Part *11

"Ya Tuhan ... kenapa kamu malah mandi dengan air sejuk? Kamu habis kehujanan bukan? Jika kamu mandi dengan air sejuk, maka tubuhmu akan semakin kedinginan. Tubuh mu .... "

Nining tidak melanjutkan kata-katanya. Dia tahu, dia sedikit lepas kendali. Karena rasa cemas yang datang entah dari mana, yang begitu menguasai diri, dia lupa akan siapa dirinya di mata Tora.

"Lanjutkan menceramahi aku. Kenapa malah diam? Apa kamu sudah tidak punya kata-kata untuk kamu ucapkan lagi sekarang?"

Nining menundukkan kepalanya.

"Maaf. Aku sedikit lepas kendali. Aku hanya menjalankan amanah dari bi Siah untuk menjaga kamu."

"Amanah lagi amanah lagi. Aku bosan mendengar kata-kata itu. Kamu sudah berkali-kali mengulanginya. Jadi, tidak perlu diucapkan lagi. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan hanya karena amanah bi Siah."

Ada nada kecewa dari kata-kata yang Tora ucapkan. Sayangnya, Nining tidak mengetahui hal itu. Jangankan Nining, Tora saja tidak menyadari kalau dia mengeluarkan nada kecewa saat bicara.

Setelah kata-kata itu selesai Tora ucapkan, suasana kembali hening. Tora dan Nining tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Tapi, itu hanya sejenak saja. Karena Tora kembali mendengus akibat hatinya yang merasa kesal.

"Jika tidak ada urusan lagi, atau kamu sudah selesai menceramahi aku, kamu bisa pergi sekarang. Aku yakin, bi Siah tidak memberikan amanah untuk kamu tetap berada di depan kamarku sampai dia pulang."

Nining menarik napas panjang. Lalu melepaskan napas itu dengan kasar.

"Maaf. Sebenarnya, aku ke sini buat memberikan kamu susu jahe panas ini. Kamu baru saja kehujanan. Malam-malam lagi. Susu jahe sangat bagus buat menghangatkan tubuh."

"Susu ... jahe?" Tora berucap sambil melihat wajah Nining dengan seksama.

"Iya. Ini. Susu jahe yang aku racik sendiri. Ini bagus buat menghangatkan tubuh."

"Mm ... aku ... baiklah." Tora langsung menerima susu jahe tersebut dengan tangan agak berat.

"Kamu bisa pergi sekarang," ucap Tora lagi sambil beranjak masuk ke dalam kamar.

'Tidak perlu di katakan lagi, aku juga akan pergi. Huh ... jika bukan karena amanah dari bi Siah, mana mau aku bicara dengan dia. Sudah bagus tidak pernah bicara selama beberapa bulan. Eh, bi Siah malah pulang kampung. Yang parahnya lagi, malah nitip amanah buat ngurus dia. Kan gak benar itu namanya.'

'Lah aku juga tidak habis pikir dengan bibir ini. Lisan nakal gak bisa diajak kerja sama. Masa iya sekali bicara langsung ngerocos aja kayak petasan tahun baru imlek. Huh ... bikin kesal aja.'

Nining sibuk bicara dalam hati. Mengumpat juga memarahi dirinya sendiri yang tiba-tiba lepas kendali. Tanpa dia sadari, kalau dirinya masih diam di depan pintu kamar Tora tanpa beranjak sama sekali.

Hampir sepuluh menit dia diam di sana dengan pikiran yang masih memikirkan apa yang baru saja dia lakukan. Saat sadar, dia ingin segera beranjak. Tapi, bunyi benda jatuh dari dalam kamar Tora membuat Nining mendadak menghentikan langkah kakinya.

"Tora."

"Tora. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Nining sambil mengetuk pintu kamar tersebut.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut. Hal ini memicu rasa khawatir akan keadaan Tora yang berada di dalam sana.

Dengan menyingkirkan rasa canggung, takut, dan tidak enak hati, Nining segera memutar kenop pintu untuk melihat keadaan di dalam kamar tersebut. Saat pintu dia buka, Nining membulatkan mata karena melihat Tora yang sedang merintih terbaring di atas lantai.

"Tora!" Nining berucap sambil berlari agar segera sampai ke Tora yang sedang terbaring.

"Tora. Ada apa dengan kamu? Apa yang terjadi?"

Tidak ada jawaban dari laki-laki yang sepertinya sedang menahan sakit itu. Tubuhnya terlihat sedang menggigil pelan.

