#10

Minggu berlalu minggu …

“Tuan Arthur, anda diminta untuk menemui Tuan Luther sekarang,” Arthur menerima panggilan telepon dari sekretaris Tuan Luther yang bernama Lily.

“Baik, saya akan segera ke sana. Terima kasih.”

Arthur mempersiapkan laporan akhir mengenai sistem manajemen yang diminta oleh Tuan Luther beberapa hari yang lalu. Pekerjaannya hampir selesai di perusahaan ini, dan sepertinya ia akan segera dipindahtugaskan lagi karena sudah ada e-mail pemberitahuan dari perusahaan yang menaunginya.

“Nona Lily, Tuan Luther …?” tanya Arthur pada sekretaris Tuan Luther sebelum ia memasuki ruangan komisaris perusahaan.

“Ada di dalam tuan, silakan langsung masuk saja,” jawab Lily.

Arthur mengetuk pintu ruangan komisaris perusahaan tersebut lau membuka pintunya. Arthur sangat kaget ketika melihat Tuan Luther sedang dalam posisi setengah berlutut di depan meja kerjanya, sambil memegang dada sebelah kirinya. Arthur langsung memanggil Lily.

“Nona Lily, tolong panggilkan ambulance segera. Tuan Luther …,” Lily yang melihat keadaan Tuan Luther pun langsung mengakat telepon dan menghubungi ambulance.

Ambulance datang tepat pada waktunya dan langsung membawa Tuan Luther menuju ke rumah sakit, Robert Hospital. Para direksi rumah sakit sudah diberitahukan oleh Lily bahwa Tuan Luther sedang dalam perjalanan menuju ke sana. Mereka langsung dengan sigap mempersiapkan ruangan dan juga tenaga media agar bisa segera menangani Tuan Luther dan memberikan yang terbaik.

Arthur juga turut menemani Tuan Luther di dalam ambulance. Di dalam ambulance, ia seakan merasa dejavu. Ia mengingat kembali saat istrinya, Keiko, dibawa di dalam ambulance seperti ini. Saat itu yang ia bisa dengar hanyalah suara tangisan Ivy. Namun, nasib berkata lain. Akibat penanganan yang lambat, istrinya meninggal di dalam perjalanan ke rumah sakit.

Tuan Luther langsung dibawa ke bagian gawat darurat, sementara Arthur hanya menunggu di luar ruangan untuk menunggu kabar. Para tenaga medis langsung bekerja untuk menangani Tuan Luther.

Arthur mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Lily, agar Lily bisa segera menghubungi keluarga Tuan Luther.

Arthur melihat ke arah pergelangan tangannya. Ia melihat waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore dan sudah lama ia berada di rumah sakit. Tuan Luther pun kini sudah berada di dalam ruang ICU untuk mendapatkan penanganan lebih dan perhatian khusus.

**

Sky yang mendapatkan telepon dari Lily, sekretaris kakeknya, langsung pergi menuju Robert Hospital. Ia berlari menyusuri koridor rumah sakit di mana ruang ICU berada. Wajahnya terlihat pucat dan gelisah.

Seorang dokter yang sedari tadi berada di ruang ICU kini keluar, menghampiri Tuan Arthur dan juga Sky.

“Tuan Luther sudah tidak apa-apa. Beliau mengalami serangan jantung, kemungkinan akibat stres san juga kelelahan. Saat ini beliau masih dalam pengaruh obat. Saat ia sadar nanti, kami akan melakukan beberapa observasi lagi sebelum memindahkannya ke ruang rawat inap,” jelas Dokter Frans, yang merupakan dokter keluarga Robert.

“Terima kasih, Dok,” kata Arthur sambil membungkukkan tubuhnya sedikit.

Sky menoleh ke arah Arthur, “anda yang membawa Grandpa ke sini?”

“Ya, bersama dengan ambulance,” jawab Arthur.

“Terima kasih banyak. Dari sini biar saya yang akan mengurus semuanya. Anda bisa pulang. Sekali lagi, terima kasih,” kata Sky sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

“Baik, Tuan.”

“Sky. Panggil saja saya Sky.”

Arthur sedikit membungkukkan tubuhnya. Ia pamit dan undur diri. Ia akan kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

**

Pengumuman kelulusan telah selesai. Sekolah mereka mencapai kelulusan 100% dan tentu saja nilai tertinggi diraih oleh Daniel.

