Setelah acara akad nikah itu, Feby keluar dengan mengenakan gaun berwarna emas. lengkap dengan sepatu dan juga mahkota yang bertengger di atas kepalanya.
Pandangan gadis itu, menunduk karena takut bahwa apa yang dirinya pikirkan, menjadi kenyataan. setelah sampai di depan pelaminan, Ayah Feby, mengatakan sesuatu, yang membuat gadis itu, seperti sulit bernafas.
"nak Aiden, om titip Feby ya, jaga dan lindungi dia, perlakukan dirinya sebaik mungkin," ucap laki laki paruh baya itu, seraya memeluk menantunya.
Deg
Sontak saja, Feby segera mendongak. menatap si pemilik nama Aiden itu. dan jantung Febi Pun, seakan ingin lepas dari tempatnya, saat mengetahui, siapa orang itu.
"dia beneran Aiden?" " tanya Feby seakan tak percaya. bahkan, gadis itu, sempat menepuk pipinya untuk beberapa kali. guna memastikan, ini mimpi atau tidak.
Dan memang benar, Feby kali ini tidak bermimpi gadis itu, mendongak menatap pria, yang kini resmi menjadi suaminya.
Ah Suami, rasanya gadis cantik itu tak menyangka jika akan memiliki seorang suami seperti Aiden.
Laki laki yang begitu menyebalkan baginya. tak lama, lamunannya buyar, saat lengannya, disenggol oleh sang Ibu.
Dengan gelagapan, Feby melangkah maju, dan segera meraih tangan laki laki itu, kemudian menciumnya.
"jadilah istri penurut," Aiden berbisik di telinga istrinya. Feby hanya menganggukkan kepala tanpa berniat mengatakan sepatah katapun pada laki laki di depannya itu.
Setelah itu, Feby menatap para hadirin yang berada di sana. yang kebanyakan, hanya di hadiri oleh keluarga besar Aiden dan Feby.
"aku hanya ingin meminta satu hal pada kalian, agar pernikahan ini, di rahasiakan. karena kami masih bersekolah," ucap Feby.
Semua orang, yang berada di sana, hanya menganggukkan kepala.
Tak lama, acara pun di mulai. dari acara sungkeman, acara potong kue pernikahan, sampai dengan acara Dansa.
Dan saat acara Dansa inilah, Feby seperti tersadar dari lamunan panjangnya. gadis itu, segera melayangkan tatapan tajam kearah sang suaminya.
"kenapa Lo mau nikah sama gue?" tanya Feby to the point.
Aiden tersenyum tipis dan menarik pinggang sang istri. hingga mereka berdua, tak ada jarak dan Feby bisa merasakan nafas dari laki laki di depannya itu.
"Lo nggak perlu tau. itu masalah gue," ucap Aiden penuh penekanan.
Feby yang mendengarnya, memicingkan matanya. gadis itu, seperti mencari sesuatu, di dalam mata laki laki itu.
"oke, kalau begitu, kita jalanin pernikahan ini tanpa mengusik kehidupan masing masing," ucap Feby seraya mengulurkan tangannya.
"oke, dengan senang hati, karena gue juga terpaksa menikah sama loe," ucap Aiden, seraya tersenyum misterius.
"kita lihat saja, siapa yang akan kalah," batin mereka berdua, tertawa sinis.
Selesai acara, Feby dan Aiden, segera masuk kedalam kamar, dan segera mengemasi pakaian Feby.
Karena mereka, akan pindah rumah malam ini juga. setelah beres-beres rumah, Aiden dan Feby, menuruni anak tangga, menuju lantai dasar.
"kalian mau kemana,?" tanya Denis. Papa Feby. saat melihat anak dan menantunya keluar dari kamar, seraya menggeret koper.
"kita mau pindah malam ini," ucap Feby, dengan ekspresi wajah datarnya.
"apa kalian tidak ingin menginap dulu di sini, untuk beberapa hari?" tanya Liana Mama Feby.
Feby yang mendengarnya, segera terkekeh pelan dan menatap miring kedua orang tuanya. untuk apa mereka tinggal di sini, toh orang tuanya, telah mengusirnya secara halus. hah benar benar sebuah lelucon.
