"ngapain loe nyium nyium gue,? jangan cari kesempatan dalam kesempitan ya,?" tanya Feby seraya menatap tajam sang suami.
"emang, ada yang salah sama tindakan gue,? gue kan suami loe,?" tanya laki laki itu tanpa merasa bersalah.
Feby tak lagi menjawab gadis itu, segera merebahkan tubuhnya di kasur dan tak berapa lama, Febypun terlelap.
tak lama, Aiden datang dan menghampiri Feby yang telah tetlelap itu.
"nggak nyangka, gue bisa di percaya secepat ini, swmoga kamu sehat sampai persalinan ya," gumamnya mengelus oerut rata sang istri.
tak lama, Aiden juga ikut terlelap dan denganposisi memeluk Feby dari belakang.
pagi harinya,...
Frby telah terlebih dulu terbangun dan segera membersihkan diri. karena hari ini, ada ulangan di jam pertama.
lima belas menit kemudian, gadis itu telah rapi dengan seragam sekolahnya. semenjak menikah, Feby tidak berani mengenakan handuk lagi.
selain karena merasa risih dan malu, Frby juga takut, jika Aiden memerkamnya lagi. padahal, dirinya kini dudah mendapatkan buah dari terkaman sang suami.
ada ada aja memang gadis itu. setelah selesai merias wajahnya, Feby berdiri di tepi ranjang.
Feby merasa gamang, antara membangunkan atau tidak. karena sebenarnya, dirinya masih merasa kesal oada laki laki itu.
akhirnya, Feby membangunkan Aiden. karena laki laki itu, adalah imamnya saat ini.
"Aiden, bangun udah jam enam loe nggak mau sekolah,? hari ini ada ulangan lo," mendengar kata ulangan, Aiden langsung melompat dari tempat tidur.
namun, karena jarak Aiden dan Feby yang terlalu dekat, membuat mereka saling bertabrakan.
tubuh mereka saling menindih satu sama lain. dan untuk beberapa saat, mata mereka bertemu. dan,..
cup
satu kecupan singkat, membuat Feby membulatkan matanya karena merasa terkejut.
"jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan," Feby mendorong dada bidang laki laki itu.
Aiden hanya tersenyum tipis dan segera melangkahkan kakinya, menuju kamar mandi.
setelah memastikanAiden masuk ke dal kamar mandi, Feby segera memasukan buku bukunya, sesua jadwal.
gadis itu turun dari anak tangga menuju lantai bawah.
"awas Nyonya, hati hati" tiba tiba, salah satu Maid berteriak panik.
hal itu membuat Feby mematung. "kenapa memangnya,?" tanya gadis itu di atas tangga.
"kami hanya menghawatirkan keadaan Nyonya Muda," salah satu dari mereka menjawab.
Feby hanya mengangguk dan mengerti. akhirnya gadis itu sampai di meja makan. para Maid itu, menghela nafas lega menyaksikan hal itu.
awas saja kalau kalian membiarkan istriku lecet sedikit saja, kalian akan langsung di pecat
begitulah bunyi dari Aiden yang membuat para Maid itu, merinding seketika.
"kalian semua, kenapa melihat aku seperti itu,?" tanya Feby saat mata gadis itu bersitatap dengan mata Para Maid itu.
"eh, Maafkan kami Nyomya," ucap salah satu dari mereka dan kembali tertunduk.
"huh aneh," gumamnya seraya melanjutkan makannya.
tak lama, Aiden turun dari kamar dan segera mendudukan dirinya, di kursi meja makan. " hari ini, loe di antar pakau supir," Aiden mengatakan itu, seraya masukan roti pada mulutnya.
"nggak! gue nggak mau, gue bisa bawa mobil sendiri. " gadis itu, menolak dengan nada ketusnya.
enak saja, dirinya mau di antar kemput seperti anak TK saja. pikirnya.
"oke, kau begitu loe nggak usah sekolah," ucap Aidrn datar, namun juga sangat tegas. membuat para Maid itu, merinding di buatnya.
tapi hal itu sepertinya tidak berlalu untuk Feby karena gadis itu malah semakin membangkang.
