Bukannya takut dengan kata-kata bernada ancaman yang Tora lontarkan padanya, perempuan yang bernama Ina itu malah tersenyum menyeringai pada Tora. Rasa ketertarikan yang dia miliki semakin membesar sekarang.
Tapi, dia memilih mengalah dan tidak ingin melanjutkan debat dengan Tora lagi. Dia mundur bukan karena kalah. Melainkan, karena tidak ingin membiarkan laki-laki yang dia sukai semakin membencinya.
"Baiklah, hantu tampan. Aku akan turun sekarang. Tapi, aku pastikan kita akan bertemu lagi nanti. Ingat itu!"
Setelah bicara dengan senyum manis buat Tora, Ina langsung turun. Dia tidak menunggu jawaban dari kata-kata yang dia ucapkan lagi. Karena dia tahu, Tora pasti tidak akan menjawab apa yang dia katakan.
Tidak menunggu waktu lama lagi, setelah Ina menutup pintu mobil, Tora langsung menjalankan mobilnya. Dia memang merasa semakin bosan sekaligus juga sangat kesal dengan sikap berani yang perempuan itu perlihatkan.
"Semoga tidak bertemu lagi. Aku merasa kesal jika bicara dengan perempuan yang terlalu berani seperti dia." Tora bicara sendiri sambil terus melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Tidak butuh waktu lama, Tora akhirnya sampai ke rumah. Dia langsung membunyikan bel untuk meminta orang yang ada di dalam membukakan pintu untuknya.
Dua kali sudah Tora menekan bel itu, tapi tidak ada respon juga dari orang yang ada di dalam rumah. Hal itu membuat dia semakin kesal karena tidak mendapat tanggapan cepat. Dia lalu memilih menekan bel terus-terusan tanpa henti.
"Aduh ... tunggu sebentar. Aku akan segera membukakan pintu."
Terdengar suara sayup-sayup dari dalam rumah. Tora hafal benar siapa pemilik dari suara itu. Siapa lagi kalua bukan, Nining. Istri yang tidak dia anggap sebagai istri.
Akhirnya, pintu terbuka juga. Nining sedikit kaget saat melihat Tora yang sedang basah kuyup.
"Kamu ... kenapa bisa basah?"
"Kena hujan."
Untuk pertama kali setelah enam bulan berlalu, mereka baru saling bicara lagi. Terdengar agak aneh dan masih sangat canggung. Tapi, rasa cemas juga penasaran itu tidak bisa Nining tahan.
"Kenapa bisa kena hujan? Kamu naik mobil kan, bukan naik motor?"
"Tentu saja aku naik mobil. Yang bilang aku naik motor siapa?"
"Ya ... ya gak ada. Tapi, aku heran aja sama kamu yang basah ini. Mana ada orang naik mobil, tapi basah kek gini."
Nining bicara panjang lebar. Karena rasa penasaran juga perhatian yang selama ini dia simpan buat Tora, dia jadi lupa diri. Bicara banyak seakan hubungan mereka selama ini begitu dekat.
Mendengan ocehan itu, Tora langsung memberikan tatapan tajam buat Nining. Namun anehnya, dalam hati Tora merasakan sedikit kehangatan yang tiba-tiba menyusup secara perlahan.
Tatapan tajam itu menyadarkan Nining akan apa yang baru saja dia lakukan. Dia menundukkan kepala sambil memasang wajah tak enak.
"Maaf, aku tidak bermaksud bicara berlebihan. Aku melakukan hal itu hanya karena perintah dari bi Siah. Dia minta aku jaga kamu saat dia tidak ada di rumah."
Seketika, rasa hangat itu kembali menghilang akibat kata-kata yang Nining ucapkan barusan.
Dia menatap tajam Nining selama beberapa saat.
"Aku tidak perlu dijaga. Aku bukan anak kecil yang perlu kamu jaga."
"Aku hanya menjalankan perintah dari bi Siah. Tidak bermaksud buat melampaui batas ku di rumah ini."
"Sudah aku katakan, aku tidak perlu kamu jaga! Jadi, kamu tidak perlu menjalankan perintah dari siapapun di rumah ini. Mengerti?"
