Part *2

Bruk! Tubuh mungil itu melayang dengan cepat menabrak sanding ranjang. Saking kerasnya tabrakan tubuh dengan sanding ranjang, lutut perempuan malang itu lecet dan memar.

"Agghh .... " Perempuan malang itu merintih kesakitan. Namun, bukannya kasihan, pemuda yang mendorongnya malah tersenyum menyeringai bak serigala yang bahagia karena melihat tikus kecil ketakutan.

Tidak ingin peduli dengan apa yang perempuan itu rasakan, pemuda garang itu langsung mendorong tubuh mungil ke atas ranjang. Kemudian, dia menindih tubuh itu sambil menahan kedua tangan perempuan malang tersebut.

Perempuan malang itu terlihat mengeluarkan air mata. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri. Yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah. Membiarkan dirinya diperlakukan sesuka hati oleh pemuda galak yang sekarang sedang menindihnya.

"Kenapa menangis istriku *******? Apa kamu tidak punya siasat untuk membuat aku kalah lagi sekarang?"

"Uh ... kamu terlihat begitu pasrah. Cih! Najis sekali aku melihat wajah pasrah mu itu." Pemuda itu langsung mendorong tubuh mungil tersebut sehingga jatuh ke bawah.

Tubuh itu terjatuh bersama air mata yang mengalir deras. Tidak ada kata-kata yang terucap, hanya sebuah rintihan kecil yang tidak terdengar oleh orang lain.

Gadis malang yang bernama Nining Utami itu begitu pasrah menerima perlakuan kasar dari pemuda yang bergelar suami beberapa jam yang lalu. Pernikahan yang tidak mereka inginkan itu terjadi karena Nining yang telah menjebak pemuda yang bernama Tora di malam pertunangan mereka.

Tora yang tak lain adalah musuh dari orang yang Nining cintai, melamar Nining hanya untuk menjadikan Nining sebagai alat balas dendam. Tapi sayangnya, karena rasa cinta yang ada dalam hati perempuan malang itu, dia malah rela menggunakan dirinya sebagai pengikat agar musuh sang pujaan hati tidak bisa merusak kebahagiaan orang yang dia cintai lagi.

Terdengar bodoh dan konyol memang, karena hanya demi cinta, dia malah rela mengorbankan diri sendiri. Membiarkan sisa hidupnya berada dalam kehancuran hanya karena ingin melihat orang yang dia cintai bahagia. Bahagianya itu malah bersama perempuan lain.

Itu bukan hanya terdengar konyol dan bodoh. Malahan, terdengar gila dan tidak punya pikiran. Membiarkan diri sendiri menderita, hanya gara-gara ingin melihat pujaan hati bahagia bersama orang lain. Benar-benar gila.

"Tidak perlu menangis perempuan sialan! Karena air matamu itu tidak akan mengubah keadaan. Aku tidak akan kasihan padamu, tapi malah akan merasa kesal dan semakin jijik melihat kamu."

Pemuda itu turun dari ranjang. Lalu berjalan mendekat ke arah Nining yang masih diam dengan pose jatuhnya. Lalu, tangan itu ringan menjambak rambut panjang hitam bergelombang milik Nining. Memaksa tubuh mungil itu bagun dari jatuhnya. Lalu kemudian, tangan itu berpindah mencengkram leher Nining sambil memberikan tatapan tajam menusuk hati.

"Dengar ya, tidak perlu berpikir berlebihan sekarang. Kamu tidak perlu menangis atau memperlihatkan wajah polos buruk mu itu padaku. Karena sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mau menyentuh tubuh ******* mu yang menjijikan ini. Kau tidak pantas jadi istriku. Tapi ... pantasnya jadi pembantu."

"Karena kau benar-benar ingin menjadi penghalang dengan menjebak aku, maka aku pastikan, kamu tidak akan pernah bisa bahagia selamanya. Kamu akan merasakan kehidupan yang menyedihkan bersamaku. Sampai nyawamu lepas dari raga ******* mu itu. Paham!"

Tora lalu mendorong tubuh Nining sampai tersungkur kembali. Kemudian, dia beranjak meninggalkan kamar tersebut.

Hening. Tidak ada satu suara pun yang Nining dengar setelah kepergian Tora dari kamar itu. Kamar dari rumah dengan dua lantai yang terletak di pinggiran kota, itu memang tidak ada penghuni selain seorang perempuan paruh baya.