"nggak gue nggak mau," Frby segera melangkah dan sedikit berlari untuk segera sampai di mobilnya. dan demgan cepat, ssgera menjalankannya.
"hemm enak aja mau ngaturngatur gue, emang dia fikir, dia siapa,?" gerutunya di dalam mobil.
****
sementara itu, Aiden mengusap wajahnya kasar dan menatap tajam Maid yang sedang berdiri ketakutan itu.
"kalau sampai terjadi sesuatu dengan istriku, kalian semua akan menanggung akibatnya," Aiden menekankan pada setiap kalimatnya.
hal itu, membuat semua yang berada di sana, semakin menunduk karena ketakutan.
setelah mengatakan hal itu, Aiden segera menyambar kunci motor dan berlalu pergi. meninggalkan rumah yang masih terasa mencekam itu.
******
setelah lima belas menit berkendara, motor Aiden telah sampai di oarkiran dan tak berapa lama, mobil yang di tumpangi oleh Feby, juga baru saja tiba.
Aiden menatap tajam gadis yang baru saja keluar dari dalam mobil itu. dirinya turun dan hendak menghampiri istri nakalnya itu.
namun, hal itu dirinya urungkan karena teman trmannya dan juga teman teman Feby, terlebih dahulu menghampiri.
"hey Bro, loe tumben berangkat cepet,?" tanya Tio salah amsatu dari tiga temannya itu.
"hmm ulangan," jawab Aiden singkat dan turun dari motor. laki laki itu berjalan melewati Feby dan teman temanya.
dan saat berada di hadapan Feby, laki laki itu, me**s tangan sang istri dengan gerakan lembut tapi sedikit kencang.
hal itu, membuat Frby terkesiap. dan segera melepaskan tangannya. untungnya, aksi Aiden, takdi ketahui oleh yang lain. karena teman teman Feby dan Aiden,sedang saling menggombal.
"duh, Neng Renata anggun banget sih, pengen gue bungkus," ucap Tio seraya menoel hidung gadis itu.
"heis jangan pegang pegang ya, nanti gue mesti pakai air sama tanah tujuh kali," Renata berucap dengan ketusnya.
hal itu, membuat tawa seketika meledak di tengah tengahereka.
"duh, cantik cantik mulutnya serem sih," gerutu Tio.
"lagian. orang udah di tolak, masih aja usaha," ucapRenata sinis.
"ya namanyajuga usaha Ta, asalkan halal kenapa tidak,?" Senyum Tio semakin manis.
sementara mereka saling melemparkan ejekan satu sama lain, Aidrn menarik tangan sang istri dan membawanya sedikit menjauh.
"kenapa loe bandel banget jadi cewek,?" tanya Aiden menatap tajam kearah gadis itu.
bukanya takut, Feby malah errawa sinis. " gue nggak butuh di perhatikan dan anak ini, gue yang bawa," jawabnya penuh penekanan.
kemudian, Feby segera berlalu dari sana. danenghampiri para sahabatnya.
"gaes, ayo pergi kita nggak ada waktu untuk bermain sama mereka," Feby berucap santai.
Renata dan yang lainya, swgera berlalu pergi meninggalkan parkiran dan menuju ke gedung sekolah.
"loe tadi kemana Feb,?" tanya Renata. saat gadis itu teringat jika Feby tidak ada di patkiran saat mereka sedang debat kusir.
Feby terdiam dia sedikit gelagapan dan tiba tiba menemukan ide.
"gue tadi buang angin. perut gue mules banget jadi gue lari ke samping gedung ini," Feby berusaha setenang mungkin.
dan swpertinya, alasanya itu cukup berhasil.karena Renata mengangguk mengerti
saat mereka sedang asyik berbicara dengan sesekali bercanda, tiba tiba Syafira dan teman temanya, menghadang jalan.
"loe mau ngapain,?" tanya Feby seraya menatap malas segerombolan gadis di depannya
See You...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments