dua bulan kemudian....
pagi ini, Feby merasa sangat lemas dan juga mual. gadis itu,memutuskan untuk bangun karena perutnya sangat lapar dan minta di isi.
gadis itu, turun ke bawah saat telah memuntahkan seluruh isi perutnya.
di lihatnya, Mama Yunita sudah berada di sana. karena memang, hari ini adalah hari minggu. dwn wanita paruh baya itu, sedang tidak mengunjungi butiknya.
"eh, Mah kapan datang,?" tanyanya sembari duduk di kursi meja makan.
"baru sayang, di krmput sama suami kamu," wanita itu tersenyum lembut dan sorot mata yang teduh.
berbeda sekali dengan sang Mami, yang tidak pernah bisa berkata lembut padanya. padahal, ia adalah darah dagingnya sendiri.
hah, jika memikirkan itu, Feby serasa ingin mengumpat dan mengeluarkan seisi kebun binatang.
Feby yang mendengarnya, hanya tersenyum tipis dan mulai menyendokkan nasi ke mulutnya. tiba tiba,...
huek hoek.
gadis itu segera berlari kearah kamar mandi. yang mrmang, tidak jauh dati sana.
hal itu, membuat Aiden dan Mama Yunita, sangat panik. mereka juga berlari menyusul Feby di kamar mandi.
"sayang, kamu kenapa,? wajahmu pucat sekali,?" wanita Paruh baya itu merasa khawatir dengan menantunya itu.
"tidak apa apa Mah, aku hanya.. " belum sempat gadis itu menjawab, tubuhnya sudah tersungkur ke lantai.
beruntungnya, Aiden dengan sigap menangkapnya dan menggendong ala bride Style. gagas membawanya ke kamar.
"Aiden, cepat panggilkan Dokter pribadi kita," Perintah Yunita pada sang Putra.
tampak, Aiden sangat ragu ragu.membuat Mama Yunita, di buat geram olehnya. " ayo Aiden, tunggu apa lagi,?" tanya wanita paruh baya itu.
"Mah, Dokter kita kan laki laki," Aiden berkata seraya menampilkan ekspresi yang sulit di artikan.
hal itu, membuat Mama Yunita, tersenyum tipis saat telah menyadari sesuatu. sesuatu, yang menggambarkan rasa cemburunya.
"kamu tenang saja sayang, kita panggil Dokter Aisyah," Mama Yunita tersenyum tipis.
"baik Mah," Aiden segera melangkah pergi dan menghubungi Dokter Aisyah.
entah mengapa, laki laki itu, merasa risih saat sang istri, di sentuh oleh laki laki lain.
setelah kepergian Aiden, Mama Yunita, duduk di tepi ranjang. tangannya terulur mengelus kepala menantu kesayanganya itu.
"semoga, apa yang mama duga itu benar sayang," wanita itu tersenyum tipis.
tak lama, Aiden datang dengan membawa Dokter Aisyah di belakangnya. melihat hal itu, Mama Yunita segera bangkit dan mempersilahkan, Dokter Aisyah untuk memeriksa menantunya.
"bagaimana Dok,?" tanya Mama Yunita.
"selamat ya, Nona Feby sepertinya sedang hamil," ucapan dari Dokter Aisyah, membuat rona bahagia, terpamcar dari wajah Mama Yunita.
"akhirnya, apa yang aku impikan, menjadi kenyataan," Mama Yunita, mengusap air matanya yang hampir jatuh itu.
melihat sang Mama menngis, Aiden segera menghampiri dan memluknya erat.
"selamat ya, sayang, akhirnya kamu akan menjadi seorang ayah, walaupun masih remaja, Mama Yakin, kalau kamu bisa menjadi laki laki yang bertanggung jawab," Mama Yunita mengecup kening putranya itu.
kemudian, beralih menghampiri menantu kesayanganya, yang masih setia memejamkan matanya.
kemudian, tanganya terulur mengelus oerut Feby yang masih rata itu.
"sehat sehat ya, cucu oma di dalam sana, jangan buat Bunda kamu susah,' ucap Mama Yunita penuh haru.
