Karena kelelahan, juga rasa kantuk yang menghantui, Nining tidur dengan posisi duduk yang kedua tangan masih memeluk Tora. Sementara itu, Tora juga akhirnya terlelap dalam pelukan Nining.
***
Nining membuka mata saat mendengar adzan subuh sayup-sayup menyapa telinganya. Karena tidur dengan posisi duduk, dia merasa sedikit sakit pada bahu dan tulang belakang. Tapi, dia tidak menghiraukan rasa itu. Yang dia hiraukan pertama kali saat membuka mata adalah keadaan Tora.
Dia melepaskan napas lega ketika merasa suhu tubuh Tora sudah sedikit membaik. Masih terasa panas. Tapi tidak terlalu panas sekarang.
"Huh ... syukurlah. Meski belum kembali normal, tapi setidaknya, suhu tubuh dia sudah turun."
Nining beranjak perlahan untuk turun dari ranjang. Dia ingin meninggalkan Tora agar bisa menyiapkan sarapan, juga air hangat untuk Tora mandi.
Kurang dari lima belas menit, Nining sudah menyelesaikan semua yang ingin dia lakukan. Dia kembali ke kamar Tora dengan semangkuk bubur dan segelas susu yang dia bawa dengan napan.
Saat dia masuk ke kamar, dia mendapati Tora yang sedang duduk di atas ranjang dengan memegang kepala. Tora terlihat masih lemas, namun dia paksakan bangun.
"Kamu sudah bangun? Apa kamu sudah merasa baikan? Jika belum, jangan paksakan dirimu untuk bangun. Kamu bisa minta aku mengambil apapun yang kamu inginkan."
"Aku gak papa."
"Tora, aku tahu kamu masih belum baikan. Jadi, tidak perlu berbohong pada diri sendiri."
Tora tidak menjawab. Dia hanya melihat Nining dengan tatapan sayu.
Saat Nining meletakkan napan yang dia bawa ke atas nakas, dia melihat susu jahe yang dia berikan tadi malam masih utuh di atas nakas tersebut. Seketika, wajah Nining terlihat berubah. Seperti sedang merasakan sebuah kekecewaan.
Paham dengan raut wajah Nining yang berubah. Tora segera mengatakan sesuatu untuk menghilangkan rasa kecewa yang ada dalam hati Nining.
"Aku tidak suka susu. Jadi, maaf, aku tidak bisa meminumnya."
"Ooh ... tidak apa-apa. Jika kamu tidak suka susu, maka tidak masalah. Tidak perlu meminumnya."
'Ya Tuhan ... kenapa aku bisa merasakan rasa kecewa tadi. Dan sekarang, aku malah merasa baik-baik saja setelah dia menjelaskan kenapa dia tidak meminum susu jahe yang aku buatkan. Sebenarnya, ada apa dengan hatiku ini sekarang? Apa aku baik-baik saja? Ah, sial sekali. Ini pasti karena tanggung jawab yang bi Siah timpakan padaku. Aku terlalu merasa terbebani sehingga banyak pikiran.'
Nining menarik napas panjang. Lalu melepaskan secara perlahan.
'Semoga bi Siah lekas kembali. Aku sudah semakin tidak tahu lagi dengan apa yang hatiku ingin lakukan. Jika semakin lama, maka semakin lupa diri saja aku ini.'
"Mm ... Tora, aku sudah siapkan air hangat untuk kamu mandi. Setelah mandi, kamu bisa sarapan dengan bubur yang aku bawakan tadi."
"Iya."
"Mm ... aku keluar sekarang. Kamu bisa mandi sendiri bukan?"
Nining ingin langsung meninggalkan Tora setelah bicara. Tapi, Tora dengan cepat menahan tangannya agar tidak pergi.
"Tunggu! Aku ingin bertanya satu hal padamu."
"Mau tanya apa? Tanyakan saja."
"Apa kamu melakukan semua ini hanya karena amanah dari bi Siah? Apa tidak ada alasan lain?" Tora bertanya sambil terus menahan tangan Nining.
Mendapat pertanyaan yang sedikit terdengar aneh di telinganya. Nining mendadak memasang wajah bingung. Dia tidak mengerti maksud dari pertanyaan yang Tora lontarkan barusan.