Kata mama Tora, itu adalah rumah yang Tora beli dengan uangnya sendiri. Pertama datang ke rumah ini, dia tidak mengerti mengapa Tora malah membawanya rumah mewah ini. Tapi sekarang, dia sudah mengerti apa alasannya. Alasan yang tak lain hanya untuk melepaskan amarah pada dirinya. Menyiksa dia dengan berbagai kata-kata kasar karena sudah berani menjebak dan menjadi penghalang besar.

Nining menutup matanya rapat-rapat. Berusaha menikmati setiap luka yang dia dapatkan. Luka hati, maupun luka tubuh, semuanya terasa begitu sakit.

Andai saja dia bukan gadis desa yang tidak punya banyak pengetahuan. Mungkin sekarang, dia sudah bahagia bersama orang yang dia cintai. Mampu memperjuangkan cinta pada orang yang dia cintai. Bukan seperti sekarang. Malah mengorbankan diri demi kebahagiaan orang yang dia cintai.

'Tuhan ... aku tahu semua yang terjadi sudah tertulis di lembaran takdir. Aku tidak ingin berburuk sangka pada kekuasaan-Mu. Semoga jalan yang kamu beri padaku sekarang, akan membawa aku pada kehidupan termanis yang sudah Engkau siapkan untukmu di kemudian hati.'

Nining berucap sambil memeluk dadanya. Terasa sedikit kehangatan dalam kesedihan. Dia berusaha memejamkan mata untuk menenangkan diri dari kelelahan lahir dan batin.

Prak! Bunyi pintu dibuka secara paksa membuat Nining yang baru saja memasuki alam bawah sadar terkaget luar biasa. Tapi sayangnya, mata berat itu susah untuk dia buka. Karena dia benar-benar lelah selama beberapa hari ini tidak cukup tidur juga tidak cukup makan.

Buk-buk. Tora menendang kaki Nining dengan kesal.

"Pemalas! Bagun kamu. Aku bawa kamu ke sini bukan untuk tidur-tiduran. Tapi, untuk melayani semua kebutuhanku. Cepat bagun! Bikinkan aku makanan. Aku lapar."

Nining membuka matanya dengan malas.

"Bisakah aku istirahat sebentar saja lagi? Aku sangat lelah." Nining berucap dengan suara lemah.

"Apa? Istirahat? Kamu pikir kamu siapa, Nining? Oh tidak. Aku tidak suka dengan nama itu. Aku tidak suka nama kampungan yang kamu miliki. Mulai dari malam ini, tidak ada yang boleh memanggil kamu Nining. Karena sekarang, aku ubah nama kamu jadi Tami."

"Apa hak mu mengganti namaku? Jika kamu tidak suka. Maka kamu saja yang berubah. Kenapa semua orang?" tanya Nining sambil menatap tajam Tora.

Kata-kata yang Nining ucapkan barusan membuat Tora merasa kesal. Dengan penuh emosi, dia kembali mencengkram leher Nining sampai perempuan malang itu sulit bernapas.

"Jangan banyak membantah, *******. Jika kamu tanya apa hak ku mengubah nama kamu, tentu saja aku punya. Karena kamu itu adalah budak ku. Seorang budak tidak punya kewajiban membantah apa yang majikan katakan. Paham!"

"Aku bukan budak mu, Tora! Kau tidak punya hak untuk mengatur hidupku. Aku bisa datang ke kantor polisi dan melaporkan apa yang kamu lakukan padaku sekarang juga."

"Oh, benarkah? Kamu punya nyali besar ternyata. Kamu ingin melaporkan aku ke kantor polisi? Dengan tuduhan apa? Kekerasan dalam rumah tangga? Atau ... ada tuduhan yang lain lagi yang sedang kamu pikirkan?"

"Ayo *******! Silahkan lakukan. Tapi ... jika kamu mampu melakukannya." Tora berucap sambil tersenyum menyeringai pada Nining yang ada di hadapannya.

Terpopuler

Comments

мєσωzα

мєσωzα

bintang bintang nya ini apa sih thor? ku gak bisa nebak masa.. 😅

2022-10-31

1

Sumawita

Sumawita

Tora bener bener kejam

2022-08-15

0

Jumi Saddah

Jumi Saddah

tora temen kenzo,,,karna salah faham jd musuhan,,

2022-06-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!