Part *4

Tora lalu kembali ke kamarnya. Sementara bi Siah, dia berjalan menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Di sana, Nining masih diam sambil duduk termenung.

"Ee ... kamu. Maksudku .... "

"Panggil saja sesuai yang Tora katakan, bik. Jangan persulit diri bibi sekarang. Masalah antara aku dan Tora terlalu rumit. Jangan pikirkan soal apapun tentang kami. Lakukan apa yang dia perintahkan. Dan ... jangan merasa tidak enak padaku. Aku sudah mendengarkan semuanya. Percakapan kalian sudah aku dengar dengan sangat baik. Jadi, aku tidak ada masalah sama sekali."

Bi Siah terdiam sambil terus memperhatikan wajah Nining. Sebenarnya, dia merasa begitu tidak enak hati sekarang. Namun, seperti yang Nining katakan barusan, dia tidak bisa mempersulit dirinya dengan masalah yang sedang majikannya hadapi. Yang bisa dia lakukan hanyalah, mendengarkan dan mengikuti apa yang majikannya inginkan.

"Baiklah. Aku juga tidak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang Den Tora katakan. Ayo ikut aku! Den Tora minta aku tunjukkan kamar buat kamu."

"Mm ... baiklah. Tapi, katakan padaku di mana dapurnya terlebih dahulu."

"Dapur? Buat apa kamu ke dapur? Apa yang ingin kamu lakukan di dapur malam-malam begini?"

"Tora lapar. Dia minta aku masak makanan buat dia."

"Oh, baiklah kalau gitu. Ayo ikut aku!"

Nining mengikuti apa yang bi Siah katakan. Berjalan dengan susah payah di belakang bi Siah menuju dapur yang ternyata tak jauh dari

kamar tidur yang akan bi Siah tunjukkan padanya.

"Nah, ini dapur. Sedangkan itu, kamar kamu."

"Baik, Bik. Terima kasih banyak. Bibi bisa langsung istirahat. Semuanya, biar aku yang lakukan."

"Baiklah. Lakukan semuanya dengan baik. Jika tidak, den Tora mungkin akan semakin kesal."

"Iya, Bik. Aku akan usahakan yang terbaik."

Bi Siah tidak menjawab dengan kata-kata. Hanya memberikan anggukan kecil saja. Lalu kemudian, dia beranjak ingin masuk ke dalan kamarnya. Namun, niat itu tiba-tiba terhenti.

"Mm ... Tami. Apakah kamu tidak ingin ganti baju terlebih dahulu? Baju bagus yang kamu kenakan itu pasti akan kotor jika kamu bawa memasak."

"Aku ingin, bik. Hanya saja, aku tidak punya baju yang bisa aku pakaikan sekarang."

Bi Siah terdiam sesaat setelah mendengarkan apa yang Nining katakan. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Mm ... Tami. Apa kamu tidak keberatan jika bibi pinjamkan baju buat kamu? Yah ... meskipun baju bibi tidak ada yang bagus-bagus, tapi setidaknya, kamu bisa nyaman dengan baju rumahan saat mengerjakan aktifitas dapur yang akan kamu lakukan."

"Bibi ingin pinjamkan aku baju?" tanya Nining dengan wajah yang bahagia.

Bi Siah bisa merasakan kalau wajah bahagia itu terlihat sangat tulus. Hal itu membuat dia mengangguk kecil sambil tersenyum.

"Iya. Aku akan pinjamkan kamu baju. Itu ... jika kamu mau memakainya."

"Tentu saja aku mau, Bik. Karena aku sudah sangat gerah dengan baju yang aku pakai ini. Tubuhku juga sudah terasa gatal-gatal akibat baju yang sempit ini."

"Ya sudah kalo gitu. Tunggu sebentar, aku akan ambilkan bajunya terlebih dahulu."

"Iya, bik." Nining berucap sambil tersenyum dengan wajah yang begitu bahagia.

Bi Siah langsung masuk ke dalam kamarnya. Sambil memikirkan satu baju yang sangat cocok untuk Nining, dia berjalan cepat menuju lemari.

Kurang dari lima menit, bi Siah sudah muncul kembali dengan sepasang baju di tangannya. Setelan santai rumahan yang berwarna hijau berpadu biru tua itu dia berikan pada Nining.