"tidak, kami langsung menepati rumah baru saja, agar kalian puas!," ucap Feby datar, namun penekanan.
Kedua orang tua Feby, yang mengerti arah pembicaraan dan maksud sang anak, hanya bisa menghela nafas panjang.
"Papi sama Mami sibuk bekerja itu, juga demi kamu, demi.." belum sempat Aditya meneruskan, Feby dengan cepat memotong pembicaraannya.
"Aiden, ayo kita pergi," tangan laki laki itu, di tarik oleh Feby hingga sampai di depan kediaman orang tua Feby.
Sesampainya di dekat mobilnya, Feby berbalik arah, dan menatap kedua orang tuanya yang memang, mengikutinya.
"ini, Feby kembalikan," ucap gadis itu, seraya meletakan Dompetnya di kursi teras.
Kemudian, gadis itu, melangkah masuk kedalam mobil. di ikuti oleh Aiden. dan saat laki laki itu, telah masuk dan duduk di kursi kemudi, dirinya mendapati, jika Feby sedang menangis.
"menangislah jika itu membuat loe lega," ucap Aiden hendak mengelus gadis di sampingnya itu.
Tapi, niat itu urung di lakukan, saat Aiden mendengar ucapan dari Feby.
"nggak usah sok baik, gue nggak butuh di kasihani, " ucapnya seraya mengusap air matanya. " kita hanya menikah di atas kertas ingat itu," lanjutnya seraya mengenakan sabuk pengaman.
"Lo nggak usah ke GR,an gue nenangin loe, agar nanti pas masuk kedalam rumah, mata Lo nggak sembab, ntar gue di kira ngapa ngapain Lo lagi," ucap Aiden seraya menyalakan mesin mobilnya.
Sebenarnya, laki laki itu, enggan berpisah dari Ibunya, karena Aiden tau betul. jika Ibunya, tak pernah di harapkan oleh sang Ayah.
Dan itu, juga termasuk dirinya yang tidak di harapkan.
...****************...
Tak lama, setelah menempuh perjalanan hampir lima belas menit, mereka berdua sampai di depan sebuah rumah mewah, bergaya minimalis khas eropa.
"ini rumahnya?" tanya Feby yang masih tampak terpana. kemudian, gadis itu melangkahkan kakinya mendekati bangunan itu.
"hmm ini gue beli dengan hasil jerih payah gue," Aiden membuka bagasi mobil dan mengeluarkan koper kopernya.
Feby melangkahkan kakinya, mengikuti langkah sang suami.
Tiba di depan kamar, gadis itu tampak tertegun karena merasa bingung. " kita tinggal satu kamar,?" tanya Feby merasa ragu.
"tentu saja, kita itu suami istri," ucap Aiden seraya memasang wajah datar dan masuk kedalam kamar.
Feby masuk ke dalam kamar, dan menghempaskan tubuhnya di sofa dekat lemari. sementara Aiden, laki laki itu, menata baju bajunya ke dalam almari.
"Lo masih mau berdiam kayak ratu gitu?" tanya Aiden seraya melirik gadis yang masih duduk di sofa.
"hmm nanti aja, gue mau telpon ayang gue," Feby dengan cepat, mengeluarkan benda pipih nya dan segera menghubungi kekasihnya.
"halo Beb, aku kangen," ucap seseorang, yang berada diseberang sana.
"hmm aku juga kangen tau nggak, besok kita ketemuan di tempat yang sama," Feby tersenyum manis.
Aiden yang melihat dan mendengar interaksi antara pasangan kekasih itu, hanya mengedikan bahu tak perduli.
Laki laki itu, memilih bermain ponsel dan ber chatting dengan sang kekasih.
Setelah selesai bermesraan dengan kekasih masing masing, Feby memilih mandi karena hari memang sudah siang. dan dirinya juga harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Setelah selesai mandi, mereka berdua melaksanakan kewajibannya secara berjamaah. dan setelah selesai, Aiden memutuskan untuk beristirahat.
See you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
melodyfatma
bagus Thor , lanjutkan!!!
2022-07-18
3