Sore harinya, Feby baru saja pulang ke rumah, di antar oleh sahabat sahabatnya dan tentu saja, kekasihnya itu juga ikut.
Sebenarnya, mereka agak kebingungan saat Feby, meminta untuk di antarkan ke alamat ini.
"Lo sekarang tinggal di sini ?" tanya Renata seraya memandang ke sekitaran.
Feby hanya menganggukkan kepala dan tersenyum canggung.
"sejak kapan?" kini giliran Reza, kekasihnya yang bertanya tanya. karena biasanya, gadis itu akan cerita banyak hal tentang apapun dan tidak ada yang di tutup tutupi.
"eh, itu. ini sebenarnya, rumah lama keluarga gue," setenang mungkin, gadis cantik itu berkata. agar teman temannya mempercayainya.
Mereka semua, menganggukkan kepala, tanda mengerti.
"ya udah, kalau begitu keta pamit dulu ya, assalamu'alaikum," mereka semua segera memasuki mobil masing masing.
Setelah kendaraan teman temanya, sudah sedikit menjauh, Feby masuk kedalam rumah dengan hati berdebar entah mengapa, gadis itu jadi merasa gentar.
Tiba tiba, suara berat berasal dari belakang, membuat jantungnya seakan ingin lepas dari tempatnya.
"dari mana Lo,?" tanya suara itu, membuat Feby, seketika menoleh dan mendapati, suaminya telah duduk di sofa ruang tamu, dengan menghilangkan kedua tangan di depan dada.
Sebenarnya, Feby merasakan takut yqng teramat. tapi, dengan cepat gadis itu segera menepisnya.
"Lo nggak liat ini gue bawa apaan? tanya Feby sinis. menyembunyikan rasa yang sebenarnya.
Aiden yang mendengar itu, sontak saja menjadi sangat kesal. bagaimana bisa seorang istri bersikap seperti ini pada suaminya,
"Lo jaga ya ucapan Lo, gue suami Lo," ucap Aiden menatap tajam pada istrinya. istri, yang bahkan baru di nikahnya beberapa hari yang lalu.
"heh, suami yang suka menindas dan semena mena maksudnya,?' tanya gadis itu, dengan membalas tatapan itu, tak kalah tajamnya.
Aiden yang mendengar pertanyaan dari istrinya yang seperti sindiran itu, mengerutkan keningnya. seakan dirinya mengalami amnesia saat sedang bersama kekasihnya tadi siang.
"apa maksud Lo?" tanya Aiden dengan nada naik satu oktaf. membuat para Maid yang sedang bekerja, menghentikan kegiatannya sebentar.
Mereka menjadi penasaran karena tak biasanya, majikanya itu, menggunakan nada tinggi seperti ini.
Yap, para Maid ini berasal dari salah satu puluhan Maid yang berada di keluarga Wardana.
Mereka sebagian di tugaskan oleh Yunita, untuk mengatur dan mengurus putra semata wayangnya. karena wanita paruh baya itu, menyadari jika Feby tidak akan bisa dengan baik mengurusi Aiden.
Apalagi, mereka berdua adalah sepasang musuh abadi 6ang tidak akan pernah akur.
"sudahlah, kalian kembali ke pekerjaan masing masing," salah satu Maid yang bertugas menjadi kepala di sini memberi perintah.
Sehingga mereka, dengan patuh, kembali ke tempat mereka bekerja masing masing.
Sementara kedua pengantin baru yang masih muda itu, kembali saling menatap satu sama lain dengan tajamnya.
Seakan, tatapan mereka, seperti ingin menguliti seseorang hidup hidup.
"Lo nggak sadar ya, kalau Lo itu, banci nggak jantan sama sekali, beraninya menggunakan kedudukan untuk menindas lawannya, cih pengecut," maki Feby seraya berdecak.
Hal itu, berhasil membuat laki laki di depannya itu murka. dengan cepat, Aiden mengangkat istri kecilnya itu, seperti orang yang sedang mengangkat karung beras.
Laki laki itu, menaiki satu persatu anak tangga. menuju kamar mereka. dengan di iringi umpatan dan makian dari gadis itu.
"lepasin!! " ucapnya meronta, seraya memukul punggung laki laki itu.