Mereka semua akan mengadakan pesta sebagai bentuk perayaan kelulusan dan juga perpisahan. Acara tersebut diadakan di sebuah hotel bintang 5 yang ada di pusat Kota New York.

Mereka mengundang seluruh siswa-siswi, baik kelas 1, kelas 2, dan guru-guru yang ingin ikut. Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka diadakannya acara seperti ini setiap tahun.

Selain merayakan kelulusan dan perpisahan dengan siswa-siswi kelas 3, mereka juga merayakan selesainya ujian akhir tahun ajaran bagi kelas 1 dan kelas 2.

“Vy, lo ikut kan?” tanya Rey.

Ivy yang sedang membaca buku menoleh ke arah Rey, “ikut apaan?”

“Party Vy, party!” kata Rey sambil menggoyangkan tubuhnya, membuat yang lain terkekeh.

“Iya Vy, setahun sekali doank loh. Rugi kalau nggak ikutan,” kata Flora menimpali.

“Dia itu cuma anak pindahan, ngapain pakai diajak-ajak segala? Mendingan nggak usah. Kalian itu cuma buang-buang tenaga aja,” gerutu Juliet.

“Gue jemput ya Vy, barengan Flora juga,” bujuk Rey.

“Ya udah, aku ikut,” akhirnya Ivy menerima ajakan teman-temannya. Ia tak pernah berkumpul bersama teman sekelasnya. Biarlah ia mencobanya sekali ini, ia ingin merasakan memiliki teman.

Waktu istirahat tinggal 10 menit lagi. Ivy segera mengepak buku-buku yang ia pinjam dari Daniel. Ivy berniat untuk mengembalikannya, sekaligus mengucapkan terima kasih.

Ia membawa tas tersebut keluar dari kelas menuju ke lantai 3, di mana kelas 3 berada. Ivy mengintip ke dalam kelas Daniel, ia bisa melihat di sana ada Daniel bersama dengan sahabat-sahabatnya.

“Kak, Kak Daniel,” panggil Ivy.

Daniel melihat ke arah pintu. Ia langsung tersenyum ketika melihat Ivy berdiri di sana memanggilnya. Sky, Gil, dan juga Sean hanya melihatnya saja. Daniel langsung beranjak dari kursinya dan menghampiri Ivy.

“Ada apa Vy?” tanya Daniel.

“Ini kak, terima kasih untuk buku-bukunya. Aku sangat terbantu sekali,” Ivy menyerahkan tas itu kepada Daniel.

“Jadi hak milik juga nggak apa-apa kok Vy. Aku udah nggak pakai lagi,” kata Daniel.

“Jangan kak. Aku cuma pinjam aja, jadi memang sudah seharusnya dikembalikan.”

“Oya Vy, aku boleh minta nomor ponsel kamu?” tanya Daniel.

“Boleh kak, tapi aku jarang pegang ponsel,” Ivy sudah menghafal nomor ponselnya karena ia juga bertukar nomor dengan Rey dan juga Flora.

“Nggal apa-apa Vy, yang penting kita bisa tetap menjalin komunikasi,” ujar Daniel.

Ivy pun memberikan nomor ponselnya pada Daniel.

“Thanks ya, Vy,” Daniel memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

“Sama-sama kak. Aku yang harusnya berterima kasih atas semua bantuan Kak Daniel. Aku balik ke las dulu ya kak,” Ivy membungkukkan tubuhnya kemudian pergi menjauh, kembali ke kelasnya.

Daniel masuk ke dalam kelas sambil membawa tas. Sky yang melihatnya tahu apa isi tas itu, sementara Gil dan Sean masih bertanya-tanya.

“Wuihhh deket sama Ivy nih kayaknya,” goda Gil.

Daniel hanya tersenyum. Ia duduk kembali di kursinya kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Ia memandanginya dan kembali tersenyum.

“Aih … aih … what’s happen?” tanya Gil saat melihat sahabatnya itu tersenyum seorang diri. Sean yang penasaran pun berjalan mendekati Daniel.

“Pantes aja dia senyam-senyum, dia dapat nomor ponselnya Ivy,” kata Sean sambil menepuk bahu Daniel.

“Kok lo dikasih, gua nggak?” kata Gil merajuk.

Daniel memasukkan ponselnya ke dalam saku. Sean dan Gil saling menggoda, sementara Sky yang mendengar semua itu merasa geram.

Jadi dia lebih suka dengan Daniel? Berarti nggak mau jalan sama gue karena dia suka sama Daniel? - batin Sky.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

👍👍👍 ... ❤️🤗😘

2022-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!