Bab 12. Pendapat Elric Tentang Emma.

"Bagaimana dengan Noah dan Ryan?" tanya Elric pada Michael. Hari ini sahabatnya itu mengunjunginya. Sama seperti dirinya, urusan Michael dengan polisi juga sudah dibereskan oleh orang tuanya. Namun, Elric tahu, nasib Noah dan Ryan pasti berbeda.

"Ryan sudah bebas, tapi ... Noah sepertinya akan mendekam cukup lama di penjara," jawab Michael.

Elric menghembuskan napasnya kasar. "Apa ada yang bisa kita lakukan?" tanyanya.

"Meminta bantuan pengacara terbaik di Manhattan, mungkin," sahut Michael.

Elric menggeleng. "Bagaimana membayar pengacara terbaik di Manhattan? Akun cryptocurrencyku diblokir oleh ayahku," gerutunya.

"Same here (aku juga sama)," keluh Michael.

Dua remaja itu sedang berada di studio musik milik Nathan. Elric yang merasa bosan di rumah memutuskan kembali menyentuh gitarnya untuk sekedar mengusir kejenuhannya.

Les Paul LPX, si gitar legendaris dari masa ke masa yang selalu dipakai musisi-musisi dari berbagai generasi. Elric menekan tombol wireless receiver pada kontroler gitarnya, lalu menyinkronkan gitar di pangkuannya.

"Kau mulai bermain gitar lagi?" tanya Michael.

"Nah! Hanya membuang rasa bosan. I don't know what to do (aku tidak tahu harus melakukan apa)," sahut Elric seraya mencari efek suara gitar dalam kontroler yang sesuai dengan keinginannya.

"Kau tidak mau meminta bantuan ayahmu untuk memuluskan karir bermusikmu, El?" tanya Michael sambil memeriksa beberapa gitar yang tersandar di stand.

Elric terbahak. "No way (tidak mungkin). Aku tidak akan pernah melibatkan Nathan Bradley. Aku bisa melakukannya sendiri, kalau aku mau. Lagi pula ... aku lebih bagus darinya." Ia menggenjreng gitarnya menggunakan efek distorsi, mengalunkan nada-nada aneh yang membuat kening Michael mengerut.

"Hellbound terlalu kuno," ujar Elric. "Aku punya genre sendiri. Industrial Cyber Metal." Elric menaik-naikkan alisnya. "Tapi, itu kalau aku masih berminat." Elric mengalunkan beberapa bar melody dengan sempurna. "I play music when I want it. Not because my Dad told me so (aku main musik saat aku mau, bukan karena ayahku yang menyuruh)," terang Elric.

Michael mengangguk-angguk. "Make sense (masuk akal)," gumamnya.

Pintu studio dibuka dari luar, dan kepala Lupita menyembul dari baliknya. "Elric, Miss Lopez sudah datang," kata wanita itu.

Elric memutar bola matanya mendengar nama Emma disebut. "Katakan padanya untuk menunggu tiga jam lagi," katanya asal.

"Jangan bercanda, Elric!" gertak Lupita memperingatkan sambil menunjuk ke arah wajah Elric.

Elric mendesis. Ia lalu meminta bantuan Michael untuk meletakkan gitar pada stand.

"Benar gurumu itu Emma? Si feminist gila itu?" tanya Michael. Mengonfirmasi kebenaran cerita yang disampaikan Elric melalui telepon.

"Aku harap bukan." Elric mengacak rambut panjangnya dengan kasar.

"Mengerikan sekali." Michael bergidik. Ia beberapa kali melihat betapa galaknya gadis itu. Hidung Elric pernah patah terkena pukulannya. "I gotta go then (aku pergi dulu kalau begitu)," ujar Michael kemudian. Ia lalu mendorong kursi roda yang diduduki Elric keluar dari studio. Keduanya berpisah di koridor. Michael menuju arah ruang tamu, sementara Elric menjalankan kursi rodanya menuju ke perpustakaan keluarga, di mana Emma telah menunggunya.

"Selamat siang, Elric," sapa Emma ramah. Meskipun Elric tahu, itu hanya dibuat-buat.

