Nining tidak bisa mengucapkan satu patah katapun. Semua anggota tubuh yang dia miliki terasa sangat berat semua. Hatinya terasa begitu perih bak teriris sembilu ketika
mendengar ucapan Tora barusan.
'Pembantu? Aku pembantu?'
'Nining, apa yang kamu pikirkan sebenarnya. Kenapa kamu bisa merasakan rasa sakit seperti ini. Dia ... dia wajar bilang kamu pembantu. Kamu memang tidak punya arti apa-apa dalam hidupnya. Sadar Nining, sadar.'
Sekuat tenaga dia berusaha bersikap biasa saja. Tidak ingin memperlihatkan apa yang hatinya rasakan sekarang. Dia berjalan masuk dengan santai melewati ruang tamu. Tempat di mana Tora sedang ngobrol hangat dengan perempuan yang dia anggap spesial tadi. Setidaknya, itu yang sedang Nining pikirkan sekarang. Tapi tidak dengan yang ada dalam pikiran Tora.
Tora malah berpikir kebalikan dari apa yang Nining pikirkan. Dia menganggap Nining tidak pernah merasakan apapun karena Nining memang tidak peduli dengan dirinya. Nining melakukan semua kebaikan hanya karena amanah. Dan sekarang, Nining tidak peduli dengan dirinya karena Nining sudah punya laki-laki lain dalam hidup.
"Buatkan minuman untuk aku dan Ina!"
"Baik."
"Ina, katakan saja apa yang kamu inginkan pada dia. Dia akan membuatkannya untukmu."
"Benarkah? Kalau gitu, aku ingin milk shake dengan es krim vanila. Bisakah kamu buatkan untukku?"
"Maaf, aku bisa membuatkannya. Tapi, di rumah ini tidak ada es krim vanila. Yang ada cuma coklat. Itu pun .... "
"Tidak perlu banyak bicara, Tami. Kamu bisa belikan es krim vanila nya sekarang juga, bukan?" Tora langsung memotong perkataan Nining dengan cepat.
"Tapi Tora, jika aku pergi sekarang, maka aku akan terlambat masak makan siang. Aku sudah sangat lapar saat ini."
"Peduli apa aku dengan kamu yang lapar sekarang? Penuhi saja apa yang Ina minta. Soal masak makan siang, kamu bisa kerjakan dengan cepat."
"Tora, kenapa kamu begitu kasar dengan asisten rumah tanggamu. Kasihan dia, bukan?"
"Mbak. Aku tidak mau milk shake dengan es krim vanila. Kamu buatkan saja aku milk shake dengan eskrim coklat. Atau, bisa buat minuman apa saja yang kamu bisa bikin. Aku gak keberatan minum apapun."
"Kamu mengecewakan tamu spesial ku, Tami. Lekas pergi sekarang juga. Carikan apa yang dia minta. Aku tidak mau tau. Dia tidak ingin, tapi aku tetap ingin dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Cepat pergi!"
Ingin sekali rasanya Nining berteriak sambil menangis. Tapi, sekuat tenaga dia menahan apa yang dia rasakan saat ini. Dia memilih pergi tanpa kata meninggalkan ruang tamu secepat yang dia bisa.
'Kenapa begitu cepat berubah, Tora? Aku baru saja merasa nyaman dengan sikap hangat mu beberapa hari yang lalu. Hari ini, kamu bawa perempuan pulang ke rumah. Dan kamu begitu baik dengan perempuan itu. Tapi malangnya, kamu begitu kejam padaku. Kamu terlalu jahat, Tora.'
Dia berjalan menuju jalan raya untuk mencari apa yang perempuan spesial Tora inginkan. Saat di perjalanan pulang, dia bertemu dengan Alif yang berlawanan arah dengannya.
Alif menghentikan motor saat melihat Nining yang sedang berjalan kaki dengan langkah lunglai.
"Ning. Kamu kok ada di sini? Jalan kaki lagi? Gak capek ya?"
"Kak Alif. Dari mana nih?"
"Eh, malah balik nanya. Aku yang nanya duluan, Nining. Kenapa gak jawab, ha?"
"Aku lagi nyari es krim vanila, kak. Istri majikan ingin minum milk shake dengan es krim vanila. Ya mau tidak mau harus pergi walau sedang lelah."
