Part *16

Beberapa menit melakukan adegan panas, akhirnya, Tora merasakan kepuasan. Permainan ganas yang dia lakukan membuat Nining terkulai lemah dan menderita kesakitan di beberapa bagian tubuh.

Nining meringis kesakitan sambil menarik selimut dengan susah payah. Dia sembunyikan tubuh penuh bekas itu di balik selimut. Sementara Tora, dia sibuk memungut pakaian yang dia buang secara sembarangan di atas lantai tadi. Selesai memakaikan pakaian, dia ingin beranjak meninggalkan kamar tersebut.

Namun, dia menoleh sesaat untuk melihat Nining yang terus menangis sambil bersembunyi di bawah selimut.

"Sekarang, harusnya kau puas, Tami. Aku sudah menjadikan kamu sebagai istriku. Sama persis dengan apa yang kamu inginkan, bukan?

Jadi, kenapa kamu malah menangis? Lagian, yang menikmati tubuhmu bukan orang lain. Melainkan, aku. Tora Suhendra suami sah mu."

Tora berucap dengan nada santai seperti tak ada beban. Sedikitpun dia tidak merasakan yang namanya rasa bersalah.

"Pergi, Tora. Pergi." Nining berucap dengan suara parau. "Aku tak ingin lagi mendengar suaramu. Pergi."

Tanpa menjawab apa yang Nining katakan, Tora langsung meninggalkan kamar tersebut. Dia pergi setelah merusak pintu karena tidak menemukan kunci yang dia buang.

Setelah kepergian Tora meninggalkan kamar itu, Nining berusaha sekuat tenaga bangun dari baringnya. Dia lalu menyeret kaki menuju kamar mandi.

Nining menyalakan shower. Lalu kemudian, dia berdiri di bawah air deras yang turun bak hujan lebat mengguyur bumi. Perlahan tapi pasti, Nining jatuh terduduk di bawah air yang turun deras. Dia diam di sana dengan memeluk kedua kaki sambil terus menangis.

"Kenapa begini, takdir? Kenapa aku terus terluka dan terus di sakiti? Kapan aku bahagia? Kapan?"

"Aku sudah kotor. Tidak ada gunanya lagi. Apa yang aku banggakan, sekarang sudah hilang. Sudah diambil paksa oleh orang yang tidak aku inginkan. Kenapa takdir ini terlalu kejam, ha? Apa tidak bisakah memberikan aku sedikit kebahagiaan? Aku juga ingin bahagia."

Puas bicara sendiri, Nining kembali menunduk untuk menyimpan wajahnya di balik lutut. Dia terluka. Dari hati, sampai ke tubuh, semuanya terasa begitu sakit sehingga tidak bisa dia lukis kan lagi bagaimana bentuk rasa sakitnya.

Sementara itu, Tora yang sudah selesai membersihkan diri, kini bergegas meninggalkan rumah. Dia melajukan mobilnya menuju salah satu apotik yang paling dekat dengan kediaman mereka.

Sebenarnya, dia bukan tidak peduli dengan derita yang Nining rasakan. Hanya saja, dia tidak ingin memperlihatkan rasa pedulinya itu secara terang-terangan.

Tapi, dia memang tidak merasa menyesal atas apa yang sudah dia lakukan. Karena dengan begitu, dia merasa sudah memiliki Nining seutuhnya. Dia juga beranggapan, apa yang dia lakukan itu adalah cara terbaik untuk mempertahankan Nining agar menjadi milik dia selamanya.

Tora kembali setelah mendapatkan obat pereda nyeri yang dia cari. Dia masuk ke kamar dengan membawa obat tersebut. Namun, saat tahu Nining berada di kamar mandi, Tora tidak memanggilnya. Dia lalu meletakkan obat itu di atas nakas. Kemudian, kembali meninggalkan kamar tersebut.

Sementara itu, di sisi lain, Ina sedang mengeram kesal. Dia sudah berkali-kali menghubungi Tora, tapi laki-laki itu sama sekali tidak mengindahkan panggilannya. Bahkan, Tora malah mematikan sambungan ponsel sehingga Ina tidak bisa menghubunginya lagi.

"Sial! Baru pertama kali aku merasa diabaikan seperti ini oleh laki-laki. Biasanya, mereka yang datang dan mengejar-ngejar aku." Ina kesal sambil membanting ponselnya di atas kasur.

