Part *5

Tora menarik napas dalam, lalu melepaskan napas itu dengan kasar.

"Baju itu cocok untukmu. Baju bekas untuk perempuan mu'rahan."

Nining tidak menjawab. Dia hanya menatap Tora dengan tatapan kesal.

'Huh ... jika aku bisa menutup mulut pedasnya itu dengan tanganku. Maka aku lakukan,' kata Nining dalam hati.

"Jangan melihat aku seperti itu, perempuan. Aku tidak sudi dilihat dengan mata kotor mu ya

mu*rahan itu."

"Tunggu! Apa yang kamu masak buat aku makan ini, ha?"

Tora baru sadar dengan hidangan yang sedang ada di hadapannya. Itu hidangan kampungan yang sama sekali tidak pernah dia sentuh selama ini.

"Kamu ... cuma masak hal beginian untuk aku makan? Yang benar saja, perempuan. Kamu pikir aku apaan, ha? Masak masakan yang tidak layak aku makan. Masak lama, tapi hidangannya cuma beginian. Siapa yang ingin makan?"

"Aku harus masak apa untuk kamu, Tora? Aku masak itu biar cepat. Karena kamu lapar dan ingin segera makan. Ya cuma itu yang bisa aku masak."

Brak! Tora memukul meja dengan keras. Hal itu membuat Nining terlonjak kaget dan memilih untuk menundukkan wajah.

"Kamu benar-benar tidak ada gunanya ternyata. Masak saja tidak bisa. Kamu pikir aku ini apaan? Kamu hidangkan masakan sederhana seperti sampah ini."

Nining tidak menjawab. Dia tahu kalau Tora memang tidak akan memakan apapun yang dia hidangkan. Tora hanya ingin membuat dia sengsara setiap saat.

"Sekarang pergi! Masak ulang masakan yang lebih lezat lagi untukku."

"Apa? Masak lagi? Tapi ... aku sungguh sangat capek, Tora. Aku juga sulit untuk bergerak. Bisakah ... malam ini kamu makan dulu apa yang aku masak. Aku janji, besok akan masak masakan yang lebih bagus lagi untuk kamu."

Sesaat, Tora terdiam dengan tatapan penuh kerinduan pada Nining. Mata itu berkaca-kaca sambil terus menatap Nining yang ada di hadapannya.

"Yura." Lagi, nama itu kembali Tora ucapkan.

Tora memanggil nama itu bukan tidak ada sebabnya. Secara kebetulan, ucapan Nining barusan membuat Tora mengingat seseorang.

"Kakak, tolong jangan kecewa padaku. Aku janji, besok akan lebih baik lagi."

Itu adalah nada dan gaya bicara yang sama persis. Sedikitpun tidak ada bedanya di telinga Tora. Hal itu membuat Tora hilang ingat beberapa jenak.

"Yura."

"Yura? Siapa?" tanya Nining.

Pertanyaan itu membuat Tora tersadar akan keadaan. Dia segera memalingkan wajahnya dari Nining.

"Pergi."

"Pergi? Maksud kamu?"

"Pergi aku bilang! Jangan tanya lagi apa maksudku! Aku ingin kamu pergi! Pergi sekarang juga!"

Tora berteriak keras. Hal itu membuat Nining merasa takut sekaligus kasihan. Dia takut jika Tora tiba-tiba menggila dan memukulinya.

Namun, ada hati kasihan saat melihat ekspresi wajah sedih yang Tora perlihatkan barusan.

Tora seperti sedang sangat merindukan seseorang saat ini. Itu bisa Nining lihat dari tatapan sayu saat mata mereka beradu, juga ketika Tora memanggil nama seseorang di hadapan Nining tadi. Ada nada kerinduan yang terdengar begitu jelas.

Tapi sayangnya, Nining tidak bisa bertahan lebih lama di sana. Dia ingin menemani Tora karena rasa kasihan. Tapi sayangnya, rasa takut lebih besar dari rasa kasihan.

Nining beranjak cepat menjauh dari meja makan. Sementara Tora, dia diam sambil terus termenung melihat lurus ke depan.

Beberapa menit kemudian, dia ingin pergi meninggalkan meja makan tersebut. Tapi, rasa lapar menghentikan niatnya. Dia tatap sayur tumis itu dengan tatapan tak percaya.