Elric memperhatikan penampilan Emma hari ini. Rapi, dengan dress warna putih sederhana setinggi lutut, lalu sepatu boot hitam setinggi atas mata kaki. Rambutnya pun sepertinya ia betuk sedemikian rupa.

"Wah, sayang sekali James tidak akan ke sini hari ini," celetuk Elric membuat Emma keheranan.

"Apa maksudmu?" Emma memicingkan matanya.

"Kau berdandan seperti itu, untuk menarik perhatian James, bukan? Wah ... rupanya kau sedang mengincar pria kaya untuk memperbaiki nasibmu, ya?"

Emma terperangah mendengar ucapan Elric yang tidak berdasar itu. Seenaknya saja anak breng sek itu menuduhnya. Tapi, ia hanya menarik sudut bibirnya. Ia tahu, Elric sedang mencoba untuk memancing emosinya. Tidak akan Emma biarkan anak breng sek itu menang.

"Menyimpulkan sesuatu atas seseorang tanpa mengonfirmasikannya terlebih dahulu dengan orang yang bersangkutan itu termasuk hal yang buruk, Elric, kau tahu?" kata Emma sambil mendorong kursi roda Elric dan berhenti di depan sebuah sofa. Emma duduk di atas sofa, di hadapan Elric yang menatapnya dengan angkuh.

"Hari ini kau akan belajar bagaimana memuji dan berterimakasih pada seseorang," kata Emma sambil melempar senyumnya. Ia tahu, hal itu pasti tidak pernah dilakukan oleh Elric. Ini pasti akan sangat menyiksanya.

"Kau mengarang sendiri pelajarannya, ya?" tuduh Elric.

Emma menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri tepat di hadapan wajah Elric. Mengisyaratkan kalau apa yang anak itu katakan salah. Emma mengambil tablet ecoPad berlayar cembung dari dalam tas selempangnya, lalu menunjukkan satu halaman e-book yang berisi jadwal kurikulum Calhoun School pada Elric. "Sesuai kurikulum," ucapnya.

Elric mendengus kesal. Ia memalingkan wajahnya ke arah jendela, menghindari melihat senyum mengejek Emma yang menyebalkan.

"Aku sengaja berdandan seperti ini," kata Emma seraya meraih dagu Elric dan memaksanya untuk menghadap pada wajah khas Amerika Latinnya itu. "Agar kau bisa memujiku hari ini, untuk melatihmu mengungkapkan apa pendapatmu tentang orang-orang di sekitarmu," lanjutnya.

"Dalam mimpimu!" hardik Elric.

"Elric ... ayo puji aku. Ungkapkan saja apa yang kau lihat dari diriku," kata Emma seraya memutar badannya.

"Kau jelek, menyebalkan, temperamental, dan gila!" puji Elric.

Emma mencebikkan bibirnya dan mengangguk-angguk. "Lumayan. Ada lagi?"

"Kau jelek!" puji Elric kembali.

"Ada lagi?"

Elric mengedikkan bibirnya. "Kau jelek," ucapnya.

Emma menghela napasnya dalam-dalam. Ia ingin sekali mencabik-cabik wajah Elric yang sangat menyebalkan itu. Bagaimana makhluk mengerikan ini bisa terlahir dari rahim seorang wanita yang begitu cantik dan lembut seperti Nyonya Bradley.

"Tunggu sebentar," kata Emma sambil menyambar tas selempangnya dan berlalu dari hadapan Elric. Ia melangkah keluar dari ruang perpustakaan dan melangkah menuju dapur. Rumah tampak sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Nathan Bradley dan istrinya.

"Kau membutuhkan sesuatu, Nona Lopez?" Lupita, sang asisten rumah tangga, muncul dari pintu dapur dan menghampirinya yang sedang mencari-cari gelas untuk diisi air putih.

"Ah, ya ... aku butuh air putih," jawab Emma sambil memijit keningnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Lupita sambil membuka lemari di atas wastafel dan mengambil satu buah gelas panjang. Wanita paruh baya itu mengisinya dengan air putih dari sebuah kran melengkung dengan tombol-tombol yang ada di kepala kran.

"Hanya sedikit sakit kepala," jawab Emma. "Thanks," ucapnya seraya menerima gelas yang disodorkan Lupita padanya. Emma merogoh tasnya dan mengambil satu botol kecil berisi kapsul berwarna putih dan hijau. Ia ambil satu buah kapsul dan menelannya dengan bantuan air putih.

