"Laura, nona Angelica ingin bicara pada mu!"
"Jennifer? Tentu saja".
"Selamat pagi nona, Angelica", sapa Laura dengan hormat saat seorang wanita cantik berambut pirang masuk keruangan tersebut.
Renata menatap tak berkedip wanita muda, cantik dan sangat glamor itu ketika melewati nya. Harum parfum mahal seketika memenuhi ruangan yang cukup luas tersebut.
Laura berdiri di samping kursi kebesarannya yang ia duduki beberapa saat yang lalu. Dan mempersilakan atasannya duduk di kursi itu.
Dengan wajah terangkat Angelica duduk, menyandarkan punggungnya sambil melihat pembukuan yang sedang di kerjakan Laura manajer cafe miliknya.
Sementara Renata masih berdiri mematung dengan kepala tertunduk di depan meja kerja. Sedangkan Laura dan wanita bernama Jennifer yang tak lain asisten Angelica berdiri di samping meja kerja.
Seketika suasana hening menyelimuti ruangan itu, tak ada yang berani membuka suara. Hanya lembaran-lembaran kertas yang sedang di baca dan di bolak-balik oleh Angelica saja yang terdengar.
"Saya sedang memeriksa laporan keuangan bulan ini nona dan memberikan poin kinerja semua karyawan. Sebenarnya siang ini juga saya ingin menemui anda melaporkan semuanya", ujar Laura dengan hormat.
Angelica menganggukkan kepalanya dan menutup buku yang di lihatnya. Ia juga memeriksa Mac book yang ada di hadapannya.
Menit selanjutnya ia mengalihkan perhatiannya ke penjuru ruangan. Dan berakhir pada sosok Renata yang berdiri di depannya.
"Siapa dia?"
Laura dan Jenifer menolehkan kepalanya berbarengan menatap lekat Renata yang terlihat memucat dengan jemari tangan saling bertautan.
Laura sedikit melototkan matanya, seakan memberi isyarat agar Renata keluar dari ruangan tersebut sekarang juga.
"Hm...bukan siapa-siapa nona, hanya waiters yang baru beberapa minggu diterima bekerja di cafe anda", jawab Laura.
"Hm, maafkan saya... S-aya permisi", lirih suara Renata nyaris tak terdengar. Gadis itu sedikit membungkukkan badannya memberi hormat dan hendak membalikkan tubuhnya.
"Tunggu...!"
Suara Angelica terdengar jelas di telinga, menghentikan Renata yang hendak keluar ruangan itu. Seketika Renata menghentikan niatnya dan kembali ke posisi semula.
Angelica menyandarkan punggungnya menatap lekat dan penuh selidik pada Renata yang terlihat semakin pucat pasi dengan kepala tertunduk.
"Siapa nama mu?"
Renata mendengar jelas pertanyaan itu, sepertinya pertanyaan yang di tujukan untuk nya. Renata memberanikan diri menatap atasannya, wanita fashionable yang sangat menunjukkan kelasnya di hadapan bawahannya.
"S-aya Renata nona".
Dengan tatapan tajam Angelica memperhatikan Renata dari atas hingga bawah. "Berapa usia mu?"
Sontak pertanyaan Angelica membuat Laura dan Jennifer merasa aneh keduanya saling bertukar pandang. Yang mereka tahu itu seperti bukan Angelica. Karena wanita itu tidak pernah menunjukkan perhatiannya pada karyawan seperti Renata yang hanya seorang waiters.
"Usia saya 25 tahun, nona", jawab Renata dengan santun.
Angelica menyunggingkan senyumnya sambil mengetuk meja kaca di hadapannya.
Seperti mendapatkan angin segar, Renata melihat sekilas senyuman itu walaupun terasa seperti senyum kemenangan setelah mengalahkan musuh saja. Namun bagi Renata sepertinya saat inilah ia bisa menyampaikan tujuannya.
"Ayo berpikir Renata, bagaimana caranya menyampaikan permohonan mu? Kau hanya memiliki waktu yang singkat Rena. Beranikan dirimu! Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, mama mu harus segera di operasi"
Kata-kata motivasi itu berputar-putar di kepala Renata. Terus dan terus tengiang. Tubuh Renata semakin gemetaran, gadis itu memberanikan dirinya menatap wanita yang sangat berkuasa di hadapannya. Yang juga sedang menatapnya tajam.
"Hm... M-Maaf nona, apakah s-aya b-isa bicara dengan anda? S-aya sangat membutuhkan bantuan anda, nona Angelica".
Entah keberanian dari mana yang di miliki Renata. Tiba-tiba kata-kata itu terucap juga dari bibirnya.
Angelica menyipitkan kedua matanya. Bak gayung bersambut, sebenarnya ia pun ini berbicara berdua dengan waiters yang berdiri dari tadi di hadapannya itu. Namun ucapan Renata barusan membuat Angelica kaget. "Meminta bantuan...?"
"Apa yang ingin kau bicarakan pada ku? Katakan sekarang juga!", tegas Angelica.
Renata menatap Laura sekilas, nampak Laura menganggukkan kepalanya sedikit yang artinya ia setuju dengan apa yang akan Renata katakan pada Angelica.
"Aku tidak punya waktu lama menunggu mu, cepat katakan!"
"Begini nona Angelica, saya membutuhkan uang untuk operasi jantung mama saya. Biayanya sangat besar nominalnya. Saya ingin meminjam uang perusahaan jika nona setujui dan saya akan menjaminkan sertifikat rumah saya pada nona. Untuk sisanya saya akan bekerja keras dengan lembur hingga tutup jam kantor dan silahkan potong gaji saya nona", lirih Renata memohon.
Angelica terlihat sedang berpikir sambil memangku dagu dengan tangannya.
"Lantas bagaimana dengan biaya hidupmu jika gaji mu habis untuk mencicil hutang mu?", tanya Angelica.
"Akan saya pikirkan setelahnya nona, karena saat ini hanya kesembuhan mama saja yang paling penting. Hanya mama yang saya miliki sekarang", ucap Renata pelan. Sementara air mata sudah menganak di sudut-sudut mata bernetra biru itu.
Sesaat semuanya terdiam, yang terdengar hanya hembusan nafas Angelica saja.
Beberapa menit kemudian...
"Kau ikut dengan ku sekarang...!"
...***...
To be continue
JIKA KALIAN INGIN MEMBACA SEKUEL BRIDESMAID BISA DI BACA DI APP SEBELAH BERWARNA KUNING. TAPI MAAF DI SANA BERBAYAR YA 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Meili Mekel
kesempatan buat angelica
2022-07-29
0
Sriyanti Anjar
next
2022-07-24
0
Eleanor
next next next 😍
2022-06-22
1