Tidak ingin makan, tapi dia sangat lapar. Sekarang, dia tidak punya pilihan lain selain makan. Sesekali mencoba hal yang baru, juga tidak ada masalah. Setidaknya, itulah yang ada dalam pikiran Tora yang sedang tidak punya pilihan lain selain makan apa yang ada.

"Dasar perempuan tidak berguna. Masak makanan saja tidak bisa. Jika aku tidak cukup lapar malam ini, maka aku tidak akan makan." Tora berucap sambil mengambil nasi juga lauk dan sayur.

"Huh ... lapar saja sebenarnya tidak masalah. Jika tidak punya riwayat sakit maag, aku pasti memilih untuk tidak makan masakan sampah yang dia buatkan."

Tora menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya dengan terpaksa. Namun, suapan pertama membuat dia begitu terkesan. Entah perutnya yang memang sangat lapar, atau masakan itu adalah masakan baru yang pertama kali dia nikmati, atau mungkin juga masakan itu memang sudah dasarnya enak.

Suapan pertama saja sudah membuat dia merasa ketagihan. Masakan sederhana itu benar-benar membuka selera makan yang sudah tertutup beberapa hari ini. Tanpa dia sadari, dia makan begitu lahap sampai menghabiskan semua makana yang ada di atas meja.

"Ya Tuhan ... aku makan semuanya?" Tora berucap karena dia baru menyadari kalau semua makanan sudah habis dan tidak ada yang tersisa sama sekali.

Untuk sesaat, dia tertegun memikirkan apa yang baru saja dia lewati. Namun, dia tidak ingin terlalu membuang banyak waktu hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting.

Tora bagun dari duduknya, lalu membereskan semua piring yang ada di atas meja, bekas makanan yang sudah dia lahap habis. Selesai mengantarkan piring bekas makanan, dia ingin segera meninggalkan dapur. Namun, ketika memutar tubuh, Tora dikagetkan dengan kehadiran Nining di hadapannya.

"Kamu!"

"Tora. Kamu habis ngapain?" Nining bertanya sambil matanya melihat ke arah wastafel. Di sana, dia menemukan beberapa piring yang di tumpuk.

"Tidak ada. Aku habis ngapain itu bukan urusan kamu. Tidak ada hak mu untuk mengurus apa yang aku lakukan. Sebaliknya, aku yang harus bertanya padamu. Kamu ngapain di sini? Aku minta kamu pergi, kenapa kamu masih ada di sini? Dapat perintah dari mana kamu, ha?"

"Tidak ada. Aku ke sini hanya ingin minum saja. Kebetulan bertemu dengan kamu, ya .... "

"Sudah! Jangan banyak bicara. Kamu bukan siapa-siapa, kenapa malah banyak omong?"

Selesai berucap kata-kata itu, Tora langsung beranjak. Nada bicara yang dia ucapkan juga terkesan tidak ingin berdebat dengan Nining lagi sekarang. Dia sepertinya ingin segera menghindar dari Nining.

Menangapi hal itu, Nining hanya bisa menarik napas panjang. Sebenarnya, dia datang untuk melihat makanan karena dia juga kelaparan sekarang. Tapi, saat melihat piring yang ada di atas wastafel, juga ketika melihat meja makanan yang tidak ada makanan lagi, dia mengurungkan niatnya.

"Sebenarnya, dia ke mana kan makanan yang aku masak ya? Dia makan, atau dia buang?" tanya Nining sambil berjalan mendekat menuju wastafel.

"Jika dia buang, aduh ... sayang sekali. Capek-capek aku masak malah dibuang. Kan mubazir namanya. Dari pada dia buang, lebih baik biarkan saja di atas meja. Kan bisa aku makan," ucap Nining lagi sambil terus memperhatikan wastafel yang bersih.

"Tapi ... tidak ada tanda-tanda kalau dia baru buang makanan. Apa dia makan? Ah, itu sedikit mustahil."

Terpopuler

Comments

мєσωzα

мєσωzα

ooh tora ni ntar jadi baik karna nining bikin dia inget ke yura adiknya.. 🤔
okeee lanjuuut 😁

2022-10-31

1

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut kak

2022-06-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!