Hal itu, justru membuat para Maid itu tertawa."hmm dasar anak anak," gumam mereka, dengan menggelengkan kepala.
Aiden segera menaiki anak tangga, dengan menggendong sang istri.
"lepasin gue," ucapnya seraya memukul punggung Aiden dengan keras. membuat laki laki itu, sedikit kesakitan.
Sesampainya di dalam kamar, Aiden segera membanting tubuh istrinya di kasur. membuat gadis itu, memekik karena merasa kesakitan.
"ah, dasar laki laki kasar," Feby berucap dengan menaikan satu oktaf suaranya.
Aiden yang mendengarnya, segera merangkak ke atas ranjang, dan mendekati Feby, yang mulai ketakutan.
"ma-mau apa Lo?" tanya Gadis itu tergagap. namun, hal itu tak merubah tatapan Aiden.
Tatapan, yang menggambarkan kelaparan seorang Pria Dewasa.
Melihat hal itu, Feby semakin ketakutan dan merapatkan tubuhnya, ke pinggir ranjang. jantungnya seakan ingin lepas saat Aiden mulai menempelkan benda kenyal tak bertulang itu, ke wajah sang istri.
"jangan lakukan ini, gue belum siap." tiba tiba, Feby menundukkan kepala ketakutan.
"memangnya, kenapa kalau gue minta hak gue?" tanya Aiden menyeringai lebar. belum sempat gadis iyu berucap, Aiden sudah terlebih dulu, menindihnya.
me**cup seluruh bagian wajah gadis itu. membuat sang empunya, meronta sekuat tenaga untuk di lepaskan.
"lepa emmph," belum sempat Feby menyelesaikan ucapannya, Aiden telah terlebih dahulu, me**at bibir tipis itu.
Dan setelah, merasa kehabisan nafas, Aiden melepaskan tautan itu. seketika itu juga, Feby berlinang air mata.
"jangan pernah memancing amarah gue, atau gue akan kelepasan lagi," Aiden mengusap bibir sang istri yang tampak bengkak dengan ibu jarinya.
Feby menepis tangan kekar suaminya itu. dia menatap tajam kearah laki laki, yang kini telah menjadi suaminya itu.
"Lo bener bener laki laki teregois yang pernah gue temui," ucapnya saat Aiden hendak berbalik arah.
Sehingga laki laki itu, menghentikan langkah kakinya. Aiden menatap tajam sang istri.
"apa maksud Lo?" tanya Aiden yang merasa bingung.
Laki laki yang terkenal cerdas dan berbakat itu, busa menjadi lemot karena suatu hal. benar benar hal yang menggelikan sekaligus memuakkan.
"cih, jangan sok polos Lo, Lo sendiri juga bersama pacar Lo kan, terus salahnya dimana, kalau gue juga sama pacar gue?" tanya Feby merasa geram.
"heh, gue itu suami Lo, dan gue ke Mall itu, hanya mengantar Syafira membeli buku," Aiden mencoba mengelak.
Sungguh memang laki laki yang satu ini, tidak ingin di kalahkan pikir Feby.
"terus kenapa, kalau Lo suami gue? Lo bisa seenaknya, dan apa tadi Lo bilang, menemani Syafira beli buku? emang gue anak kecil yang bisa di kibulin?' tanya Feby dengan memalingkan wajahnya.
Sungguh, gadis itu merasa muak saat menghadapi sifat Aiden yang ternyata lebih menyebalkan itu.
" sepertinya, kau harus di beri pelajaran ya, agar tau apa arti pernikahan." Aiden berkata, dengan mulai melepaskan satu persatu pakaiannya. hingga tergeletak di lantai.
Menyaksikan hal itu, Feby dengan cepat dan reflek, melompat dari ranjang dan meraih gagang pintu. berharap, dirinya bisa lolos dari monster menyeramkan ini.
Namun, belum sempat sampai di ambang Pintu, tangan kekar Aiden, telah terlebih dahulu menariknya dan menghempaskannya, ke kasur.
Dan dengan gerakan cepat, Aiden segera menindihnya. dan dengan secepat kilat pula, laki laki itu, me**t benda kenyal tak bertulang milik Feby
see You
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments