Berakhirnya Teror

Ketika Ara dan Alisha tengah kebingungan, patung yang mereka cari tiba-tiba terlempar ke tengah-tengah mereka.

"Ra ini kan patung yang kita cari" kata Alisha menunjuk patung di tengah-tengah mereka.

"Iya Al, ya udah kita bakar aja langsung Al"

"Iya Ra"

Ara langsung menyalakan korek ke tengah-tengah patung itu sedangkan Alisha meletakkan barang-barang yang mudah terbakar ke atas patung itu untuk memperbesar apinya karena minyak mereka telah habis untuk membakar rumah yang kembali utuh itu.

Patung itu perlahan dilalap si jago merah dan hantu noni Belanda itu muncul dan mengerang kesakitan.

"ARgh!" teriak hantu noni Belanda itu.

"Rasakan itu Brechtje Anneliese! sekarang kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal atas semua kejahatan kamu yang telah merenggut nyawa mereka semua hanya karena dendam mu kepada pria yang telah membunuh mu itu kamu malah membunuh orang yang tidak bersalah Brechtje"

"ARgh!" teriak hantu noni Belanda itu.

Ara berlari ke dalam rumah Alisha mengambil sisa minyak yang ada di dalam dapur. Ara menuangkan minyak itu yang membuat apinya semakin membesar dan patung itu semakin hancur menjadi abu. Bersamaan dengan hancurnya patung itu, keluarlah tulang belulang yang patah dari dalam patung itu. Sebenarnya maksud dari Brechtje adalah mengeluarkan tulang belulangnya dari dalam patung itu. Alisha dan Ara membiarkan tulang Brechtje terbakar bersamaan dengan terbakarnya sisa patung. Tulang dan patung itu pun kini telah menjadi debu, Alisha dan Ara mengumpulkan abu itu dan memasukkannya ke dalam plastik. Alisha dan Ara membuang sisa abu itu ke lautan dengan harapan jika Brechtje tidak mengganggunya lagi.

Alisha dan Ara kembali ke rumah untuk membersihkan sisanya dan membuang sisanya ke comberan. Alisha dan Ara mengundang tetangga sekitar untuk datang ke pengajian rumahnya karena rumah itu belum sempat dilakukan pengajian.

Warga sekitar dengan menahan rasa takutnya akhirnya mau datang ke rumah itu setelah di yakinkan oleh Alisha dan Ara.

Pengajian malam hari pun tiba. Ustadz mulai memimpin untuk mengadakan pengajian. Ketika ayat suci Al-Qur'an mereka lantunkan, para penghuni gaib berdatangan dan teriak kesakitan. Para warga yang melihatnya sontak ketakutan tetapi ustadz menyuruh mereka semua untuk tidak takut dan tetap fokus melantunkan ayat suci Al-Qur'an agar para penghuni gaib bisa pergi dari dalam rumah itu.

"Tenang semua jangan ada yang panik, jangan ada yang takut, ingat, derajat manusia lebih tinggi daripada bangsa mereka, kita lanjutkan saja bacaannya agar mereka semua bisa keluar dari dalam rumah mbak Alisha dan tidak membunuh siapapun lagi" kata pak ustadz.

"Baik pak ustadz" kata para warga kompak.

Alisha bukan hanya mengadakan pengajian bapak-bapak tapi juga pengajian ibu-ibu agar semakin ramai orang yang mendoakan untuk rumahnya agar tidak dihuni oleh penghuni tak kasat mata lagi. Para makhluk halus itu seketika menghilang entah kemana setelah sekian lama berteriak kesakitan karena mendengar ayat suci Al-Qur'an yang mereka bacakan.

Alisha dan Ara melihat sekelilingnya untuk memastikan apakah mereka semua sudah pergi atau belum, ketika merasa mereka semua sudah pergi, Alisha dan Ara pun saling berpegangan tangan dan tersenyum menatap satu sama lain.

"Oke bapak-bapak dan ibu-ibu semua, cukup sudah pengajian kita hari ini, semoga rumah mbak Alisha bisa menjadi rumah yang damai dan tenteram tanpa adanya gangguan dari penghuni tak kasat mata lagi" kata pak ustadz tersenyum menatap Alisha.

"Aamiin" kata para warga kompak.

Alisha dan Ara pun tersenyum saling menatap satu sama lain.

"Terima kasih pak ustadz dan para warga sekalian yang mau datang untuk mendoakan rumah saya ini, semoga tidak ada lagi gangguan dari mereka yang tak terlihat itu, dan semoga tidak ada lagi korban yang berjatuhan di dalam rumah ini" kata Alisha tersenyum menatap para warga.

"Aamiin" kata para warga kompak.

Satu persatu warga mulai meninggalkan rumah Alisha begitu juga dengan pak ustadz.

"Malam ini kita menginap di dalam rumah ini?" tanya Ara menatap Alisha.

"Iya Ra, kita mau kemana lagi emangnya? lagipula kan kita sudah mengadakan pengajian tadi, patung itu juga sudah berhasil kita bakar, ya semoga semuanya berakhir pada hari ini juga"

"Apa kamu yakin Al?"

"Iya Ra aku yakin, kita harus yakin dan percaya ini semua akan berakhir" kata Alisha tersenyum menepuk pundak Ara.

"Iya Ra"

Alisha dan Ara pun masuk ke dalam mengunci pintu rumahnya. Suasana di rumah itu seketika berbeda saat sebelum diadakan pengajian.

"Kamu ngerasa gak sih Ra kalau suasana rumah ini tuh mendadak berbeda setelah selesai pengajian?" tanya Alisha.

"Iya sih Al, kayak beda gitu suasana rumahnya, kayak lebih menenangkan gitu ya?"

"Iya Ra, suasananya kayak menenangkan gitu biasanya kan kayak sesak, penuh gitu kan? padahal kan kita cuma berdua di dalam rumah ini, tapi kayak ngerasa gerah aja gitu, kayak penuh banget isi rumahnya"

"Iya Ra, ini kayak berasa lega gitu gak sih? kayak lebih menenangkan aja gitu"

"Iya Al benar"

"Ya udah yuk kita tidur aja" kata Ara.

"Iya Ra"

Keesokan harinya Ara dan Alisha terbangun setelah tidur nyenyaknya.

"Lu ngerasa gak sih Al kayak malam ini tuh tidur juga jauh lebih enak aja gitu, iya gak sih?"

"Iya Ra, tidur jadi jauh lebih enak, biasanya kan kita tidur gak pulas ya? selalu ada aja gangguan dari mereka"

"Iya Al benar, sumpah gak enak banget kemarin itu tidur ke ganggu banget, gak bisa pulas, sekarang enak banget bisa tidur pulas tanpa ada yang menganggu"

"Iya Ra, Ra gimana kalau keluarga kamu bawa kesini aja biar tinggal sama kita"

"Hm aku yatim piatu Al, ayah dan ibu ku udah lama meninggal dunia, aku cuma tinggal sama paman dan bibi ku aja, aku gak enak sama mereka, makanya aku merantau dan membeli rumah ini sebelum akhirnya aku meninggalkan rumah ini pergi karena gangguan dari mereka semua.

"Innalilahi wa innailaihi raji'un, maaf ya Ra aku gak tahu"

"Iya Al gak apa-apa kok" kata Ara tersenyum menepuk pundak Alisha.

"Hm kalau gitu paman dan bibi kamu suruh kesini aja main gitu, nginep sehari dua hari gitu"

"Iya Al, keluarga kamu juga bawa aja kesini"

"Hm keluarga yang mana Ra? ayah aku selingkuh dengan wanita lain dan ibu ku juga selingkuh dengan pria lain, keduanya sama-sama memiliki keluarga baru, lantas keluarga yang mana yang harus aku bawa ke dalam rumah ini? aku bahkan tidak tahu lagi apakah aku masih memiliki keluarga atau tidak ya karena mereka sama-sama sudah memiliki dunianya sendiri, mereka tidak pernah mempedulikan aku" kata Alisha menunduk sedih.

"Kamu yang sabar ya Al" kata Ara menepuk pundak Alisha tersenyum.

"Iya Ra" kata Alisha tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!