Lupita tersenyum. "Anak itu membuatmu sakit kepala, ya?"

Emma meringis. Ia yakin Lupita pasti lebih paham dengan karakter Elric yang luar biasa itu.

"Sebenarnya Elric anak yang baik. Hanya saja, sepertinya dari kecil dia kesulitan mengungkapkan keinginan atau pun perasaannya," terang Lupita. "Kedua orang tuanya dari dulu menganggap Elric adalah anak penurut. Sampai dua tahun terakhir ini ... dia sering membuat masalah, tapi tidak pernah mau diajak berbicara dari hati ke hati." Lupita mengucapkan dua kalimat terakhir sambil berbisik.

Emma mengangguk-angguk. Ia memang sudah bisa menebak kalau Elric memiliki kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya, kecuali, mungkin dengan orang yang benar-benar dekat dengannya. Sayangnya, kenapa anak itu harus percaya dengan orang seperti Noah, yang malah menjerumuskannya ke hal-hal negatif.

Setelah dirasa sakit kepalanya mulai mereda, Emma berpamitan untuk masuk kembali ke ruang perpustakaan, di mana Elric sedang sibuk dengan gadgetnya.

"Hei!" seru Elric ketika tiba-tiba Emma merebut gadget di tangannya dan meletakkannya di atas rak buku yang tidak bisa dijangkau oleh Elric.

"Kita lanjutkan pelajarannya." Emma mendorong kursi roda Elric dan membawanya ke posisi semula, berhadapan dengannya.

Elric menguap beberapa kali. "Aku mengantuk."

"Tidak bisa!" seru Emma. "Emm ... tidak bisa, kita selesaikan pelajarannya." Emma melembutkan suaranya.

Emma menyandarkan punggungnya di sofa. Kedua lengannya ia lipat di depan dada. Sementara matanya menatap Elric yang tampak bosan.

"Apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Emma.

"Mengantuk."

"Senang, sedih, marah, benci, cemburu, dengki?"

"Mengantuk."

"Tentang emosi, Elric, emosi. Di sini, dan di sini," kata Emma sambil menunjuk kening Elric dan dadanya.

"Benci."

"Kepada siapa dan kenapa?"

"Kepadamu, karena kau sangat menyebalkan."

Emma tersenyum tipis. Meskipun kata-kata Elric sangat tidak enak didengar oleh telinganya, setidaknya anak itu sudah mau mengungkapkan apa yang dirasakannya.

"Karena kau jelek dan cerewet," lanjut Elric seraya tergelak. "Penampilanmu sangat kuno. Apa ini, huh?" Elric meraih kerah baju Emma dan mengibaskannya. "Kau pikir kau hidup di tahun enampuluhan? Ibuku saja lebih modis dari pada kau, Emma." Elric melanjutkan tawanya. Kali ini sambil menunjuk tepat di depan wajah Emma.

Emma menggeram kesal. Diraihnya jari telunjuk Elric dan diremasnya dengan keras.

"Auch! Kau mematahkan jariku!" teriak Elric kesakitan. "Apa salahku, hei! Kau bilang aku harus mengungkapkan pendapatku tentang orang-orang di sekitarku!"

Emma belum ingin melepaskan cengkramannya pada jari Elric. Ia justru menghadiahi anak itu dengan satu cengkraman lagi di paha Elric yang terluka. Tak ayal lagi, Elric pun berteriak kesakitan sembari satu tangannya meraih rambut Emma dan menariknya keras-keras hingga tubuh gadis itu hampir saja jatuh menimpanya.

"Oops ... sorry, apa aku mengganggu?"

Emma dan Elric spontan menoleh ke arah pintu, di mana James sedang berdiri di sana dengan wajah kaget sambil mengedip-ngedipkan matanya, mencoba menyimpulkan apa yang sedang kedua anak muda itu lakukan.

***

Terpopuler

Comments

Emi Wash

Emi Wash

ipin dan kak rose lg brantem.....

