menjodohkan Aiden dengan anak temanya. bahkan, laki laki yang telah delapan belas taun menjadi suaminya itu, tega mengusir dirinya jika tidak menurut.

"jangan pernah mencegah rencanaku, atau kamu mau jadi gelandangan? hmm," ucap Surya saat mereka berdebat malam itu

Hal itu, yang membuat Yunita terdiam. karena memang, dirinya tak bisa apa apa. tapi dalam hatinya, dirinya mengutuk dirinya sendiri. karena begitu bodoh dalam wawasan.

Ibu mana yang tidak sedih, jika anak semata wayangnya, di paksa menikah oleh Papa kandungnya.

Yang seharusnya menjadi figure yang di hormati. dirinya menyadari semua itu kesalahannya. dirinya yang langsung menyetujui menikah dengan Surya.

Laki laki yang ternyata hanya menjadikan dirinya pelampiasan karena patah hati itu. dan meski kini, pernikahannya sudah berjalan belasan taun, tapi perlakuan laki laki itu tetaplah sama.

Tidak ada kehangatan sedikitpun didalam dirinya. yang ada hanya aura dingin di dalam rumah ini.

Tapi, kedinginan itu, akan menjadi kehangatan. jika bertemu dengan rekan kerjanya. memang, laki laki itu, penuh dengan tipu muslihat.

Aiden yang merasakan basah di kepalanya, mendongak dan mendapati sang Ibu menyeka air matanya.

Sontak saja, laki laki itu terkejut dan langsung mengusap air mata itu.

"Mah, jangan sedih, baik kalau itu mau Mama, Aiden akan menurutinya, asalkan Mama jangan pernah menangis lagi," ucapnya kembali memeluk sang Ibu.

Biarkan dirinya berkorban dengan menuruti keinginan sang Mama. asalkan sang Mama tidak menangis lagi.

Kemudian, laki laki itu keluar dari kamar sang Mama. dan di ambang Pintu, dirinya bertemu sang Papa.

"persiapkan dirimu, karena sebentar lagi, kamu akan menikah," ucap Surya seraya membuka pintu dan masuk kedalam kamar.

Aiden segera berlalu pergi tanpa menghiraukan ucapan sang ayah.

sesampainya di kamar, Aiden segera merebahkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. matanya menerawang jauh keatas.

"kenapa gue di lahirkan, tapi tidak memiliki kasih sayang sama sekali,? apa sebenarnya salah gue?" tanya laki laki itu, entah pada siapa.

Malam harinya, saat semua orang telah terlelap dalam balutan dunia mimpi yang indah, Aiden justru tidak pernah bisa memejamkan mata.

Pikirannya, masih menerawang, permintaan kedua orang tuanya untuk menikah.

Aiden tidak habis fikir, kenapa orang tuanya segampang itu, memutuskan suatu hal penting dalam hidupnya.

Seakan akan, hidup Aiden tak pernah berguna dan hanya menjadi sebuah pajangan di dalam keluarganya.

Aiden menyakini, jika rencana pernikahannya itu, adalah tekanan dari sang Papa. karena laki laki itu, permah mendengar, jika papanya berucap kasar pada Ibunya.

Waktu itu, Aiden tidak bisa melakukan apapun, karena memang, dirinya pada saat itu, masih sangat kecil untuk melawan.

Dan sejak saat itu, laki laki kebanggaan para cewek itu, bertekad akan menjadi orang sukses dan membawa pergi sang Ibu.

Toh, mereka juga percuma berada di sini, karena kehadiran mereka, seperti tak terlihat. ada tapi tak pernah di sentuh.

Kehadiran Aiden di tengah tengah orqng tuanya pun, merupakan sebuah kesalahan menurut papanya Aiden.

Jadi nanti, jika sudah sukses, Aiden akan membawa sang Ibu keluar dari neraka dunia ini.

Lama laki laki itu melamun, hingga matanya sayu dan kemudian terpejam. Aiden terlelap dengan beragam fikiran di dalam otaknya

Pagi harinya..

Di rumah Feby, sekarang sedang berlangsung acara Akad Nikah.

Di dalam kamar, Feby sudah tampil cantik dengan balutan kebaya warna biru dengan ekor sedikit memanjang.

Sementara rambutnya, disanggul tinggi dan ada mahkota kecil di kepalanya.. sungguh, penampilan Feby saat ini, lebih mirip seperti ratu.

Hanya saja, raut wajahnya, lebih mirip seperti seorang tahanan kusut dan sangat tertekan.

Karena gadis cantik itu, sama sekali tak mencintai yang akan menjadi suaminya.

Bagaimana mau mencintai, kenal saja tidak. tua atau muda tampan atau buruk rupa, Feby sama sekali tidak tau.