"Kasihan sekali kamu, Ning. Sini, aku antar kamu pulang."
"Eh, gak usah kak Alif. Aku pulang sendirian aja. Kak Alif juga lagi kerja kan?"
"Gak papa. Sebagai sesama perantau, kita harus saling tolong menolong. Kamu lelah, aku juga sama. Yang penting, kita bisa kerja cari makan di sini, Ning. Ayo naik, jangan bantah lagi. Makin kamu bantah, makin banyak waktu kita yang terbuang."
Tidak punya pilihan lain, Nining langsung menerima tawaran Alif untuk mengantar dirinya pulang. Lagipula, tidak ada salahnya dia menerima tawaran itu. Dengan begitu, dia juga bisa kembali cepat agar Tora tidak ngamuk lagi karena telat memenuhi permintaan perempuannya.
Tora yang duduk tak jauh dari jendela yang menghadap ke jalan, melihat dengan jelas saat Nining turun dari motor Alif. Hal itu semakin membuat jantung hatinya terbakar oleh api kecemburuan.
Dia menggenggam erat tangannya ketika melihat Nining tersenyum sambil melambaikan tangan pada Alif. Andai saja tidak ada Ina di hadapannya saat ini, mungkin dia sudah melampiaskan amarahnya pada barang-barang yang ada di sekitarnya.
"Tora, ada apa? Kenapa wajahmu terlihat memerah?" Ina berucap sambil memperhatikan wajah laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
"Aku tiba-tiba merasa tidak enak badan. Bisakah kamu pulang dulu sekarang, Ina? Nanti, aku akan datang ke rumah kamu jika ada waktu. Atau, kita bisa bertemu lagi di lain waktu."
"Kamu tidak enak badan? Apa tidak butuh bantuan aku untuk menemani kamu saja. Aku .... "
"Tidak. Aku ingin istirahat sendiri saja. Kamu bisa pulang. Aku tidak butuh teman."
"Huh ... ya sudah kalo gitu. Aku pulang sekarang. Si pemilik rumah sudah mengusir aku, bagaimana aku bisa tetap bertahan?"
"Tora, aku pulang dulu. Jangan lupa untuk jemput aku di rumah jika punya waktu. Sampai jumpa lagi," ucap Ina sambil bangun dari duduknya.
"Ya. Hati-hati di jalan. Maaf, aku gak bisa antar kamu pulang."
"Gak papa. Aku maklum kok. Kamu sedang tidak enak badan, kenapa harus mikir soal aku? Ya sudah, istirahat baik-baik. Semoga cepat sembuh dan segera bisa bertemu lagi nanti."
"Ya."
Saat Ina pergi, Nining masuk ke dalam. Mereka berpas-pasan di depan pintu. Ina tersenyum menyeringai pada Nining, sementara Nining membalas dengan senyum kecil.
"Kenapa ... pulang? Bukannya ingin minum milk shake rasa vanila?"
"Aku harus pulang karena Tora tidak enak badan. Mungkin lain kali bisa minum di sini. Sampai jumpa, mbak."
"Tora tidak enak badan lagi?" Nining berucap dengan wajah cemas.
Seketika, dia melupakan goresan luka yang baru saja Tora torehkan dalam hatinya. Tanpa menunggu jawaban dari kata-kata yang dia ucapkan barusan, Nining segera beranjak masuk dengan mempercepat langkah.
"Tora ... kamu baik-baik saja?" tanya Nining dengan nada yang terdengar sangat cemas.
Mendengar suara itu, Tora langsung menatap tajam wajah Nining. Tatapan tajam yang sangat menusuk hati, membuat Nining merasakan ketakutan karena aura mematikan yang Tora lontarkan.
"Dari mana kamu?" Suara berat yang terdengar bergetar. Semua itu karena Tora sedang berusaha menahan amarah akibat api kecemburuan yang membakar hatinya saat ini.
"Aku ... dari .... "
"Kenapa gelagapan! Jawab dengan jelas! Dari mana kamu, ha?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut kak
2022-07-01
2
Ami💞4hy🥀
ayo Thor buat Tora ngungkapin isi hatinya,walau dgn emosi. jd Tami tau sebenarnya bagaimana hati Tora selama ini
2022-07-01
2