Renata mengikuti langkah kaki Matteo hingga ke parkiran khusus milik laki-laki itu.
"Berikan kunci mobil ku, aku akan menyetir sendiri", ujar Matteo pada sopirnya.
"Baik tuan", jawab sopir Matteo sambil membukakan pintu mobil sport Lamborghini Veneno Roadster.
Matteo segera duduk di belakang kemudi. Sopir Matteo membukakan pintu juga bagi Renata. Gadis itu nampak ragu-ragu masuk kedalam mobil.
"Ayo cepat naik, perutku sudah lapar!", perintah Matteo pada Renata yang terlihat ragu-ragu.
Pada akhirnya gadis itu masuk juga ke dalam mobil dan duduk di samping Matteo. Bahkan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Gadis itu terlihat kesulitan memasang seat belt karena berbeda dengan mobil-mobil biasanya.
Sesaat kemudian tubuh Renata bergidik, menyadari Matteo memasangkan seat belt itu. Renata memejamkan matanya tak berani menatap laki-laki itu yang terlihat biasa-biasa saja.
Matteo melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia memilih restoran Italia yang letaknya tidak begitu jauh dari perusahaannya.
Keduanya duduk berhadapan. Matteo memilih meja yang letaknya di sudut ruangan, sambil menikmati pemandangan indah kota Toronto di sore hari.
"Kau ingin makan apa?", tanyanya pada Renata saat salah satu pelayan menghampiri meja mereka.
"Saya ingin dessert saja, karena tidak terlalu lapar", jawab Renata.
"Bawakan dessert yang enak", ujar Matteo pada pelayan yang mencatat pesanannya menggunakan iPad. Setelah semua pesanan sudah di catat pelayan itu undur diri.
"Apa kau tidak memiliki saudara?", tanya Matteo sambil membuka serbet berwarna putih tanpa menatap Renata yang terlihat canggung.
Renata menggelengkan kepalanya. "Saya hanya berdua dengan mama ku dari dulu".
"Di mana ayah mu?", tanya Matteo sambil menyuapkan makanan ke mulutnya setelah menu yang ia pesan datang.
"Papa sudah lama meninggal saat saya di kandungan mama".
Renata sesaat berhenti berucap. "Bahkan saya tidak tahu wajah papa".
Matteo menatap wajah Renata sesaat. "Apa kau merindukan ayah mu?"
"Tentu saja. Tapi tidak bisa melakukan apa-apa selain mengirimkan doa untuk nya. Saya belum pernah mengunjungi makamnya, karena berada jauh di Australia", jawab Renata pelan.
"Kenapa kau belum pernah mengunjunginya?"
"Karena biaya ke sana mahal. Saya bukan orang kaya tuan. Saya tidak memiliki banyak uang untuk membeli tiket pesawat, biaya penginapan dan makan di sana. Jika punya uang lebih baik uang itu di tabung untuk pengobatan mama", jawab Renata dengan lugu sambil menyuapkan cake yang tampilannya sangat cantik. Gadis itu bahkan sangat sayang memotong cake cantik itu. "Cake ini cantik sekali, sangat sayang jika aku hancurkan", ujar Renata dengan wajah menyesal.
Matteo tersenyum melihat tingkah gadis itu. "Dia seperti gadis belia", batin Matteo sambil tersenyum.
"Kau sangat menyayangi mama mu, Rena".
"Tentu saja. Hanya mama yang aku miliki bagiku keluarga adalah segalanya".
Matteo menyandarkan punggungnya sambil menyesap minumannya. "Kenapa kau tidak menghabiskan dessert mu?"
"Rasa nya sangat manis. Cake ini bisa menyebabkan diabetes bahkan penyakit-penyakit lainnya", jawab Renata spontan sambil melebarkan kedua matanya. Wajahnya sangat menggemaskan.
Matteo tertawa melihat mimik muka gadis itu. "Kau sangat lucu Renata".
