Lima belas menit kemudian, Aiden telah sampai di depan rumahnya. dengan segera, laki laki itu, melangkahkan kaki dengan tergesa gesa.
Ia takut, jika terjadi sesuatu dengan sang Ibu. 'Mah, Aiden masuk ya," Aiden meminta izin terlebih dahulu sebelum masuk.
Setelah ada balasan dari dalam, Aiden segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kamar orang tuanya itu.
Saat membuka pintu, laki laki itu tampak tertegun sesaat karena melihat sang Mama baik baik saja. kemudian, laki laki itu, menghela nafas lega.
"Mah, ada apa Mamah telpon Aiden?" tanyanya seraya berjongkok dan menggenggam tangan wanita kesayangannya itu.
"kamu mau kan menuruti keinginan Mama? " tanya Wanita paruh baya itu.
"permintaan apa?" tanya Aiden seraya mengecup tangan sang Mama. " jika Aiden mampu, maka akan Aiden turuti." lanjut laki laki itu.
Sejenak, wanita paruh baya itu, menghela nafas panjang sebelum berbicara." kamu mau kan, menikah dengan anak temen Mamah,?" tanya Yunita.(Mamah Aiden).
Deg.
Jantung Aiden serasa ingin lepas dari tempatnya saat mendengar permintaan dari sang Mama itu.
"Me-menikah, Mah, Aiden masih sekolah," ucap laki laki itu. karena memang, dari kecil Aiden tak pernah membantah ucapan ibunya itu.
"iya sayang, anggap saja, ini permintaan terakhir Mama," ucap Yunita pelan.
Mendengar hal itu Aiden segera memeluk sang Ibu dan menggelengkan kepalanya.
"jangan bicara seperti itu lagi. Mamah akan mendampingi Aiden terus," laki laki itu, memeluk Mamanya dengan erat. seakan tidak ingin kehilangan sang Mama.
Yunita tersenyum kecut membalas pelukan dari putra kesayangannya itu. sebenarnya, hatinya sangat hancur harus mengatakan hal ini.
Tapi apa mau di kata, sang suami bersikukuh untuk menjodohkan Aiden dengan anak temanya. bahkan, laki laki yang telah delapan belas taun menjadi suaminya itu, tega mengusir dirinya jika tidak menurut.
"jangan pernah mencegah rencanaku, atau kamu mau jadi gelandangan? hmm," ucap Surya saat mereka berdebat malam itu
Hal itu, yang membuat Yunita terdiam. karena memang, dirinya tak bisa apa apa. tapi dalam hatinya, dirinya mengutuk dirinya sendiri. karena begitu bodoh dalam wawasan.
Ibu mana yang tidak sedih, jika anak semata wayangnya, di paksa menikah oleh Papa kandungnya.
Yang seharusnya menjadi figure yang di hormati. dirinya menyadari semua itu kesalahannya. dirinya yang langsung menyetujui menikah dengan Surya.
Laki laki yang ternyata hanya menjadikan dirinya pelampiasan karena patah hati itu. dan meski kini, pernikahannya sudah berjalan belasan taun, tapi perlakuan laki laki itu tetaplah sama.
Tidak ada kehangatan sedikitpun didalam dirinya. yang ada hanya aura dingin di dalam rumah ini.
Tapi, kedinginan itu, akan menjadi kehangatan. jika bertemu dengan rekan kerjanya. memang, laki laki itu, penuh dengan tipu muslihat.
Aiden yang merasakan basah di kepalanya, mendongak dan mendapati sang Ibu menyeka air matanya.
Sontak saja, laki laki itu terkejut dan langsung mengusap air mata itu.
"Mah, jangan sedih, baik kalau itu mau Mama, Aiden akan menurutinya, asalkan Mama jangan pernah menangis lagi," ucapnya kembali memeluk sang Ibu.
Biarkan dirinya berkorban dengan menuruti keinginan sang Mama. asalkan sang Mama tidak menangis lagi.
Kemudian, laki laki itu keluar dari kamar sang Mama. dan di ambang Pintu, dirinya bertemu sang Papa.
"persiapkan dirimu, karena sebentar lagi, kamu akan menikah," ucap Surya seraya membuka pintu dan masuk kedalam kamar.