2024-01-07

0

Lina Maryani

Lina Maryani

kok diremas..🤣🤣🤣🤣

2022-04-15

1

pisces

pisces

ceritanya bagus sayang like nya dikit

2022-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Selamat Datang Di Dunia, Elric Arthur Bradley.
2 Bab 2. Si Pemberontak
3 Bab 3. Emma Lopez, Lulusan Psikologi Yang Membutuhkan Psikiater.
4 Bab 4. Elric Dan Hidungnya Yang Patah.
5 Bab 5. Sepertinya Elric Membenci Apa Saja.
6 Bab 6. Misi Dua Hari Lagi.
7 Bab 7. Dia Belum Tahu Siapa Kau, Elric.
8 Bab 8. Misi Yang Konyol
9 Bab 9. Elric, Kau Dihukum.
10 Bab 10. Siapa Mengajar Siapa.
11 Bab 11. James, Bassist Hellbound Yang Tampan.
12 Bab 12. Pendapat Elric Tentang Emma.
13 Part 13. Things To Do List
14 Bab 14. Aku Lebih Suka Melihatmu Marah.
15 Bab 15. Do You Have Crush On Her?
16 Bab 16. Where's Emma?
17 Bab 17. Numpang Lewat.
18 Bab 18. Jangan Ganggu Aku, Elric!
19 Bab 19. Hari Yang Begitu Buruk Untuk Emma.
20 Bab 20. Her Misery.
21 Bab 21. Si Bapak Baptis Tampan Yang Womanizer.
22 Bab 22. James Terlalu Tua Untukmu!
23 Bab 23. Makan Malam Yang Gagal.
24 Just Fun.
25 Bab 24. Adik Lelaki Yang Tidak Pernah Emma Miliki.
26 Bab 25. Like Father Like Son.
27 Bab 26. Ide Buruk Elric Dan James Yang Salah Berucap.
28 Bab 27. Mengajak Emma Kencan Dengan Budget Minim.
29 Bab 28. What Is Love.
30 Bab 29. Casual Dinner
31 Bab 30. Curahan Hati Emma.
32 Bab 32. Kau Mengkhawatirkanku, Emma?
33 Bab 33. Part Of My Body.
34 Bab 34. Wajahku?
35 Bab 35. He'll Be Back To Where He Belongs.
36 Bab 36. Tidak Ingin Membuang Waktu.
37 Bab 37. Kutunggu Jawabanmu.
38 Bab 38. You Are The Reason.
39 Bab 39. Malam Pertama Elric.
40 Bab 40. Outdoor Movie Theater.
41 Bab 41. Di Jantung East Harlem
42 Bab 42. The Bad Boy Of Manhattan
43 Bab 43. Yes Or No?
44 Bab 44. A Brilliant Guitar Player.
45 Bab 45. Denial.
46 Bab 46. Start The Band.
47 Bab 47. Apa Pun Untuk Emma.
48 Bab 48. Elric's Very First Concert.
49 Bab 49. Whatever That Is.
50 Bab 50. Angel Without Wings
51 Bab 51. Lalu Kenapa?
52 Bab 52. I Just Don't Know.
53 Bab 53. Thank You, Angel.
54 Bab 54. Why Is Everything So Confusing?
55 Bab 55. And The Party Begins.
56 Part 56. The Party Continues.
57 Bab 57. Kekesalan Emma.
58 Bab 58. Unknown Feeling.
59 Bab 59. Bersulang Untuk James.
60 Bab 60. When I'm Away From You.
61 Bab 61. Special Invitation.
62 Bab 62. He Will Hate Me.
63 Bab 63. I'm Sorry, Elric.
64 Bab 64. Entahlah.
65 Bab 65. I Can't Help Falling In Love With You.
66 Bab 66. Menganalisa Perasaan.
67 Bab 67. Decision.
68 Bab 68. First Date As A Lovers.
69 Bab 69. Mencoba
70 Bab 70. Siapa Yang Ikut Campur?
71 Bab 71. Pertama Dari Yang Pertama.
72 Bab 72. Gimmick Sialan.
73 Bab 73. Psssttt ....
74 Bab 74. Dinner And The Awkward Moment.
75 Bab 75. Awkward Moment (2).
76 Bab 76. Sekacau Ini?
77 Bab 77. Dilema.
78 Bab 78. Menjaga Jarak.