"Ini. Ganti dulu bajunya di kamar itu. Tapi, sebaiknya kamu gerak cepat agar den Tora tidak semakin kesal karena kamu lambat memenuhi permintaannya."

"Baik, Bik. Akan aku usahakan cepat. Terima kasih atas pinjaman bajunya. Semoga ini cocok dengan aku."

"Yah, aku rasa akan cocok. Baju itu memang untuk ukuran perempuan seumuran kamu."

"Maksud bibi?"

"Sudah, jangan banyak tanya. Pakai saja baju itu segera. Kamu harus cepat masak karena Den Tora tidak suka menunggu lama."

"Oh, baiklah."

Meski ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya, tapi Nining tidak punya pilihan lain. Dia harus memasak secepat yang dia bisa karena Tora pasti akan mencari kesalahannya lagi nanti.

Setelah mengganti baju yang dia pakai dengan setelan santai yang bi Siah berikan, Nining bergegas menuju dapur. Baju itu memang sangat cocok di tubuhnya. Terasa begitu pas juga sangat nyaman. Nining juga mengikat rambut panjangnya agar tidak mengganggu pekerjaan dapurnya nanti.

Hampir dua puluh lima menit dia berkutak-katik di dapur sendirian dengan kaki yang pincang, akhirnya, dia menyelesaikan masakan sederhana yang dia buat. Dia hanya memasak sayur kangkung tumis, telor dadar, dan sambar cabe rawit mentah. Tapi, dia habiskan waktu hampir dua puluh lima menit.

"Huh ... jika bukan karena aku yang susah bergerak seperti sekarang, masak seperti ini tidak akan menghabiskan banyak waktu," ucap Nining pada dirinya sendiri.

"Oh iya, aku harus manggil dia lagi buat turun. Duh ... naik tangga lagi ceritanya. Ini akan sangat sulit," ucap Nining lagi sambil memandang mangkuk sayur tumis yang baru saja dia isi sayur.

Belum sempat Nining naik ke atas untuk memanggil Tora, Tora yang kelaparan sudah turun duluan. Namun, langkah kaki Tora yang baru menginjak anak tangga kedua itu tiba-tiba terhenti ketika melihat Nining yang masih sibuk menata makanan di meja makan.

Bibir Tora pelan berucap satu nama.

"Yura."

Namun, dia kembali tersadar sesaat setelah berucap nama itu. Dengan langkah cepat, dia berjalan menuju Nining yang masih sibuk dengan meja makan yang belum selesai dia tata. Setelah sampai, dia langsung mencengkram kuat tangan Nining sampai perempuan itu meringis kesakitan.

"Tora. Lepaskan aku. Sakit."

"Katakan padaku, dari mana kamu dapatkan baju yang kamu kenakan saat ini."

"Dari bi Siah. Ada apa sih? Kenapa dengan baju ini?"

Tora tidak menjawab. Dia hanya menatap wajah Nining yang sedang meringis berusaha menahan rasa sakit akibat cengkraman tangannya.

"Bi Siah yang meminjamkan baju ini padaku, karena dia kasihan aku tidak punya baju buat ganti. Aku kerepotan melakukan pekerjaan dapur dengan baju sebelumnya. Jadi .... "

"Tidak perlu di jelaskan. Aku tidak tertarik untuk mendengarkan penjelasan darimu." Tora berucap sambil melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Nining. Dia juga beranjak menarik kursi untuk duduk.

Mendengar kata-kata itu, rasa kesal dalam hati Nining semakin bangkit. Dia tatap Tora dengan tatapan tajam.

"Dasar manusia aneh," ucap Nining dengan suara pelan. Namun, ucapan itu masih bisa Tora dengar dengan sangat baik.

"Apa?"

"Eh, ti--tidak ada. Silahkan makan."

Tora menatap tajam Nining. Anehnya, saat dia menatap tajam dengan kemarahan, tapi tiba-tiba, api kemarahan itu mendadak padam entah apa sebabnya. Hal itu sangat berbeda dengan sebelumnya. Tepatnya, dengan beberapa jam yang lalu.

Terpopuler

Comments

мєσωzα

мєσωzα

yura? orang yg ditaksir tora kah? atau adeknya tora yg dah meninggal? 🤔

2022-10-31

1

Ami💞4hy🥀

Ami💞4hy🥀

lanjut Thor

2022-06-22

2

🌺Nadia🍎

🌺Nadia🍎

huiiiiiiiiiiii

2022-06-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!