"Tapi kali ini, sepertinya aku dapatkan calon yang sesuai dengan apa yang aku cari selama ini. Laki-laki yang susah untuk ditaklukkan. Benar-benar luar biasa." Kali ini, Ina malah tersenyum menyeringai sambil melihat pantulan bayangannya yang ada di dalam cermin.

"Tapi tunggu. Aku seperti merasa ada hubungan yang tidak beres antara Tora dengan perempuan yang dia katakan pembantu. Hubungan mereka terlalu aneh jika ingin disebut sebagai pembantu dengan majikan. Terlalu tidak masuk akal jika di perhatikan."

"Ya, aku harus minta bantuan seseorang buat menyelidiki semua ini. Aku harus tahu semua tentang kehidupan Tora. Dia adalah laki-laki pertama yang tidak terlalu tertarik dengan aku. Jadi, aku harus dapatkan dia bagaimanapun caranya. Jika perlu, aku pasti akan singkirkan semua penghalang agar membuka semua jalan untuk aku dengan Tora bersama."

Dia lalu menghubungi orang yang dia maksud. Meminta orang itu mengawasi Tora agar bisa mencari tahu semua tentang Tora. Orang itu langsung setuju dengan permintaan Ina. Tanpa persyaratan, atau tanpa bantahan sedikitpun.

Ina bukan gadis cantik sebenarnya. Dia hanya punya sedikit kelebihan, yaitu, pandai menggoda kaum adam dengan cara yang unik. Sebenarnya, ini bukan kelebihan, melainkan aib buat pelakor bagi istri sah. Bagaimana tidak? Menggoda kaum laki-laki itu pasti bukan hal yang baik menurut sesama perempuan. Itu terdengar seperti perempuan murahan.

Tapi, Ina menganggap itu adalah kelebihan yang dia miliki. Karena selama ini, dia selalu diperlakukan dengan istimewa oleh kaum laki-laki dari yang belum punya pasangan, sampai dengan yang sudah punya istri. Semua akan mampu dia taklukan.

Dia juga tidak terlahir dari keluarga yang punya kedudukan tinggi. Orang tuanya adalah orang kampung yang datang merantau mengadu nasib ke kota. Mereka hidup dengan sederhana selama ini.

Karena hal itu, Ina begitu tertarik dengan Tora. Sudah tampan, kaya, dan punya sifat yang berbeda dari laki-laki lain. Hal itu membuat Ina merasa kalau Tora punya daya tarik tersendiri. Daya tarik yang memicu hatinya begitu bertekad untuk memiliki Tora seutuhnya.

"Aku serahkan semuanya padamu, kak. Semoga kamu tidak mengecewakan aku. Aku ingin informasi tentang laki-laki bernama Tora secepatnya." Itulah yang Ina ucapkan setelah sambungan panggilan antara dia dengan orang itu terputus.

"Aku tahu kamu selalu bisa aku andalkan. Meski kali ini mungkin akan lebih sulit dari yang telah lalu, tapi aku harap kamu tidak mengecewakan aku."

Ina kembali berucap sambil melihat layar ponsel yang ada di hadapannya. Dia begitu yakin dengan kinerja orang yang dia hubungi barusan. Hal itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Karena tugas yang dia berikan buat orang itu bukan yang pertama kalinya. Ini sudah yang kesekian kali dia meminta orang tersebut mencari tahu semua tentang laki-laki yang dia incar. Semuanya berhasil orang itu lakukan.

***

Hampir setengah jam Tora meninggalkan kamar Nining. Tapi, Nining masih tetap belum terlihat keluar dari kamarnya. Tora yang diam di ruang tamu, kini merasa sedikit cemas. Dia pun memutuskan untuk memeriksa langsung ke kamar Nining.

Saat membuka pintu kamar, Tora sama sekali tidak menemukan keberadaan Nining di kamar itu. Tapi, dia masih bisa mendengar bunyi percikan air dari kamar mandi.

Terpopuler

Comments

Sumawita

Sumawita

Pelakor udah datang, Semoga Tora ga tergoda SM wanita Pelakor itu

2022-08-15

0

Ami💞4hy🥀

Ami💞4hy🥀

pergi aja Ning,biar Tora kelimpungan

2022-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!