79 Bab 79. Merelakan.
80 Bab 80. Jika Memang Begitu.
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Selamat Datang Di Dunia, Elric Arthur Bradley.
2
Bab 2. Si Pemberontak
3
Bab 3. Emma Lopez, Lulusan Psikologi Yang Membutuhkan Psikiater.
4
Bab 4. Elric Dan Hidungnya Yang Patah.
5
Bab 5. Sepertinya Elric Membenci Apa Saja.
6
Bab 6. Misi Dua Hari Lagi.
7
Bab 7. Dia Belum Tahu Siapa Kau, Elric.
8
Bab 8. Misi Yang Konyol
9
Bab 9. Elric, Kau Dihukum.
10
Bab 10. Siapa Mengajar Siapa.
11
Bab 11. James, Bassist Hellbound Yang Tampan.
12
Bab 12. Pendapat Elric Tentang Emma.
13
Part 13. Things To Do List
14
Bab 14. Aku Lebih Suka Melihatmu Marah.
15
Bab 15. Do You Have Crush On Her?
16
Bab 16. Where's Emma?
17
Bab 17. Numpang Lewat.
18
Bab 18. Jangan Ganggu Aku, Elric!
19
Bab 19. Hari Yang Begitu Buruk Untuk Emma.
20
Bab 20. Her Misery.
21
Bab 21. Si Bapak Baptis Tampan Yang Womanizer.
22
Bab 22. James Terlalu Tua Untukmu!
23
Bab 23. Makan Malam Yang Gagal.
24
Just Fun.
25
Bab 24. Adik Lelaki Yang Tidak Pernah Emma Miliki.
26
Bab 25. Like Father Like Son.
27
Bab 26. Ide Buruk Elric Dan James Yang Salah Berucap.
28
Bab 27. Mengajak Emma Kencan Dengan Budget Minim.
29
Bab 28. What Is Love.
30
Bab 29. Casual Dinner
31
Bab 30. Curahan Hati Emma.
32
Bab 32. Kau Mengkhawatirkanku, Emma?
33
Bab 33. Part Of My Body.
34
Bab 34. Wajahku?
35
Bab 35. He'll Be Back To Where He Belongs.
36
Bab 36. Tidak Ingin Membuang Waktu.
37
Bab 37. Kutunggu Jawabanmu.
38
Bab 38. You Are The Reason.
39
Bab 39. Malam Pertama Elric.
40
Bab 40. Outdoor Movie Theater.
41
Bab 41. Di Jantung East Harlem
42
Bab 42. The Bad Boy Of Manhattan
43
Bab 43. Yes Or No?
44
Bab 44. A Brilliant Guitar Player.
45
Bab 45. Denial.
46
Bab 46. Start The Band.
47
Bab 47. Apa Pun Untuk Emma.
48
Bab 48. Elric's Very First Concert.
49
Bab 49. Whatever That Is.
50
Bab 50. Angel Without Wings
51
Bab 51. Lalu Kenapa?
52
Bab 52. I Just Don't Know.
53
Bab 53. Thank You, Angel.
54
Bab 54. Why Is Everything So Confusing?
55
Bab 55. And The Party Begins.
56
Part 56. The Party Continues.
57
Bab 57. Kekesalan Emma.
58
Bab 58. Unknown Feeling.
59
Bab 59. Bersulang Untuk James.
60
Bab 60. When I'm Away From You.
61
Bab 61. Special Invitation.
62
Bab 62. He Will Hate Me.
63
Bab 63. I'm Sorry, Elric.
64
Bab 64. Entahlah.
65
Bab 65. I Can't Help Falling In Love With You.
66
Bab 66. Menganalisa Perasaan.
67
Bab 67. Decision.
68
Bab 68. First Date As A Lovers.
69
Bab 69. Mencoba
70
Bab 70. Siapa Yang Ikut Campur?
71
Bab 71. Pertama Dari Yang Pertama.
72
Bab 72. Gimmick Sialan.
73
Bab 73. Psssttt ....
74
Bab 74. Dinner And The Awkward Moment.
75
Bab 75. Awkward Moment (2).
76
Bab 76. Sekacau Ini?
77
Bab 77. Dilema.
78
Bab 78. Menjaga Jarak.
79
Bab 79. Merelakan.
80
Bab 80. Jika Memang Begitu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!