Sky meminta Sean untuk mengirimkan setiap postingan terbaru dari Daniel. Sky beralasan bahwa ia ingin mengetahui bagaimana kabar Daniel, sahabatnya. Namun sebenarnya ia ingin melihat Ivy.
Sudah lama sekali Sky menutup hatinya, mungkin sejak kedua orang tuanya mulai bertengkar dan akhirnya berpisah. Namun, ketika ia mengetahui bahwa Ivy pergi dan kemungkinan semua itu karena apa yang telah ia lakukan, membuat sebagian dari dirinya terasa hilang.
Sky terus memegang ponselnya dan melihat ke arah foto yang diposting oleh Daniel. Ia memperbesar foto tersebut di bagian Ivy dan memperhatikannya dengan dalam. Senyum manis yang tercipta di wajah Ivy begitu indah, tak pernah Sky lihat sebelumnya Ivy tersenyum seperti itu dulu.
Apa mereka bersama sekarang? - batin Sky.
Pintu kamar tidur Sky terbuka dan muncullan Gil dengan kemejanya. Dengan sebelah tangan ia melonggarkan dasinya, kemudian duduk di tepi tempat tidur.
“Beneran Sky?” tanya Gil.
“Beneran apa? Dateng-dateng nanta yang nggak jelas,” tanya Sky sambil meletakkan ponselnya di atas nakas.
Gil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menatap ke langit-langit. Ia kemudian menolehkan wajahnya ke arah Sky.
“Daniel sama Ivy,” kata Gil.
“Menurut lo?” Kini Sky turut merebahkan tubuhnya di tempat tidur bersebelahan dengan Gil.
Saat ini Gil sudah membuka sebuah showroom mobil. Ia sangat suka mengoleksi mobil dan motor, hingga ia pun pada akhirnya terjun ke dunia bisnis yang berhubungan dengan hobby-nya. Ia sangat menikmati semuanya karena ia menyukainya, jadi serasa tak bekerja.
“Lo nggak apa-apa kan, Sky?” tanya Gil.
Secara tidak langsung Gil mengetahui bahwa Sky memiliki perasaan kepada Ivy, hanya saja sahabatnya itu tak pernah mau mengakuinya. Sky memang menyembunyikan perasaannya dalam-dalam. Ia sangat tidak tersentuh oleh wanita manapun, karena itulah ia dikenal banyak orang sebagai pribadi yang sangat dingin. Namun jika ia berada bersama sahabat-sahabatnya dan juga dengan Grandpa Luther, sikapnya akan berubah.
**
Selama Ivy melakukan pekerjaan koas-nya, ia sangat terbantu dengan keberadaan Daniel, di mana Daniel selalu membantunya untuk mengenal dan mengerti seluk beluk rumah sakit. Hingga semakin hari, hubungan mereka pun semakin dekat.
“Vy, temenin aku makan yuk!” ajak Daniel.
“Ayo kak!” Ivy meletakkan map tentang catatan seorang pasien di atas meja.
Mereka pergi ke sebuah cafe yang lokasinya tak berada jauh dari rumah sakit. Setelah memesan makanan, mereka berbicara sambil bercanda. Daniel merasa sangat nyaman berada bersama Ivy, begitu pun sebaliknya.
Makanan yang mereka pesan sudah datang dan kini mereka menyantapnya. Baru saja mereka menyelesaikan makan mereka, Daniel dengan penuh keberanian memegang tangan Ivy, membuat Ivy sedikit kaget.
“Vy,” Daniel menatap manik mata Ivy lekat-lekat.
“Aku suka sama kamu. Aku merasa sangat nyaman setiap kali bersamamu. Aku bisa menjadi diriku sendiri dan aku ingin kita bisa menjalin hubungan lebih dari hanya sekedar teman. Apa kamu mau menjadi kekasihku?” tanya Daniel.
Ivy menatap Daniel, melihat sinar matanya yang memancarkan ketulusan dan kasih yang besar. Ivy pun menganggukkan kepalanya, membuat seulas senyum tercipta di wajah Daniel. Seseorang yang sudah ia sukai dan menempati tempat khusus di dalam hatinya, kini menerima cintanya. Betapa besar kebahagiaannya? Sungguh tak terkira.
Daniel pun mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto mereka berdua yang sedang berpegangan tangan. Foto itu memperlihatkan betapa bahagiannya mereka berdua.
**
Jam pulang kantor telah lama usai, tapi Sky masih berada di dalam ruangannya. Ia terdiam dan merenung. Ia juga telah meminta Sean untuk pulang terlebih dahulu.
