Di kamar kecil dalam rumah sederhana, Ina membanting semua barang yang ada di atas meja riang usang miliknya. Dia begitu kesal saat ini. Kesal karena Tora tidak juga menanggapi dirinya. Usaha yang dia buat, semuanya gagal. Tidak ada satupun yang berhasil.
Sekeras apapun usahanya untuk memancing ketertarikan Tora akan dirinya, tidak sedikitpun membuahkan hasil. Usahanya membuat Nining pergi dari Tora juga tidak kelihatan hasil sama sekali.
Sudah satu minggu dari hari di mana dia datang menemui Nining. Berharap gadis itu pergi menjauh dari Tora karena kata-kata yang dia ucapkan. Tapi sayangnya, apa yang dia harapkan hampa begitu saja. Jangankan pergi, merespon saja Nining tidak kelihatan sedikitpun.
"Sial! Benar-benar sial. Kenapa begitu susah memisahkan perempuan jelek itu dari suaminya. Yang suaminya itu pula, sulit banget untuk aku taklukan. Apakah aku harus menyingkirkan perempuan jelek itu baru bisa mendapatkan perhatian dari suaminya?"
Ina memikirkan kata-kata yang dia ucapkan. Memikirkan cara agar dia bisa menyingkirkan Nining dengan cara cantik supaya tidak ada yang curiga.
Namun, saat habis berpikir, dia kembali merasa gusar karena apa yang dia pikirkan tidak menemukan jalan yang baik. Dia begitu kesal sampai mengacak-acak rambut pirang sebahu yang dia miliki.
"Ah ... kenapa kepala ini tiba-tiba buntu sih? Tidak ada satupun cara yang baik yang bisa aku pakai untuk menyingkirkan perempuan jelek itu. Sial banget kan."
Tiba-tiba, dia ingat akan kata-kata yang orang itu ucapkan. Kata-kata yang membuat dia begitu bahagia saat ini.
"Yah, sepertinya aku tidak perlu menyingkirkan perempuan itu secara langsung. Bikin saja dia begitu membenci Tora sampai tiada ampun. Dengan begitu, mereka tidak akan pernah bersama selamanya. Ya ya ya, selamanya tidak akan pernah bersama."
Ina tertawa saat memikirkan ide cemerlang yang tiba-tiba muncul dalam benaknya.
"Dengan cara ini, aku akan buat dia menderita. Hidup segan, mati tak mau. Itu adalah hukuman yang setimpal buat perempuan jelek seperti dia. Makanya, jangan coba-coba lawan aku. Ih, Ina dilawan. Lihat saja apa balasan yang kamu dapatkan."
Ina bergegas menghubungi Tora. Tapi sayang, Tora tidak menjawab panggilannya. Hal itu membuat dia sedikit kesal. Tapi, tidak mau menghiraukan rasa itu karena hatinya terlalu bahagia sekarang.
"Oke, kamu bisa abaikan aku sekarang, Tora sayang. Tapi nanti, lihat saja apa yang akan aku lakukan pada keluargamu. Kamu akan cari aku sebagai tempat pelarian. Yah, awal-awalnya aku relakan diriku sebagai tempat pelarian kamu. Tapi selanjutnya, aku akan bikin kamu jadi bergantung dan tidak akan bisa jauh dari aku. Selamanya."
"Huh ... jika tidak diangkat terus tidak masalah. Aku akan cari kamu lewat GPS. Aku akan temukan kamu sayang. Tunggu aku."
Hampir lima menit Ina berkutak-katik dengan ponsel di tangannya. Akhirnya, dia tersenyum karena sudah menemukan apa yang dia cari.
"Di sini kamu rupanya. Aku akan datangi kamu. Tunggu aku sayang," ucap Ina sambil tersenyum menyeringai.
Ina bergegas meninggalkan kamar tersebut. Tanpa menggunakan dandanan yang berlebihan dia langsung menuju kantor, tempat di mana Tora sedang bekerja.
Sepanjang perjalanan menuju kantor Tora, Ina terus menyusun rencana bersama orang yang sedang dia telepon. Seorang laki-laki yang dia percaya mampu menjalankan rencana besar yang akan mengubah nasibnya.
Awalnya, orang itu menolak rencana berbahaya yang Ina katakan. Tapi, Ina yang pintar berkata-kata, mampu membuat orang itu setuju dengan apa yang sedang dia rencanakan. Entah Ina yang pintar berkata-kata, atau laki-laki itu yang bodoh, yang jelas, dia menyetujui semua rencana jahat yang Ina miliki.