"kalau begitu, saya permisi Nyonya besar, Tuan," Dokter Aisyah pamit pergi.
dan diantar oleh Mama Yunita, dan juga Aiden. sementara itu, tanpa mereka ketahui, ternyata, Feby mendengar semuanya.
air matanya mengalir karena merasa, kehamilannya, menghambat masa mudanya. "kenapa, kamu hadir di saat yang tidak tepat nak," gumamnya seraya mengusap air matanya.
tak lama, terdengar suara pintu di buka dan masuklah Aiden. hal itu, membuat Feby masih berpura oura nemejamkan mata.
laki laki itu, berjalan menghampiri ranjang. tangannya terulur mengelus perut rata Feby.
tiba tiba saja, gadis itu menepis kasar tangan Aidrn di atas perutnya.
hal itu, membuat Aiden terkejut dan kemudian tersenyum tipis.
"ngapain senyum senyum, sekarang, loe puas kan, karena gue hamil dan nggak bisa bebas, sementara loe, loe bisa bebas berduaan dengan Syafira," Feby menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"gue janji sama loe, bakalan pitusin Syafira secepatnya,",Aiden berkata dengan bersungguh sungguh.
namun, sepertinya Feby tak memperdulikan hal itu, wanita hamil itu, malah menepis tangan sang suami dengan kasar. ( di sini, Autor ganti jadi Wanita khusus untuk karakter Feby, kalau gadis nggak enak masak iya, gadis Hamil,)
"loe mau kemana,?" tanya Aiden pada sang istri. saat laki laki itu, melihat, Feby hendak turun dari kasur. " biar gue bantu," tangan kekarnya, terulur hendak menyentuh tangan itu.
dengan gerak cepat, Feby segera menepis tangan Aiden. "nggak usah! gue bisa sendiri," Feby segera melangkah pergi untuk ke kamar mandi.
"eeh," Feby hendak terpeleset dan jatuh membentur lamtai. untungnya, Aiden langsung sigap menangkap tubuh istrinya.
"hati hati, di dalam sini, ada anak kita," Aiden mengelus perut Feby. untuk sesaat, wanita itu menikmati kelembutan sentuhan tangan Aiden
hingga, Feby tersadar dan menyingkirkan tangan Aiden dari atas perutnya." minggir, gue mau ke kamar mandi," ucapmya ketus.
"hati hati, jaga anak kita," Pesan Aiden. laki laki itu, segera keluar dari kamarnya, saat memastikan jika sang istri telah aman.
Aiden keluar dari kamar, dan menuju ke dapur untuk membuatkan susu ibu hamil untuk sang istri.
"Tuan, mau bikin apa,? biar saya bikinkan," salah satu Maid menghampiri Aiden.
"tidak ada yang boleh menyentuhnya, atau kalian mau di pecat,?" Aiden menatap tajam para Maid itu.
membuat mereka semua, menunduk karena merasa takut.
tak lama, laki laki itu, membawa nampan yang berisi susu, beberapa vitamin, dan juga cemilan.
para Maid itu, berbaris dengan rapi saat sang majikan berjalan menaiki anak tangga.
"hmm Tuam Aiden sepertinya, sudah sedikit berubah," ucap salah satu Maid.
dan mendapat anggukan dari yang lain. dan mereka semua, kembali berkerja.
****
ceklek
suara pintu di buka dan mendapati sang istri sedang duduk di balkon kamarnya.
"gue bawain minuman buat ibu hamil dan beberepa cemilan," Aiden meletakkan nampan itu di meja rias.
Feby hanya melirik sekilas dan kembalienatap lurus kedepan.
"loe, kalau marah sama gue aja, jangan sama anak kita,", Aiden menatap tajam kearah sang istri.
"iya iya," Feby berkata ketus dan meraih gelas itu. dan meminumnya. " udah puas,?" tanya Feby dengan mengetuk gelas keatas meja.
Aiden tersenyum tipis dan kemudian, melangkahkan kakinya dan tiba tiba,...
cup
satu kecupan, mendarat mulus di kening Feby. membuat wanita itu, segera melayangkan tatapan tajam pada suaminya itu.
"kenapa natap gue seperti itu,?" tanya Aiden. laki laki itu, berbicara tanpa beban
See You...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments