Nining menatap tajam mata Tora. Dia membalas tatapan Tora sebelumnya. Berusaha tetap kuat walau sebenarnya, dia begitu rapuh saat ini.
"Kamu minta aku beli es krim vanila untuk perempuan spesial yang kamu bawa pulang. Lalu, kenapa kamu malah bertanya ke mana aku pergi? Bukankah itu pertanyaan yang bodoh, Tora?"
Brak! Vas bunga Tora lemparkan dengan sekuat tenaga. Vas itu pecah berkeping-keping menjadi serpihan. Sementara Nining, dia menutup mata karena kaget dengan tingkah Tora barusan.
Tora berjalan mendekat.
"Aku minta kamu beli es krim, lalu kenapa kamu malah pacaran, ha?"
"Pacaran? Siapa yang pacaran? Aku tidak pacaran, Tora. Apa yang sedang kamu bicarakan ini sebenarnya? Kamu yang pacaran, mengapa malah menuduh aku."
"Diam, Tami! Aku tahu semua yang telah kamu lakukan selama berada di luar rumah. Kamu diam-diam bertemu dengan laki-laki lain. Kamu pikir, aku tidak tahu semua perbuatan kamu itu, ha? Aku tahu, Tami. Tahu semuanya."
"Kamu semakin gila, Tora. Apa yang kamu bicarakan sama sekali tidak aku pahami. Kamu menuduh aku pacaran, tapi aku tidak merasakan apa yang kamu tuduhkan itu benar. Karena aku, sama sekali tidak merasa bahwa aku sedang pacaran."
"Jauhi laki-laki yang mengantar kamu pulang tadi. Jika kamu tidak ingin keselamatan orang tua kamu jadi taruhannya."
Mendengar hal itu, Nining malah tertawa.
"Ha ... ha ... ha .... Kamu benar-benar tidak punya pikiran yang waras, Tora? Kamu marah saat aku diantar pulang oleh laki-laki lain. Sedangkan kamu, bawa perempuan lain pulang ke rumah tidak masalah."
"Tunggu! Apa hubungannya dengan kamu jika aku dekat dengan laki-laki lain? Pernikahan ini hanya sebatas untuk mengikat kamu agar tidak merusak kebahagiaan pangeran kesayanganku saja."
"Biadab! Kau adalah budak ku. Jangan coba-coba merusak nama baikku saat berada di luar rumah, Tami. Jauhi laki-laki sampah itu jika tidak ingin dapat masalah."
"Sampah? Kamu bilang dia sampah? Tora-Tora. Asal kamu tahu, kak Alif lebih baik dari kamu. Aku lebih baik bergaul dengan dia sepuluh kali lipat dari pada bergaul dengan kamu yang menganggap dia sampah. Kamu tidak jauh lebih baik dari dia, Tora. Camkan itu."
Mendengar kata-kata itu, amarah Tora memuncak naik sampai ke ubun-ubun.
"Apa kamu bilang, Tami! Berani-beraninya kamu banding-bandingkan aku dengan laki-laki sampah itu. Kau adalah istriku! Tidak pantas membandingkan aku dengan laki-laki lain."
"Aku istrimu? Aku tidak pernah merasa jadi istrimu, bajingan. Jadi, jangan berpikir yang berlebihan."
Tora semakin lepas kendali. Dia sudah tidak mampu menguasai emosinya lagi. Nining benar-benar berani mengatakan dirinya dengan sebutan bajingan. Hal yang tidak pernah perempuan lain katakan selama ini.
"Kamu ingin aku jadikan kamu istri? Baiklah, akan aku jadikan kamu istriku sekarang."
Selesai berucap, Tora langsung mencengkram pergelangan tangan Nining dengan kuat. Lalu, dia menarik tubuh mungil itu secara paksa menuju kamar utama.
Nining yang menerima perlakuan kasar itu, berusaha melepaskan diri. Sayangnya, tenaga yang dia miliki jauh di bawah tenaga Tora. Sekeras apapun dia berusaha untuk lepas, tetap saja tidak ada hasilnya.
"Tora, aku mohon. Lepaskan aku. Aku tidak ingin menjadi istrimu. Tora! Lepaskan! Tolong ....!"
Tora tidak menghiraukan teriakan dari Nining. Dia terus saja menarik tubuh mungil itu ke kamar. Sampai di kamar, dia lempar tubuh mungil itu ke atas ranjang. Lalu, Tora mengunci pintu kamar tersebut. Tora membuang kuncinya secara sembarangan setelah dia berhasil mengunci pintu tersebut.
Nining semakin ketakutan ketika melihat Tora membuka baju dihadapannya. Air mata tidak bisa dia tahan lagi. Sebisa mungkin, dia berusaha untuk melarikan diri dari Tora.
Dipikirannya, Tora mungkin sudah gila. Mereka memang suami istri, tapi bukan begini cara menjalankan kewajiban suami istri bagi Nining. Dia ingin melepaskan kegadisannya dengan baik-baik. Bukan direnggut secara terpaksa.
"Tora. Sadarlah. Aku mohon lepaskan aku." Nining berusaha memohon dengan nada memelas. Tentunya, dengan air mata yang membasahi pipi.
"Kenapa memohon istriku sayang? Bukankah kamu yang ingin aku jadikan kamu sebagai istri. Caranya, yang seperti ini." Tora berucap sambil terus mendekat. Hal itu semakin membuat Nining merasa takut.
"Jangan mendekat, Tora. Aku mohon."
Tidak menghiraukan apa yang Nining ucapkan. Tora langsung menarik Nining yang sedang berusaha kabur menuju pintu. Dengan keras, dia melempar tubuh Nining kembali ke atas ranjang.
Lalu, Tora menindih tubuh mungil itu dengan cepat. Tora mencabik-cabik baju yang Nining pakai sampai tidak tersisa. Nining berusaha berontak, tapi sayang, tidak ada hasilnya.
"Tora! Hu ... hu ... hu .... "
Nining menangis tergugu sambil terus berusaha. Tapi sayangnya, Tora yang terbakar api emosi karena kecemburuan, tidak lagi menghiraukan semua itu.
Lalu, tanpa pemanasan sama sekali, Tora langsung menusuk pusaka yang dia miliki ke rumah yang tak berpenghuni milik Nining. Tusukan yang begitu keras, dia lakukan sekuat tenaga sehingga membuat Nining menjerit kesakitan.
"Aaaaa .... "
Jeritan yang di barengi dengan air mata itu pun tidak Tora hiraukan. Dia sibuk menikmati kenikmatan yang baru pertama kali dia cicipi.
Tubuh Nining bergetar menahan sakit. Dia sampai mengigit bibirnya dengan keras. Tangannya menggenggam erat ujung seprai yang bisa dia jangkau. Bagaimana dia tidak merasakan kesakitan, rumah yang pertama kali di masuki pusaka Tora adalah rumah baru yang belum pernah di masuki oleh siapapun.
Tora terus bermain-main di sana. Dia memaju-mundurkan tubuhnya dengan sesuka hati. Menikmati setiap gerakan sendirian dan mencari kepuasan untuk diri sendiri.
Sementara itu, Nining terus menangis. Menahan kesakitan, karena rumah dibobol dengan paksa tanpa permisi terlebih dahulu. Meski rasa sakitnya sedikit berkurang, tapi tetap saja, terasa masih sakit dan perih.
Tora masih terus menikmati apa yang dia kerjakan. Sepertinya, dia masih belum merasa puas dengan apa yang dia nikmati sekarang. Tangannya nakal menyentuh sesuatu yang kenal. Dua buah gunung kembar tak lupa dia seruput dengan rakus.
Dapat perlakuan ganas dari Tora, Nining menggeliat menahan rasa. Rasa sakit, geli, juga sedikit ikut menikmati permainan panas itu meski dengan terpaksa. Dia menutup mata, menikmati setiap gerakan nakal tangan Tora yang terus bergentayangan menyusuri setiap lekuk tubuhnya.
Tora yang nakal juga tak lupa meninggalkan bekas kepemilikan di setiap tempat yang bibirnya singgahi. Baik itu di bagian dada, leher, paha, juga di perut. Pokoknya, semua tempat yang bisa dia singgahi dia titipkan bekas merah tanda khas kepemilikan dirinya.
Beberapa menit melakukan adegan panas, akhirnya, Tora merasakan kepuasan. Permainan ganas yang dia lakukan membuat Nining terkulai lemah dan menderita kesakitan di beberapa bagian tubuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
MP nya terlalu menyakitkan buat nining😭😭😭😭,,,, katanya ga bakalan jamah tubuhnya nining,,,, la ini apa 😡😡😡😡
2022-12-20
0
мєσωzα
jangan kasar kasar tora.. gmna nining mau senyum sama kamu, kalau kamu sendiri kasar gitu sama dia 🥺
2022-10-31
0
Sumawita
Tora udah cetak gol gawang Nining
2022-08-15
0