Tiba-tiba tiba saja, tubuhnya gemetar bulu kuduknya meremang, saat membayangkan yang akan menikahinya adalah pria tua dengan bau minyak urut di mana mana.

"tidak! tidak !gue tidak mau!!," seru Feby dengan menggelengkan kepalanya kuat.

Sontak saja, hal itu membuat para perias yang berada di sana, segera menghampiri gadis cantik itu.

"Nak Feby tidak apa apa,?" tanya si perias. dengan cepat, Feby menggelengkan kepala dan tersenyum kikuk.

"saya tidak apa apa tante," ucap gadis itu lembut.

Tak lama setelahnya, terdengar kalimat, yang membuat gadis cantik itu, menahan nafas untuk beberapa saat.

"Saya Nikahkan dan Kawinkan engkau Aiden Wardana bin Surya Wardana, dengan ananda Feby Natasya Aprilia, Binti Denis Handoko dengan maskawin sebuah Rumah Mewah di bayar tunai," ucap pak penghulu.

"saya terima nikah dan kawinya, Feby Natasya Aprilia, Binti Denis Handoko, dengan maskawin tersebut, di bayar tunai," ucap seseorang lantang.

Deg

Jantung Feby seakan terhenti saat mendengar ucapan itu, bukan karena mas kawinya. tapi lebih ke suara laki laki yang menyebutkan kata sakral itu.

Feby seperti familiar dengan suara itu. " nggak mungkin, pasti bukan dia," gumamnya menyakinkan diri.

see you.....

S.W.3

Setelah acara akad nikah itu, Feby keluar dengan mengenakan gaun berwarna emas. lengkap dengan sepatu dan juga mahkota yang bertengger di atas kepalanya.

Pandangan gadis itu, menunduk karena takut bahwa apa yang dirinya pikirkan, menjadi kenyataan. setelah sampai di depan pelaminan, Ayah Feby, mengatakan sesuatu, yang membuat gadis itu, seperti sulit bernafas.

"nak Aiden, om titip Feby ya, jaga dan lindungi dia, perlakukan dirinya sebaik mungkin," ucap laki laki paruh baya itu, seraya memeluk menantunya.

Deg

Sontak saja, Feby segera mendongak. menatap si pemilik nama Aiden itu. dan jantung Febi Pun, seakan ingin lepas dari tempatnya, saat mengetahui, siapa orang itu.

"dia beneran Aiden?" " tanya Feby seakan tak percaya. bahkan, gadis itu, sempat menepuk pipinya untuk beberapa kali. guna memastikan, ini mimpi atau tidak.

Dan memang benar, Feby kali ini tidak bermimpi gadis itu, mendongak menatap pria, yang kini resmi menjadi suaminya.

Ah Suami, rasanya gadis cantik itu tak menyangka jika akan memiliki seorang suami seperti Aiden.

Laki laki yang begitu menyebalkan baginya. tak lama, lamunannya buyar, saat lengannya, disenggol oleh sang Ibu.

Dengan gelagapan, Feby melangkah maju, dan segera meraih tangan laki laki itu, kemudian menciumnya.

"jadilah istri penurut," Aiden berbisik di telinga istrinya. Feby hanya menganggukkan kepala tanpa berniat mengatakan sepatah katapun pada laki laki di depannya itu.

Setelah itu, Feby menatap para hadirin yang berada di sana. yang kebanyakan, hanya di hadiri oleh keluarga besar Aiden dan Feby.

"aku hanya ingin meminta satu hal pada kalian, agar pernikahan ini, di rahasiakan. karena kami masih bersekolah," ucap Feby.

Semua orang, yang berada di sana, hanya menganggukkan kepala.

Tak lama, acara pun di mulai. dari acara sungkeman, acara potong kue pernikahan, sampai dengan acara Dansa.

Dan saat acara Dansa inilah, Feby seperti tersadar dari lamunan panjangnya. gadis itu, segera melayangkan tatapan tajam kearah sang suaminya.

"kenapa Lo mau nikah sama gue?" tanya Feby to the point.

Aiden tersenyum tipis dan menarik pinggang sang istri. hingga mereka berdua, tak ada jarak dan Feby bisa merasakan nafas dari laki laki di depannya itu.

"Lo nggak perlu tau. itu masalah gue," ucap Aiden penuh penekanan.

Feby yang mendengarnya, memicingkan matanya. gadis itu, seperti mencari sesuatu, di dalam mata laki laki itu.

"oke, kalau begitu, kita jalanin pernikahan ini tanpa mengusik kehidupan masing masing," ucap Feby seraya mengulurkan tangannya.

"oke, dengan senang hati, karena gue juga terpaksa menikah sama loe," ucap Aiden, seraya tersenyum misterius.

"kita lihat saja, siapa yang akan kalah," batin mereka berdua, tertawa sinis.