Dengan menyingkirkan semua rasa yang tidak enak dari hatinya, Nining memberanikan diri untuk menyentuh Tora. Saat tangan lembut itu menyentuh dahi, dia kaget dengan rasa panas yang bisa dia rasakan.

"Tora. Tubuhmu panas sekali. Kamu demam? Tapi ... kenapa bisa demam dengan waktu yang begitu cepat?"

"Ya Tuhan. Apa yang aku pikirkan. Kenapa malah memikirkan sesuatu yang tidak perlu seperti ini. Tentu saja dia bisa demam kapanpun demam itu mau mampir. Nining-Nining."

"Tora, aku tidak kuat buat angkat kamu naik ke atas ranjang. Tapi, aku akan bantu kamu naik. Tolong kerja samanya ya."

Tora tidak menjawab. Tapi sepertinya, dia bersedia mengikuti apa yang Nining katakan barusan. Dengan kerja sama yang mereka lakukan, akhirnya, Tora berhasil Nining pindahkan ke atas ranjang.

"Tunggu sebentar. Aku akan ambilkan air hangat untuk kompres kamu."

Selesai berucap, Nining ingin langsung beranjak meninggalkan Tora. Namun, baru saja Nining memutar tubuh untuk pergi, Tora dengan cepat menahan tangannya.

"Jangan pergi. Aku mohon." Tora berucap dengan suara yang sangat pelan. Bibirnya masih terlihat bergetar. Mungkin karena menahan sakit atau karena efek dari demam yang sedang dia alami.

"Tora. Aku pergi cuma ingin ambil air hangat saja. Tidak akan lama. Tubuhmu terlalu panas. Aku butuh air hangat untuk mengompres kamu agar suhu panas tubuhmu berkurang. Cuma cara itu yang bisa aku lakukan. Karena ini sudah terlalu malam. Aku tidak mungkin memanggil dokter untuk datang ke rumah buat ngobatin kamu."

"Tolong jangan pergi. Aku tidak kuat menahan rasa sakit ini jika kamu pergi. Sedetikpun. Tolong jangan pergi, Tami."

Nining terdiam dengan mata yang terus menatap Tora dengan tatapan sendu.

"Baiklah, aku tidak akan pergi. Tapi, katakan padaku apa yang sakit? Di mana kamu merasakan sakit sekarang?"

"Kepalaku. Rasanya, kepalaku seperti ingin pecah saja sekarang. Aku benar-benar tidak kuat lagi."

Tora bicara dengan mata yang masih tertutup rapat. Sejak tadi, dia terus menutup matanya. Tidak sekalipun mata itu dia buka. Hal itu membuat Nining semakin merasa cemas akan keadaan Tora.

Nining memilih mengikuti apa yang Tora inginkan. Tetap diam di kamar itu untuk menemani Tora. Namun, diam saja tanpa melakukan apapun bukanlah pilihan yang tepat. Setidaknya, dia harus bisa sedikit membantu agar panas itu bisa berbagi.

Entah punya ide dari mana, Nining lalu mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Tora yang terus menggigil dengan suhu tubuh yang terasa semakin panas. Lalu, dia dekap tubuh itu dengan erat.

"Semoga dengan cara ini, suhu panas di tubuhmu bisa berkurang. Maafkan aku yang tidak bisa menolong dengan cara yang lebih baik."

Nining benar-benar terlihat sangat cemas. Sampai-sampai, dia melakukan sesuatu yang sama sekali tidak dia pikirkan terlebih dahulu. Entah mengapa, saat melihat Tora yang sedang berada di situasi sulit, dia mendadak melupakan apa yang pernah Tora lakukan padanya selama ini.

Entah hati sudah mulai berubah, atau mungkin karena memang sedang merasa kasihan. Yang jelas, malam ini, mereka tidak terlihat seperti pasangan yang pernah punya masalah sebelumnya. Mereka lebih terlihat seperti pasangan yang benar-benar saling mencintai satu sama lain. Ketika satu terluka, yang satu juga ikut merasakan sakit. Begitulah keadaan yang mereka perlihatkan sekarang.

Terpopuler

Comments

Ami💞4hy🥀

Ami💞4hy🥀

klu dah sakit butuh orang lain juga kan tora

2022-06-30

3

Alifha Hasni

Alifha Hasni

seruh lanjut thooorr

2022-06-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!