"Sampaikan salam ku pada mama mu. Semoga cepat pulih", ucap Matteo sambil menghentikan mobilnya tepat di depan lobby rumah sakit tempat Sophia dirawat.
"Baik tuan. Terimakasih traktiran makannya, tuan juga sudah repot-repot mengantar saya ke rumah mengambil pakaian dan sekarang mengantar saya ke rumah sakit ini".
"Maaf atas perkataan saya saat makan tadi tuan, saya benar-benar tidak bermaksud menyinggung anda tuan", ucap Renata dengan tulus.
Matteo mengeratkan genggaman tangannya pada stir mobilnya. Pandangan matanya lurus ke depan.
Saat Renata hendak membuka pintu mobil, Matteo menolehkan kepalanya menatap Renata.
"Renata, pikirkan lah tawaran istriku", ujar Matteo terdengar sangat lembut.
Renata menghentikan tangannya membuka pintu. Gadis itu memberanikan diri menatap manik abu-abu Matteo untuk yang pertama kalinya. Dua hari bertemu laki-laki itu, Renata selalu menghindari menatapnya. Rasanya tidak sopan jika ia berani menatap Matteo. Renata tahu betul siapa dirinya.
"Bantu aku Rena. Jika aku tidak memiliki keturunan, ayah ku akan mencoret nama ku dari penerima warisannya", ucap Matteo sambil mengusap wajah kasar.
Renata merubah posisi duduknya menghadap Matteo.
"Sebenarnya bagi ku tidak ada pengaruhnya jika aku menerima atau tidak warisan ayah ku tersebut, karena aku memiliki perusahaan sendiri yang sudah sangat maju. Namun istri ku tidak mau menerima kenyataan jika aku tidak mendapatkan apa-apa dari ayah ku. Karena ayahku akan memberikan seluruh hartanya pada sepupuku. Sementara Angelica sendiri tidak bisa hamil karena cindera rahim akibat kecelakaan yang di alaminya beberapa tahun yang lalu", ucap Matteo mengusap dagunya.
Renata melihat sisi lain dari atasannya itu. Sepertinya ia sangat kecewa dengan takdirnya. Di balik sikap tegasnya Renata juga bisa melihat atasannya itu kesepian.
"Baik. Beri saya waktu, saya akan memikirkan nya".
"Benarkah Renata?"
Renata menganggukkan kepalanya dengan yakin.
"Wait..!"
Matteo mengambil map coklat yang ada di kantong kursi. Map itu di berikan nya pada Renata. "Simpanlah".
"T-tapi tuan? Sertifikat ini sebagai jaminan karena tuan sudah mengeluarkan banyak uang untuk membantu saya", ucap Renata merasa aneh.
"Aku tahu. Aku menitipkan lagi sertifikat rumah itu pada mu. Jagalah jangan sampai hilang. Aku sudah melihat langsung rumah itu. Kau tidak bohong pada ku".
Renata tersenyum mendengarnya. Senyuman itu terlihat sangat manis memperlihatkan lesung pipi nya. Matteo mengusap tengkuknya. Cepat-cepat ia menatap lurus ke depan lagi. Sebelum gadis itu menyadari tatapannya itu.
"Sekarang saya harus turun, sudah senja. Saya sudah terlalu lama meninggalkan mama bersama teman ku".
"Turunlah! Salam untuk mama mu".
"Iya, akan saya sampaikan", jawab Renata sambil membuka pintu mobil. Sesaat gadis itu melambaikan tangan dan tersenyum pada Matteo sebelum berlalu membalikkan badannya.
Matteo membalasnya dan menatap lekat punggung Renata hingga hilang dari pandangan matanya.
Laki-laki itu menyadari tindakan bodohnya. Cepat-cepat ia menurunkan tangannya dan senyuman yang menghiasi wajahnya cepat-cepat dihilangkannya.
"Aku tersenyum ramah, tertawa dan membalas lambaian tangannya. Apa-apaan", gerutu nya merasa aneh sendiri akan sikapnya pada Renata.
Matteo menurunkan kaca spion dan menatap wajahnya. Bahkan sisa senyum nya pun masih membekas di wajahnya. "Apa-apaan aku ini. Manly tidak akan pernah bersikap seperti ini. Tapi...hanya beberapa saat saja bersamanya membuat perasaan ku nyaman dan apa adanya. Hidup ku seperti tanpa beban. Gadis itu mampu membuat ku tertawa lepas".
Matteo mengingat kebersamaan nya dengan Renata beberapa saat yang lalu. "Apa untuk bahagia sesederhana itu?"
Perlahan Matteo melajukan mobilnya membelah jalanan yang terbentang luas. Senja sudah mulai berganti gelap. Perasaan Matteo menghangat, entah karena apa. Dari tadi laki-laki itu mengikuti alunan lagu yang di dengarnya.
*
Hari semakin malam. Renata membetulkan posisi selimut Sophia.
Kemudian ia mengambil buku bacaan nya. Renata duduk bersandar di ujung tempat tidur. Baru beberapa menit membaca gadis itu menutup bukunya. Dan mematikan lampu tidur.
Renata memeluk bantal, kedua matanya masih terbuka sempurna.
"Ternyata tuan Matteo sangat baik. Bahkan ia mengembalikan sertifikat itu pada ku".
"Mama benar, kami berhutang budi padanya. Ia sudah terlalu banyak membantu ku".
"Hmm... apa yang harus aku lakukan? Apa aku terima saja tawarannya. Tapi bagaimana dengan mama?"
Renata mengambil handphone nya dan mencari tahu tentang sewa rahim apa saja yang harus dilakukan sebagai ibu pengganti itu.
Ia pernah mendengar tentang surrogate mother atau ibu pengganti. Bukan hal baru. Surrogate mother, banyak dilakukan oleh pesohor seperti artis dan model karena mereka tidak mau perubahan bentuk tubuh akibat mengandung dan melahirkan.
Hal baiknya, seorang ibu pengganti tidak harus bersentuhan fisik dengan ayah janin yang di kandungnya.
Renata mencerna semuanya. Wawasannya semakin bertambah setelah mencari tahu tentang surrogate mother yang sebenarnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang setelah tahu dengan jelas bagaimana seorang ibu pengganti itu?"
Renata menatap Sophia yang tertidur pulas. Renata juga melihat map coklat sertifikat rumah nya di atas nakas yang di kembalikan oleh Matteo padanya tadi sore.
"Aku harus mengambil keputusan..."
...***...
To be continue
BAGAIMANA KELANJUTANNYA APAKAH RENATA MENERIMA TAWARAN MATTEO DAN ANGELICA?
IKUTI KELANJUTANNYA YA 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Susi Susiyati
q sanksi angelica bukn istri yg baik pasti ada sesuatu di blik ini smua.smga suatu saat rena ketmu kmbli sm paman thomas😁😁tau klo misal jd tu cucu .itu ank rena .
2024-05-07
0
Ning Ning
sepertinya Angelica bukan wanita baik
2023-02-07
0
Meili Mekel
bakal seru ini
2022-07-29
0