Selesai acara, Feby dan Aiden, segera masuk kedalam kamar, dan segera mengemasi pakaian Feby.

Karena mereka, akan pindah rumah malam ini juga. setelah beres-beres rumah, Aiden dan Feby, menuruni anak tangga, menuju lantai dasar.

"kalian mau kemana,?" tanya Denis. Papa Feby. saat melihat anak dan menantunya keluar dari kamar, seraya menggeret koper.

"kita mau pindah malam ini," ucap Feby, dengan ekspresi wajah datarnya.

"apa kalian tidak ingin menginap dulu di sini, untuk beberapa hari?" tanya Liana Mama Feby.

Feby yang mendengarnya, segera terkekeh pelan dan menatap miring kedua orang tuanya. untuk apa mereka tinggal di sini, toh orang tuanya, telah mengusirnya secara halus. hah benar benar sebuah lelucon.

"tidak, kami langsung menepati rumah baru saja, agar kalian puas!," ucap Feby datar, namun penekanan.

Kedua orang tua Feby, yang mengerti arah pembicaraan dan maksud sang anak, hanya bisa menghela nafas panjang.

"Papi sama Mami sibuk bekerja itu, juga demi kamu, demi.." belum sempat Aditya meneruskan, Feby dengan cepat memotong pembicaraannya.

"Aiden, ayo kita pergi," tangan laki laki itu, di tarik oleh Feby hingga sampai di depan kediaman orang tua Feby.

Sesampainya di dekat mobilnya, Feby berbalik arah, dan menatap kedua orang tuanya yang memang, mengikutinya.

"ini, Feby kembalikan," ucap gadis itu, seraya meletakan Dompetnya di kursi teras.

Kemudian, gadis itu, melangkah masuk kedalam mobil. di ikuti oleh Aiden. dan saat laki laki itu, telah masuk dan duduk di kursi kemudi, dirinya mendapati, jika Feby sedang menangis.

"menangislah jika itu membuat loe lega," ucap Aiden hendak mengelus gadis di sampingnya itu.

Tapi, niat itu urung di lakukan, saat Aiden mendengar ucapan dari Feby.

"nggak usah sok baik, gue nggak butuh di kasihani, " ucapnya seraya mengusap air matanya. " kita hanya menikah di atas kertas ingat itu," lanjutnya seraya mengenakan sabuk pengaman.

"Lo nggak usah ke GR,an gue nenangin loe, agar nanti pas masuk kedalam rumah, mata Lo nggak sembab, ntar gue di kira ngapa ngapain Lo lagi," ucap Aiden seraya menyalakan mesin mobilnya.

Sebenarnya, laki laki itu, enggan berpisah dari Ibunya, karena Aiden tau betul. jika Ibunya, tak pernah di harapkan oleh sang Ayah.

Dan itu, juga termasuk dirinya yang tidak di harapkan.

...****************...

Tak lama, setelah menempuh perjalanan hampir lima belas menit, mereka berdua sampai di depan sebuah rumah mewah, bergaya minimalis khas eropa.

"ini rumahnya?" tanya Feby yang masih tampak terpana. kemudian, gadis itu melangkahkan kakinya mendekati bangunan itu.

"hmm ini gue beli dengan hasil jerih payah gue," Aiden membuka bagasi mobil dan mengeluarkan koper kopernya.

Feby melangkahkan kakinya, mengikuti langkah sang suami.

Tiba di depan kamar, gadis itu tampak tertegun karena merasa bingung. " kita tinggal satu kamar,?" tanya Feby merasa ragu.

"tentu saja, kita itu suami istri," ucap Aiden seraya memasang wajah datar dan masuk kedalam kamar.

Feby masuk ke dalam kamar, dan menghempaskan tubuhnya di sofa dekat lemari. sementara Aiden, laki laki itu, menata baju bajunya ke dalam almari.

"Lo masih mau berdiam kayak ratu gitu?" tanya Aiden seraya melirik gadis yang masih duduk di sofa.

"hmm nanti aja, gue mau telpon ayang gue," Feby dengan cepat, mengeluarkan benda pipih nya dan segera menghubungi kekasihnya.

"halo Beb, aku kangen," ucap seseorang, yang berada diseberang sana.

"hmm aku juga kangen tau nggak, besok kita ketemuan di tempat yang sama," Feby tersenyum manis.

Aiden yang melihat dan mendengar interaksi antara pasangan kekasih itu, hanya mengedikan bahu tak perduli.

Laki laki itu, memilih bermain ponsel dan ber chatting dengan sang kekasih.

Setelah selesai bermesraan dengan kekasih masing masing, Feby memilih mandi karena hari memang sudah siang. dan dirinya juga harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Setelah selesai mandi, mereka berdua melaksanakan kewajibannya secara berjamaah. dan setelah selesai, Aiden memutuskan untuk beristirahat.

See you

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!