Kembali ke Bentuk Semula

"Al sebaiknya kita bicarakan hal ini diluar aja yang jauh dari rumah ini gimana?" tanya Ara.

"Oke juga Ra ya udah yuk" kata Alisha menganggukkan kepala.

Ara mengajak Alisha untuk pergi ke rumah teman kerjanya dulu.

"Assalamualaikum Ri" kata Ara mengetuk pintu rumah Fahri.

"Wa'alaikumsalam" kata Fahri membukakan pintu mencari siapa yang datang.

"Kening kamu kenapa Ra?" tanya Fahri menunjuk kening Ara yang terluka karena terbentur tadi.

"Gak apa-apa kok Ri, tadi aku terbentur aja sama ujung meja gara-gara kepleset" kata Ara tersenyum kecil.

"Astagfirullahaladzim, makanya kamu hati-hati dong Ra biar gak terluka kayak gitu, yaudah ayok masuk biar aku obatin luka kamu itu" kata Fahri menarik tangan Ara sedangkan tangan Ara yang lainnya menarik tangan Alisha.

Fahri bergegas pergi ke atas mengambil kotak obatnya dan mengobati luka di kening Ara.

"Ekhem!"

"Kenapa sih Ra? batuk? minum obat, Fahri kamu ada obat batuk gak? kasih ke Alisha kalau ada"

"Ini obat batuknya diminum dulu" kata Fahri memberikan obat batuk pada Alisha.

Alisha menerima obat batuk dengan ekspresi kebingungan karena sebenarnya ia tidaklah batuk melainkan hanya memberikan kode pada Ara dan Fahri untuk tidak bermesraan di depan matanya tetapi ia malah diberikan obat batuk karena disangka sedang batuk beneran.

Alisha meletakkan kembali obat batuk itu diatas meja.

"Kenapa? kok gak diminum sih?" tanya Fahri.

Alisha hanya terdiam menatap Fahri dan Ara.

Ara memberikan Fahri kode dengan matanya dan Fahri segera pergi dari sana.

Fahri kembali lagi dengan membawakan dua gelas air dan satu sendok untuk Alisha meminum obat batuknya.

"Ini airnya dan ini sendoknya, silakan diminum sendiri ya obat batuknya, itu ada anjuran minum obatnya di kotak belakangnya baca aja, seinget gw sih satu sendok makan, tapi biar gak salah lu baca aja lagi, soalnya udah lama banget gw gak minum obat batuk itu, coba liat dulu expired nya masih lama kagak? kayaknya sih obat itu gw baru beli sih, tapi ada baiknya dilihat aja dulu" kata Fahri.

Alisha menepuk keningnya sendiri mendengar perkataan Fahri. Fahri dan Ara masih belum mengerti apa maksudnya yang sebenarnya itu.

"Gw gak terbiasa minum obat, gak apa-apa kok nanti juga hilang sendiri batuknya" kata Alisha memegangi tenggorokannya.

"Oh oke" kata Fahri.

"Kamu kesini ada keperluan apa Ra? tumben kesini, biasanya kamu kan kalau lewat sini juga gak pernah mampir" kata Fahri.

"Iya Ri kita mau ngungsi dulu rencananya dirumah lu karena ada yang mau kita omongin dan gak bisa diomongin dirumah Alisha ataupun di apartemen gw, makanya gw ajak Alisha ke rumah lu aja" kata Ara.

"Four eyes?"

"Yeah"

"Okay" kata Fahri yang langsung pergi dari sana.

"Al, kita harus ngelakuin hal apalagi ya untuk memusnahkan teror hantu noni Belanda itu?"

"Hm Ra gw ada ide nih"

"Ide apaan Al?"

"Kita kan gak bisa bakar patung itu, gimana kalau kita bakar aja rumahnya sekalian? kan dia tadi bilang jika tulang-tulangnya masih ada didalam rumah itu beserta tulang dari semua korbannya dia, kalau kita bakar rumahnya kan otomatis tulang-tulangnya ikut kebakar dong?"

"Iya sih kebakar, terus apa hubungannya?"

"Dia bilang kan dia masih ada dendam sama pembunuhnya itu, berarti kan dia gentayangan karena tidak pernah dikebumikan dengan layak bener gak?"