Aiden segera berlalu pergi tanpa menghiraukan ucapan sang ayah.
sesampainya di kamar, Aiden segera merebahkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. matanya menerawang jauh keatas.
"kenapa gue di lahirkan, tapi tidak memiliki kasih sayang sama sekali,? apa sebenarnya salah gue?" tanya laki laki itu, entah pada siapa.
Malam harinya, saat semua orang telah terlelap dalam balutan dunia mimpi yang indah, Aiden justru tidak pernah bisa memejamkan mata.
Pikirannya, masih menerawang, permintaan kedua orang tuanya untuk menikah.
Aiden tidak habis fikir, kenapa orang tuanya segampang itu, memutuskan suatu hal penting dalam hidupnya.
Seakan akan, hidup Aiden tak pernah berguna dan hanya menjadi sebuah pajangan di dalam keluarganya.
Aiden menyakini, jika rencana pernikahannya itu, adalah tekanan dari sang Papa. karena laki laki itu, permah mendengar, jika papanya berucap kasar pada Ibunya.
Waktu itu, Aiden tidak bisa melakukan apapun, karena memang, dirinya pada saat itu, masih sangat kecil untuk melawan.
Dan sejak saat itu, laki laki kebanggaan para cewek itu, bertekad akan menjadi orang sukses dan membawa pergi sang Ibu.
Toh, mereka juga percuma berada di sini, karena kehadiran mereka, seperti tak terlihat. ada tapi tak pernah di sentuh.
Kehadiran Aiden di tengah tengah orqng tuanya pun, merupakan sebuah kesalahan menurut papanya Aiden.
Jadi nanti, jika sudah sukses, Aiden akan membawa sang Ibu keluar dari neraka dunia ini.
Lama laki laki itu melamun, hingga matanya sayu dan kemudian terpejam. Aiden terlelap dengan beragam fikiran di dalam otaknya
Pagi harinya..
Di rumah Feby, sekarang sedang berlangsung acara Akad Nikah.
Di dalam kamar, Feby sudah tampil cantik dengan balutan kebaya warna biru dengan ekor sedikit memanjang.
Sementara rambutnya, disanggul tinggi dan ada mahkota kecil di kepalanya.. sungguh, penampilan Feby saat ini, lebih mirip seperti ratu.
Hanya saja, raut wajahnya, lebih mirip seperti seorang tahanan kusut dan sangat tertekan.
Karena gadis cantik itu, sama sekali tak mencintai yang akan menjadi suaminya.
Bagaimana mau mencintai, kenal saja tidak. tua atau muda tampan atau buruk rupa, Feby sama sekali tidak tau.
Tiba-tiba tiba saja, tubuhnya gemetar bulu kuduknya meremang, saat membayangkan yang akan menikahinya adalah pria tua dengan bau minyak urut di mana mana.
"tidak! tidak !gue tidak mau!!," seru Feby dengan menggelengkan kepalanya kuat.
Sontak saja, hal itu membuat para perias yang berada di sana, segera menghampiri gadis cantik itu.
"Nak Feby tidak apa apa,?" tanya si perias. dengan cepat, Feby menggelengkan kepala dan tersenyum kikuk.
"saya tidak apa apa tante," ucap gadis itu lembut.
Tak lama setelahnya, terdengar kalimat, yang membuat gadis cantik itu, menahan nafas untuk beberapa saat.
"Saya Nikahkan dan Kawinkan engkau Aiden Wardana bin Surya Wardana, dengan ananda Feby Natasya Aprilia, Binti Denis Handoko dengan maskawin sebuah Rumah Mewah di bayar tunai," ucap pak penghulu.
"saya terima nikah dan kawinya, Feby Natasya Aprilia, Binti Denis Handoko, dengan maskawin tersebut, di bayar tunai," ucap seseorang lantang.
Deg
Jantung Feby seakan terhenti saat mendengar ucapan itu, bukan karena mas kawinya. tapi lebih ke suara laki laki yang menyebutkan kata sakral itu.
Feby seperti familiar dengan suara itu. " nggak mungkin, pasti bukan dia," gumamnya menyakinkan diri.
see you.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
putia salim
ceritanya bagus,tp buanyak typo typo🙏
2023-01-19
0
Syuryani Aria Dalimunthe
banyak banget salah pengetikan Thor, harap diperhatikan lagi... cerita nya sejauh ini bagus..
2022-08-01
2