"Maksud kamu ... apa? Tentu saja aku melakukan semua ini karena amanah dari bi Siah. Aku tidak punya alasan lain selain karena amanah yang dia berikan. Amanah itu membuat aku merasa punya tanggung jawab besar untuk menjalankannya."
Seketika, tangan Tora melepas tangan Nining yang dia pegang. Terdapat raut kekecewaan yang teramat jelas di wajah Tora sekarang. Tapi sayangnya, Nining tidak menyadari hal itu.
"Pergilah. Aku sudah baik-baik saja sekarang. Kamu tidak perlu cemas padaku lagi. Tangung jawab dari amanah sudah selesai."
"Tapi .... "
"Jangan bantah aku. Aku tidak suka dibantah. Harusnya kamu tahu hal itu."
Nining mendengus pelan.
"Baiklah. Aku akan keluar. Jika butuh sesuatu, panggil saja aku. Aku gak akan jauh-jauh dari kamar kamu."
Tora tidak menjawab. Jangankan menjawab, melihat saja dia tidak. Nining tidak menghiraukan hal itu. Dia langsung saja melangkah untuk meninggalkan kamar Tora.
Bukan tidak ingin peka akan keadaan. Hanya saja, Nining tidak ingin salah dalam menilai sesuatu. Dia takut jika dia nanti kepekaan yang dia miliki malah membuat masalah diantara mereka semakin besar.
Lagipula, dia juga tahu jika Tora tidak akan pernah mau baik dengannya. Masalah yang dia ciptakan buat Tora waktu itu terlalu besar. Dia tidak yakin kalau masalah itu bisa hilang dalam ingatan Tora. Maaf untuknya, dia rasa mustahil akan didapatkan sampai kapanpun.
____
Dua hari telah berlalu. Nining sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Dia merawat Tora yang sedang demam dengan sepenuh hati sampai laki-laki itu sembuh total.
Karena tidak punya persediaan bahan makanan untuk dia masak, Nining terpaksa harus pergi ke pasar sendirian pagi ini. Meski sebenarnya, dia merasa agak berat hati untuk pergi sendirian. Karena biasa, dia pergi bersama bi Siah.
Dia hanya bertugas membawakan bahan perlengkapan yang bi Siah belikan saja. Sedangkan semua belanjaan, bi Siah yang membelikannya.
"Ya Tuhan ... kapan bi Siah akan pulang ke sini lagi? Ini sudah hampir satu minggu dia pulang kampung. Uh ... berat sekali rasa aku tanpa dia."
Nining mengeluh di depan pintu sambil melihat ke arah luar rumah. Kaki itu terasa enggan untuk melangkah keluar. Tapi, jika tidak pergi, maka tidak akan ada makan siang buat nanti mereka makan. Karena persediaan makanan sudah benar-benar habis.
Keluhan itu Tora dengan dengan sangat baik. Dia yang baru saja turun dari lantai atas, tiba-tiba menghentikan langkah kakinya karena mendengar keluhan itu.
"Jika tidak ingin pergi belanja, maka tidak usah pergi. Tidak perlu mengeluh seperti itu. Tidak baik."
Sontak, ucapan itu membuat Nining merasa kaget. Dia langsung menoleh ke arah Tora yang masih berdiri di atas anak tangga.
"Aku ... tidak kok. Tidak mengeluh. Siapa bilang aku mengeluh? Aku cuma bicara saja kok tadi."
"Mm ... benarkah? Aku baru tahu ada orang bicara seperti itu. Bicara sendirian, dengan kata-kata dan nada mengeluh."
"Sudah aku katakan. Aku tidak mengeluh. Ya sudah, aku harus pergi sekarang."
"Tunggu!"
"Apa?"
"Jika tidak ingin pergi, maka tidak perlu pergi."
"Jika aku tidak pergi, maka tidak akan ada makan siang. Karena aku tidak punya bahan untuk di masak."
"Ya sudah. Pesan saja makanan untuk makan siang nanti."
"Pesan? Ah, tidak-tidak. Jika kita pesan untuk nanti siang. Lalu, nanti malam, kita juga akan pesan? Terus, besok pagi, besok siang, dan seterusnya, harus pesan juga?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
мєσωzα
kalian berdua kangan kelamaan nurutin gengsi yaaa.. ku gemes soalnya 😅
2022-10-31
0
Ami💞4hy🥀
Tora masih kaku aja
2022-06-30
2