"Iya, terus?"

"Nah itu dia makanya Ra, kita juga kan gak bisa menguburkan mereka secara layak karena mereka semua penipu, jadi kita bakar aja sekalian rumahnya"

"Apa lu yakin Al mau bakar rumah lu sendiri?"

"Iya gw yakin Ra, lagipula dengan adanya dia didalam rumah itu juga bikin gw gak tenang, gak nyaman buat tinggal di dalam rumah itu, jadi ya untuk apa dipertahankan lagi, iya kan?"

"Iya sih Al, tapi kalau kita bakar rumah itu apa gak merembet apinya ke rumah warga?"

"Kayaknya enggak sih Ra, soalnya kan rumah sampingnya itu terpisah kan gak nempel dindingnya, sepertinya sih aman deh Ra, kita bakar aja yuk"

"Sekarang juga?"

"Lah iya Ra, terus mau kapan lagi Ara?"

"Lu mau bakar pakai apaan deh?"

"Pakai api sama minyak tanah lah kalau gak bensin"

"Kayak punya kendaraan aja lu"

"Emangnya gak bisa beli apa? bensin eceran banyak Ra yang di botolan tinggal beli aja ribet banget deh lu, ya udah ayok kita beli bensinnya"

"Ya sabar kali, kita pamitan dulu sama Fahri gak enak lah, kita kan lagi bertamu dirumahnya masa tiba-tiba nyelonong pergi gitu aja, udah kayak maling aja deh"

"Yaudah cepetan"

"Fahri" panggi Ara.

"Iya Ra ada apa?"

"Ri, gw sama Alisha pamit pulang ya assalamualaikum"

"Ini gak mau diminum dulu?"

"Gak usah Ri"

"Yaudah kamu hati-hati ya Ra wa'alaikumsalam" kata Fahri tersenyum.

Ara membalas senyuman Fahri namun Alisha menarik tangan Ara untu pergi dari sana.

Mereka pun pergi membeli beberapa botol bensin eceran dan korek gas. Mereka kembali ke rumah terkutuk itu dan menyiramkan bensin di luar rumah, dan melemparkannya ke dalam pekarangan juga. Mereka menyalakan korek gas dan melemparkannya. Api perlahan mulai membesar dan menutupi sebagian rumah itu.

Alisha dan Ara terlihat sangat senang melihat api itu menyebar begitupun dengan tetangga di sekelilingnya yang ikut bahagia karena Alisha dan Ara telah membakar rumah terkutuk itu.

Rumah itu habis dilahap si jago merah hingga hanya menyisakan abu. Tidak ada rumah lain yang terbakar karena mereka membakar rumah terkutuk itu.

Alisha dan Ara segera meninggalkan tempat itu begitupun dengan tetangga sekitar, namun saat mereka berbalik badan rumah itu kembali berdiri kokoh seperti tidak mengalami kebakaran sama sekali.

"What? aa-apa yang sebenarnya terjadi? tadi kita udah bakar rumah itu kan Ra?"

"Iya Al tadi kita udah bakar rumah itu tapi kenapa rumah itu kembali berdiri kokoh seperti tidak terjadi apapun dengan rumah itu?"

"Ada apa ini sebenarnya?"

"Ayok Ra kita harus masuk ke dalam rumah itu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi" kata Alisha menarik tangan Ara masuk kedalam rumah terkutuk itu.

Alisha dan Ara melihat sekelilingnya yang bahkan tidak ada kerusakan sedikitpun padahal tadi mereka melihat semuanya dengan jelas jika rumah itu habis dilahap si jago merah dan hanya menyisakan abu saja tapi kenapa rumah itu masih dalam bentuk serupa seperti awal mereka memasuki rumah terkutuk itu.

"Kenapa rumah ini tidak bisa dibakar? padahal tadi sudah menjadi abu mengapa berdiri lagi dengan kokoh?"

"Aku gak tahu Ra" kata Alisha frustasi dan jatuh ke tanah sembari masih terus memandangi rumah itu mengacak-acak rambutnya karena bingung dengan semua yang terjadi.

Ara pun duduk di sebelah Alisha kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!