sepanjang koridor rumah sakit, Aiden tak melepaskan genggaman tangannya pada sang istri. walaupun, berulang kali Feby mencoba melepaskan dari tangan kekar laki laki itu.
"Aiden, lepasin gue," Gadis itu terus meronta meminta untuk di lepaskan. namun, bukanya mendengarkan, Aiden jistru semakin kuat dalam menggenggam tanganya.
"diem, atau loe mau gue gendong,?" ancam laki laki itu.
Feby hanya tersenyum miring mendengarnya. karena dia fikir, Aiden hanya menggertaknya saja. lantas, gadis yang terkenal Bar bar itu, segera menggigit tangan Aiden.
hingga laki laki itu mengerang kesakitan. " argghh "Aiden memegangi punggung tanganya yang terdapat bekas gigitan itu. " kau," tanpa basa basi, laki laki itu, segera menggendong sang istri dengan ala bride style.
Feby yang merasa terkejut, tubuhnya terdiam sesaat. hingga saat gadis itu tersadar, Feby mencoba untuk melepaskan diri.
"Aiden loe gila," Faby nencoba merosot dengan memukul mukul dada lak lali itu.
"diamlah, atau loe mau gue cium di sini,?" ancam Aiden yang membuat Feby, seketika terdiam. sementara Mama Yunita yang sedari tadi adavdi belakang, menghela nafas panjang.
ternyata, apa yang dirinya fikirkan tidak selalu benar. dia berfikir, jika anak dan menantunya sudah saling mencintai.tapi ternyata dirinya salah.
mereka hanya mencoba baik di depannya saja. apalagi, mereka masih sama sama anak remaja yang sedang berada dalam masa, mencari jati dirinya.
setelah sampai di ruangan Obgyn, Aiden menurunkan Feby di depan ruang Dokter Naila. " loe tuh ya, bikin gue malu aja," gerutu Feby pada laki laki itu.
"siapa suruh ngelawan,?" tanya laki laki itu tersenyum tipis.
Feby yang mendengarnya, hanya bisa mendengus kesal. "dasar mesum, bilang aja mau cari kesempatan dalam kesempitan," degusnya
"terserah loe, mending sekarang kita masuk ke dalam," Aiden menarik tangan sang istri dan duduk di kursi depan Dokter Naila.
"wah, pasangan pengantin baru ini, ada apa kesini,?" tanyq wanita berusia dua puluh lima tahun itu.
"biasa Dok, kemarin di periksa sama Dokter Aisyah, katanya lagi hamil, kita kesini mau mastikan saja," Mama Yunita tiba tiba masuk ke dalam.
membuat Dokter Naila terkejut. " eh, Nyonya, gimana kabarnya,?" tanya Dokter itu ramah.
"baik, kau apa kabat,?" tanya Wanita paruh baya itu.
"Alhamdulillah Baik Nyonya, berkat kebaikan Nyonya, saya sekarang bisa bekerja di rumah sakit milik keluarga Nona Feby." Dokter Naila tersenyum tipis.
"ah kau ini terlalu merendah, sekarang kamu perikaa Feby dulu ya," Mama Yunita berkata seraya tersenyum tipis.
Dokter Naila hanyq menganggukan kepala dsn mulai mengarahkan alat USG di atas perut Feby.
awalnya, gadis itu menolak dan merasa malu karena harus menyingkap bajunya. tapi, hal itu malah di tertawakan oleh Dokter Naila dan Mama Yunita.
"bagaana hasilnya Dok,?" Mama Yunita bertanya seraya dengan wajah berbinar.
"hmm sepertinya semua lancar, dan sepertinya cucu Nyonya perempuan," Dokter Naila tersenyum tipis.
"alhamdulillah, mau laki laki atau perempuan, semua sana saja, yang penting semua sehat," Mama Yunita tersenyum tipis.
Aiden dan Feby, kedua remaja itu, hanya terdiam. karena jujur saja, mereka tidak tau apa yang harus mereka perbuat. terutama, Feby. gadis itu hanya menundukan kepala.
bahkan, gadis itu, merasa linglung dan tak menyadari, jika Ibu mertua dan suaminya, mengajaknya ke restaurant terdekat.
"sayang, jangan ngelamun," Mama Yunita menyentuh bahu menantu kesayangannya itu.