Sebuah foto terpampang di layar ponselnya dengan judul ‘Finally’ . Genggaman tangan yang begitu erat dan senyum yang terlihat menghiasi wajah keduanya, seketika membuat hatinya hancur.
Tangan itu terus memegang ponselnya dan manik mata hazel tak lepas melihat foto tersebut. Apakah ia harus senang atau tidak, hanya itu yang terus melintas di dalam pikirannya.
Sky meletakkan ponselnya dengan layar yang menghadap ke bawah. Ia menelungkupkan wajahnya ke atas meja dengan tangan sebagai alasnya. Ingatannya seakan kembali saat masa-masa sekolah.
Jika saja ia bisa bersikap lebih ramah.
Jika saja ia tak menjadi pribadi yang pemarah dan pemaksa.
Jika saja ia mendekati Ivy dengan cara yang benar.
Jika saja ia tak melakukan hal yang buruk pada Ivy.
Jika saja ia tak pernah menjalankan rencana bodoh yang sekarang menjadi hal yang akan menghalanginya untuk dekat dengan Ivy.
Sky tahu bahwa Ivy pasti sudah membencinya karena ia telah melakukan hal yang buruk dan juga mempermalukannya ke seluruh siswa-siswi sekolah, hingga membuat gadis itu harus berhenti dan pindah dari sekolah itu.
**
Keesokan paginya,
“Sky, lo nggak pulang?” tanya Sean yang masuk ke dalam ruangan.
Ia melihat sahabat sekaligus atasannya itu masih menggunakan pakaian yang sama dengan yang dipakainya kemarin. Suasana ruangan pun tidak berubah, semua dokumen masih dalam posisi yang sama seperti Sean meninggalkannya kemarin sore.
Sean melihat hanya ada sebuah ponsel di atas meja dan tangan Sky masih menggenggamnya. Sean berkesimpulan bahwa semalaman sahabatnya itu hanya memegang ponsel.
“Lo mau pulang atau gue bawain baju baru ke sini?” tanya Sean.
“Gue pulang aja, Se. Oya, tolong cancel semua jadwal gue hari ini, gue mau istirahat,” kata Sky sambil meraih jas yang tersampir sembarangan di lengan kursi. Ia segera keluar dari ruangan meninggalkan Sean.
Sky, apa jangan-jangan lo … - batin Sean.
Sean langsung meraih ponsel yang ada di dalam sakunya. Ia menekan layar beberapa kali dan menghubungi seseorang.
“Gil, tolongin gue,” Sean segera menceritakan semua yang terjadi pada Gil.
**
Baru saja Sky masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba pintu kamarnya sudah terdorong lagi.
“Sky, lo kenapa? Lesu amat kayaknya,” kata Gil.
Sky mengerutkan dahinya. Ia sudah berpesan pada security dan juga pelayan di rumahnya agar tidak membiarkan siapapun mengganggunya.
Hah hah hah hah …
Sky melihat Bi Olla yang sedang berada di depan pintu terdiam dengan nafas terengah-engah dan berusaha menjangkau tangan Gil.
“Ma-af Tu-an. Bi-bi nggak sang-gup nge-jarnya. Ce-pet ban-get, ka-yak lagi la-ri dike-jar debt co-llector,” kata Bi Olla terputus-putus.
“Bi!!! Aku ini Gil loh. Mana mungkin sih dikejar debt collector. Kalau dia ngejar aku tuh mesti ngelewatin 7 tanjakan 7 turunan, mengarungi sungai hingga samudera,” kata Gil melipat kedua tangan di depan dada.
“Udah Bi, nggak apa-apa. Ini anak mah biasa, masuk tanpa permisi, dateng juga nggak diundang,” kata Sky sambil menoyor kepala Gil.
“Sekalian pulang nggak perlu dianter!” celetuk Gil kesal karena disamakan dengan setan jelangkung yang terkenal dari Indonesia. Ia berbalik menoyor Sky.
Bi Olla akhirnya pergi dari kamar tidur Sky dan menutup pintunya. Sementara itu Sky langsung masuk ke dalam kamar mandi. Ia ingin berendam air hangat sebentar untuk menenangkan pikirannya. Sementara itu Gil duduk di sofa menghadap ke arah televisi, sibuk sendiri dengan ponsel di dalam genggamannya.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
nah loh sky...keduluan daniel kamu...
2022-07-03
0
🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
👍👍👍 ... ❤️🤗😘
2022-07-03
0