"HM...kenapa tuan lebih memilih makan diluar padahal tuan memiliki cafe mewah yang makanan nya jauh lebih enak dari ini. Kan cafe tuan menjual menu Italia food juga?", tanya Renata polos.
"Oh ya? Apa makanan di sana enak? aku tidak tahu. Aku tidak pernah mencoba makanan di cafe milik ku".
"Ck..."
Renata kembali melebarkan matanya. "Kalau aku yang menjadi pemiliknya, aku pasti akan dengan senang hati menjaga usaha yang aku bangun dengan susah payah dan butuh banyak modal pastinya. Aku akan datang setiap hari walaupun hanya sesaat ke sana dan melihat kinerja karyawan-karyawan yang kerja bersama ku. Aku tidak mau hanya menerima laporan dari anak buah ku. Itu sangat tidak profesional dalam bekerja. Atasan seperti itu sangat tidak baik. Tidak memberikan contoh yang baik untuk bawahannya", ucap Renata mengebu-gebu panjang lebar tanpa berpikir dengan siapa ia berbicara saat ini. Gadis itu bahkan merubah gaya bicaranya layak berbincang dengan seorang teman yang sudah lama di kenalnya. Kata saya berganti menjadi aku.
"Kau menyindir aku, Renata?!", ketus Matteo.
Perkataan Matteo jelas membuat Renata langsung tersadar dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Mata bulat berwarna biru terang bak safir itu terlihat ketakutan.
"M-Maaf tuan, saya tidak bermaksud menyinggung anda".
"Ah sudah lah kau ini membuat mood makan ku hilang saja", ketus Matteo kesal. Laki-laki itu berdiri dari kursinya setelah meninggalkan lembaran uang di atas meja.
Cepat-cepat Renata berdiri dan berlari mengikuti langkah kaki Matteo yang keluar restoran menuju mobilnya yang sudah ada di depan pintu di bawa valet parking.
"Ahh kenapa mulutku lancang sekali, berbicara seperti tadi tanpa berpikir dulu".
Renata mengumpati kebodohannya.
Saat Matteo hendak masuk mobil..
"Hm T-uan, saya di sini saja. Tuan bisa langsung ke perusahaan tuan lagi. Saya akan pulang ke rumah mengambil pakaian saya dan mama", ujar Renata.
"Masuk!", ketus Matteo dengan kesal.
"Ta-
Laki-laki itu menatap tajam Renata, menunjukkan tidak sukanya jika di bantah.
"B-Baik. Uhh". Terdengar helaan nafas.
Renata tidak bisa menolak lagi. Ia sadar sudah membuat atasannya itu kesal. Pada akhirnya ia masuk juga ke dalam mobil.
"Di mana rumah mu?", tanya Matteo tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan.
"Jauh. Tepatnya searah dengan rumah sakit tempat mama ku di rawat".
"Aku akan mengantar mu".
"Tidak tidak, tuan. Terimakasih. Jalanan ke rumah ku sempit mobil tuan tidak bisa masuk ke sana", jawab Renata memberi alasan.
"Kau kan menjaminkan rumah mu pada ku. Jadi aku harus tahu di mana rumah yang di jaminkan pada ku itu, jangan-jangan jaminan itu fiktif".
"Hah? Aku tidak membohongi mu tuan Matteo. Rumah itu memang ada bukan fiktif. Baik, tuan boleh melihat sendiri dan tuan akan percaya pada ku bahwa aku tidak menipu anda", ketus Renata kesal sambil menyandarkan punggungnya dan menatap keluar jendela.
"Alright. We will see!"
Matteo tersenyum menatap Renata sambil mengusap tengkuknya.
...***...
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Leng Loy
Tuch kan Matteo mulai modusin Renata
2024-11-18
0
Ummi Ime 🙈
Yang akur ya say...😂
2022-08-04
1
Ummi Ime 🙈
Modus kang siomay..😏😏🙈🙈
2022-08-04
1