"eh, Mah kita di mana,?" tanya gadis itu seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.
"hmm kamu sih bgelamun aja, memangnya kamu mikirin apa sih,?"tanya Wanita paruh baya itu.
"hah, nggak mikirin apa apa," Feby tersenyum manis gadis itu mencoba berkilah. membuat Mama Yunita, tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.
"kamu nggak usah bohong sayang, Mama tau apa yang kamu rasakan. memang, menjadi seorang Ibu itu tidak mudah. apalagi, di usia remaja seperti kamu," Mama Yunita mencoba menguatkan menantunya itu.
Feby hanya tersenyum miris dengan deraian aor mata. " kenapa, kenapa Mami sama Papi, tega ngelakuin ini sama Feby,? apa mereka sudah bosan merwat Feby,? sehingga menikahkan di usia dini,?" tanya gadis itu drngan isakan tangis di bibir mungilnya.
Mama Yunita segera mendekat. wanita paruh baya itu segera memeluk menantunya itu. "sstt, jamu tidak boleh mengatakan hal seperti itu sayang," Wanita itu mencoba menghibur menantunya.
Frby mendongak menatap teduh mata ibu mertuanya. " bagaimana, jika nanti Feby tidak bisa mencintai Aidrn Mah, apa boleh Feby menyerah,?" tiba tiba saja, gadis itu melontarkan pertanyaan yang membuat seseorang di balik dinding, tertegun.
"sayang, apa yang kamu bicarakan,?" Mama Yunita menggelengkan kepala .
"Plis Mah, seandainya, Frby nggak bisa menerima Aiden, Feby boleh pergi," gafis itu kembali menangis.
karena menurutnya, semua akan sia sia jika pernikahan, tetap di pertahankan tapi tidak ada rasa di dalamnya.
dan itu, hanya akan membuat kedua belah pihak semakin tersakiti. apalagi, jika alasan bertahan adalah demi anak. menurutnya sangat tidak logis.
"itu tidak akan pernah terjadi," tiba tiba, Aiden muncul dari arah belakang membuat kedua wanita berbeda generasi itu menoleh.
"apa maksud loe,?" tanya gadis itu seraya menatap tajam kearah laki laki itu.
"pernikahan itu bukan untuk main main," laki laki itu, berucap dengan tenang.
Feby tak lagienjawab gadis itu kembali dalam lautan imajinasinya. begitupun dengan Mama Yunita dan juga Aiden.
pukul lima sore, mereka telah sampai di depan rumah Aiden. "mamah nggakau mampir,?"tanya Aiden.
"ngfak usah sayang, lagi pula, Mama hatus menyiapkan makan malam. Papamu," Mendengar Papanya di sebut, membuat Aiden mendegus kesal.
"huh, kenapa Mama masih baik sama Dia,? padahal laki laki itu, sudah menyakiti Mamah,?'tanya Aiden.
"karena Mamah Masih istri sah Papah kamu sayang, sudah menjadi tugas seorang istri melayani suaminya," MamaYunita tersenyum tipis dan pamit untuk pulang.
Feby segera masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya.
"loe bisa bilang gitu ke Mamah tadi terus, kenapa loe nggak bisa lepasin gue,?" tanya gadis itu.
"karena gue udah mulai jatuh cinta sama loe," Aidrn tersenyum tipis.
"bulshit," Feby memalingkan wajahnya. dan segera berlalu ke kamar mandi.
"terserah kalau loe nggak percaya. tapi, asal loe tau, gue bukan tipe yang suka berbohong," Aiden tersenyum tipis.
sementara itu, di kamar mandi, Feby tengah bergelut dengan fikirqnya sendiri. antara bertahan atau tidak. karena sejujurnya, sampai saat ini pun, gadis itu belum merasakan yang namanya cinta pada Aiden. karena memang, perasaanya masih pada sang kekasih.
" haduh, gimana gue. gadepin hari esok, apalagi ada Syafira," gadis itu bergumam pelan.
Dia tidak mau menyebut wanita itu dengan sebutan yang aneh aneh takut pamali
See You....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Dhevy yuliana
alat sekarang kan canggih kak😁😁
2022-08-18
1
Lilik Santi
tadi katanya baru 2 bln kok udah tau jenis kelaminnya
2022-08-18
0