"Perintah adalah amanah. Selagi bi Siah belum kembali dari kampung, maka aku akan tetap menjalankan apa yang dia amanah kan padaku."
Mendengar hal itu, Tora mendengus kesal. Dia tidak ingin berdebat lagi, karena sekarang, dia benar-benar sedang sangat malas.
"Terserah kamu. Lakukan apa yang kamu ingin lakukan. Aku tidak akan melarang."
Selesai berucap, Tora langsung melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Nining. Sementara itu, Nining hanya bisa diam sambil menyaksikan kepergian Tora yang berjalan semakin menjauh.
Sepuluh menit kemudian, Nining datang ke kamar Tora dengan membawa segelas susu jahe di tangan. Sebenarnya, dia merasa was-was untuk datang ke kamar Tora. Takut jika laki-laki itu marah dengan kedatangannya.
Namun, hati kecil Nining sedang tidak bisa diajak kerja sama sekarang. Dia tidak ingin, tapi hatinya menginginkan dia memberikan perhatian buat Tora. Karena hati dan pikiran tidak bisa bekerja sama, maka Nining tidak bisa tenang sebelum melakukan apa yang hatinya inginkan.
'Huh ... semoga dia tidak marah kali ini,' ucap Nining dalam hati saat dia berada di depan kamar Tora.
Tangan itu ringan mengetuk pintu kamar yang sedang tertutup rapat. Jantung pun berdetak kencang ketika kenop pintu berputar. Nining memilih menutup mata untuk menenangkan hati yang was-was.
"Ada apa? Kenapa lagi datang ke kamarku?"
Pertanyaan itu bukannya menenangkan, tapi malah membuat hati semakin takut. Dia yang menutup mata sampai tidak ingin membuka matanya sekarang.
"Kenapa datang ke kamarku jika ingin jadi patung? Aku tidak menerima penjaga pintu malam-malam begini. Lagipula, selamanya aku pun tidak butuh penjaga pintu untuk kamarku. Karena aku yakin, tidak akan ada yang berani masuk ke kamar ini."
"Pergilah! Aku yakin kalau bi Siah tidak pernah berpesan padamu untuk diam di kamarku sebagai patung."
Selesai berucap, Tora ingin segera menutup pintu. Tapi, Nining dengan cepat membuka mata untuk menahan kepergian Tora.
"Tunggu!"
Saat itu, Nining kaget bukan kepalang saat melihat Tora yang ada di hadapannya. Bagaimana tidak? Dia sedang melihat Tora yang hanya menggenakan handuk sepadas lutut saja.
"Aaaa .... Kenapa kamu cuma pakai handuk saja? Apa kamu sudah tidak waras, ha?"
"Apa yang kamu katakan barusan? Aku tidak waras?"
"Ma--maaf. Aku tidak mengatakan hal itu. Maksudku, aku tidak berniat mengatakan hal itu. Kenapa kamu malah menggenakan handuk sekarang? Apa kamu tidak merasa dingin?"
"Aku juga tidak berniat memakai handuk tadi. Jika kamu tidak datang, mungkin aku sudah memakai baju dan sudah berada di atas ranjang untuk istirahat sekarang. Aku pakai handuk karena aku baru saja selesai mandi. Mendengar orang mengetuk pintu, tentu saja aku langsung datang."
"Itu ... maafkan aku. Aku .... Tunggu! Kamu bilang apa barusan? Kamu mandi? Kamu mandi dengan air hangatkan? Tidak dengan air dingin bukan?"
"Tentu saja aku mandi dengan air sejuk. Kapan sempat aku mandi dengan air hangat. Jika pun aku mandi air hangat, itu pasti bi Siah yang menyiapkannya."
"Ya Tuhan ... kenapa kamu malah mandi dengan air sejuk? Kamu habis kehujanan bukan? Jika kamu mandi dengan air sejuk, maka tubuhmu akan semakin kedinginan. Tubuh mu .... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ami💞4hy🥀
serba salah ya Ning
2022-06-30
2