Ina akhirnya sampai di depan kantor Tora. Dia turun dari taksi online yang dia tumpangi. Lalu, Ina berjalan pelan memasuki kantor tersebut.
"Mbak, apa pak Tora nya ada di dalam?" tanya Ina pada salah satu pegawai.
"Mas Tora ada di dalam sana, Mbak. Mbak ini siapa ya? Ada perlu apa dengan mas Tora?"
"Ada perlu pribadi, mbak. Maaf, saya tidak bisa katakan. Apakah saya bisa bertemu pak Tora sekarang, mbak?"
"Bisa. Silahkan lewat sini, mbak. Ruangan mas Tora ada di samping kiri. Cari saja pintu yang ada tulisan manajer. Itu adalah ruangan mas Tora."
"Oh, baiklah. Terima kasih banyak, mbak. Saya permisi sekarang."
"Ya."
Ina kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan Tora. Dia tersenyum sambil memikirkan jabatan Tora yang ternyata seorang manajer di perusahaan yang cukup ternama dan sangat besar seperti ini.
'Lumayan ternama jabatan yang dia miliki. Manajer. Tidak masalah juga kalau dia seorang manajer. Tapi akan lebih bagus jika jabatan yang dia miliki itu lebih tinggi dari manajer. Seperti ... ceo.'
Ya, Tora memang cuma bekerja hanya sebagai manajer di dalam perusahaan. Tapi, perusahaan tempat dia bekerja itu milik keluarga, yang pada akhirnya akan diwariskan pada dirinya saat dia sudah siap kelak.
Ina akhirnya sampai di ruangan yang dia tuju. Dia langsung mengetuk pintu ruangan tersebut dengan pelan.
"Masuk!" Terdengar suara seseorang yang cukup Ina kenal siapa pemiliknya.
Ina tersenyum sesaat sebelum dia memutar gagang pintu untuk masuk. Lalu kemudian, dia dengan cepat merubah ekspresi wajahnya saat tangan kanannya memutar gagang pintu itu.
"Ina." Tora berucap pelan dengan ekspresi wajah yang sedikit kaget. Dia langsung menutup laptop yang sedang dia hadapi sejak tadi.
"Tora. Kamu sedang sibuk banget ya sekarang? Sampai-sampai, aku telpon gak kamu angkat sama sekali."
"Iya, aku sedang sangat sibuk. Maaf, aku gak bisa angkat panggilan dari kamu. Oh ya, ngomong-ngomong, tahu dari mana kamu alamat tempat kerja aku? Dan ... kenapa kamu bisa datang ke sini sekarang? Ada perlu apa?"
"Aku .... " Wajah Ina tiba-tiba berubah cemas. Tapi, itu tidak lama. Dia yang pandai menguasai keadaan, mampu memindahkan ekspresi wajah dengan cepat.
"Maaf, Tora. Aku tiba-tiba datang ganggu kamu ke kantor ini. Jika kamu tanya aku tahu alamat kantor kamu dari mana, ya tentu saja dari kamu."
"Dari aku? Perasaan, aku tidak pernah mengatakan soal alamat kantor padamu."
"Alah, jangan pura-pura lupa seperti itu. Aku jadi merasa begitu malu jika kamu mendadak bersikap seperti itu padaku. Oh ya, aku ke sini gak maksud ganggu kamu kok sebenarnya. Aku cuma ingin minta bantuan dari ini. Ini terdengar sedikit memalukan. Tapi, aku tidak punya pilihan lain selain minta bantuan kamu. Karena aku gak punya kenalan lain di kota ini."
"Mau minta bantuan apa padaku? Katakan saja langsung, tidak perlu berbelit-belit. Lagipula, aku juga masih banyak pekerjaan, tidak bisa bicara terlalu lama."
"Ayo katakan! Jika aki bisa bantu, maka aku akan bantu. Tapi jika tidak, maka maaf, jangan kecewa dengan aku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
мєσωzα
ko dibolehin masuk gitu aja? biasanya resepsionis konfirmasi dulu loh sama karyawan yg dimaksud
2022-10-31
0
sella surya amanda
lanjut kak
2022-07-06
0
Ami💞4hy🥀
ulet bulu pengganggu
2022-07-06
0