#18

Vinnie melamun di balkon kamar tidurnya. Pandangannya lurus ke depan tanpa ia tahu apa yang sedang ia lihat. Ia merasa kehidupannya telah terhenti, sampai semangatnya untuk hidup pun seakan sirna. Kini ia hanya berharap Elliot mampu meluluhkan hati Dad Davis.

Flashback on

Vinnie tersenyum ke arah Elliot ketika pria yang adalah kekasihnya itu sedang mengantarkan pesanan para pelanggan di cafe. Jujur saja Vinnie sangat mencintai Elliot, seorang pria dengan kebaikan dan kesederhanaannya.

Elliot memang bukan anak dari pengusaha kaya raya. Kedua orang tuanya hanyalah pegawai swasta. Elliot bekerja hanya sebagai sampingan saat ia selesai kuliah.

Elliot menempuh pendidikan kedokteran yang memang memakan waktu lama. Di sela-sela kesibukan kuliah, Elliot bekerja paruh waktu di sebuah cafe. Ia ingin meringankan kedua orang tuanya dari biaya kuliah yang terbilang mahal.

Dengan sabar Vinnie menunggu Elliot selesai bekerja. Ia perlu bicara dengan kekasihnya itu. Ia tak bisa menanggung semuanya sendiri dan ia juga tak ingin Elliot merasa ia jahat karena tiba-tiba memutuskan hubungan mereka.

“Sayang,” Elliot memegang tangan Vinnie dan duduk di hadapan gadis itu ketika ia sudah selesai bekerja. Pria itu melihat buliran air yang keluar dari mata indah kekasihnya.

Elliot menghapus air mata dari wajah cantik kekasihnya, “ada apa? Mengapa kamu menangis, hmm?”

Mendengar suara Elliot yang sangat sabar dan lembut, membuat air mata Vinnie kembali turun begitu saja. Ia menutup wajahnya dan hanya terdengar isak tangis. Elliot pun bangkit dan membawa Vinnie keluar dari cafe. Ia tak ingin para pengunjung merasa terganggu.

Ia membawa Vinnie ke taman kota dengan berjalan kaki. Ia menggenggam tangan Vinnie dengan erat.

“Tunggu di sini sebentar ya,” Vinnie duduk di sebuah kursi taman sementara Elliot pergi. Pria itu kembali dengan sebuah botol air mineral.

Elliot membuka tutup botol air mineral tersebut lalu menyerahkannya pada Vinnie, “minumlah dulu, setelah itu ceritakan padaku ada apa.”

Vinnie menata mata Elliot, mata teduh yang selalu tulus melihatnya. Vinnie langsung bersandar di dada Elliot, “maafkan aku.”

“Mengapa kamu minta maaf? Kamu tidak salah apa-apa.”

“Aku salah. Aku takut,” kata Vinnie dan memeluk Elliot lebih erat lagi. Elliot mengelus punggung Vinnie dan menenangkan kekasihnya itu.

“Tenangkan dirimu, hmm. Katakan padaku.”

Vinnie menatap mata Elliot, “apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin berpisah denganmu. Aku takut.”

“Tidak akan ada yang memisahkan kita. Aku akan selalu bersamamu,” kata Elliot.

“Dad Davis menjodohkanku dengan putra sahabatnya. Ia mengancamku, aku takut.”

Degg

Mendengar kata perjodohan, membuat perasaan Elliot pun tak menentu. Ia tahu bahwa status dirinya dengan Vinnie sangat jauh, seakan terbentang jurang yang sangat dalam. Namun, ia meyakini bahwa cintanya pada Vinnie sangatlah tulus.

“Aku akan menemui Uncle Davis. Aku akan mengatakan padanya bahwa aku mencintaimu dan hanya aku yang akan menikahimu. Tenanglah, aku berjanji akan mempertahankanmu semampuku,” kata Elliot.

Yang Elliot tahu adalah bahwa ia sangat mencintai Vinnie. Ia akan melakukan apapun agar Uncle Davis membatalkan perjodohan Vinnie.

Flashback off

**

Daniel memeluk tubuh Mom Hilda yang gemetaran. Saat ini mereka sedang berada di depan ruang ICU di mana Daisy berada.

“Mom, apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa dengan Daisy?” tanya Daniel penuh tanda tanya.

Belum sempat Mom Hilda menjawab, mereka melihat Dad Donald berlari menghampiri dengan wajah yang terlihat sangat gelisah.

“Bagaimana?” Dad Donad langsung menggenggam tangan Mom Hilda dan menanyakan tentang keadaan putrinya. Mom Hilda hanya menjawab dengan gelengan kepala. Daniel memperhatikan interaksi di antara keduanya dan ia semakin curiga dengan keadaan Daisy.

Seorang dokter keluar dari ruang ICU. Dia adalah dokter Clark, dokter ahli penyakit jantung yang selama ini merawat Daisy. Ia langsung menghampiri keluarga Lewis.

“Kita bicara di ruanganku saja,” kata Dokter Clark pada Dad Donald.

“Aku ikut,” kata Daniel saat kedua orang tuanya akan pergi bersama dokter Clark dan meninggalkannya. Ia sangat ingin tahu apa yang telah terjadi pada Daisy, adiknya.

Di dalam ruangan, Dad Donald dan Mom Hilda sudah duduk berhadapan dengan Dokter Clark, sementara Daniel memilih berdiri. Dokter Clark mengeluarkan laporan kesehatan Daisy. Ia menghela nafasnya pelan setelah itu membetulkan kacamatanya.

“Saat ini keadaannya sedang memburuk. Jalan satu-satunya yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan transplantasi jantung. Kita harus melakukan secepatnya, namun hingga saat ini belum ada jantung yang cocok dengan Daisy,” kata Dokter Clark menjelaskan.

Mata Daniel membulat. Selama ini ia tak tahu apapun. Ia berada di Jerman tanpa mengetahui keadaan keluarganya secara detail. Ia seorang dokter tapi tak memperhatikan kesehatan keluarganya sendiri.

“Lakukan yang terbaik. Aku akan terus mencari pendonornya,” ujar Dad Donald.

Daniel bisa melihat wajah Dad Donald yang berbeda. Wajah Daddynya terlihat sangat lelah, bahkan Daniel bisa melihat bahwa Dad Donald terlihat lebih tua dari usianya.

“Bisakah kamu menemani Mommy di sini? Dad harus kembali ke perusahaan dulu,” Daniel mengangguk. Ia melihat Dad Donald pergi dari hadapan mereka dengan langkah gontai.

Keadaan Daisy saat ini tak memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang rawat biasa hingga ia harus tetap berada di ruang ICU.

“Tuan, Dokter Clark berkata anda bisa menggunakan ruangan ini untuk beristirahat,” seorang pria dengan jas putih mendekati Daniel dan membuka sebuah ruangan yang persis berada di samping ruang ICU dan memiliki pintu penghubung.

“Terima kasih, Dokter …,” ucapan Daniel terputus.

“Elliot. Saya belum menjadi dokter, saya hanya seorang mahasiswa yang sedang melakukan koas,” kata Elliot tersenyum pada Daniel.

“Terima kasih,” kata Daniel sekali lagi dan diangguki oleh Elliot.

**

Sementara itu di Perusahaan Lewis, kekacauan tengah terjadi. Para investor menarik investasi mereka hingga membuat Donald menghela nafasnya. Pikirannya masih tertuju pada putrinya yang sedang berjuang, sementara ia harus berjuang untuk menyelamatkan perusahaan dan juga mencari donor untuk putrinya.

“Ben, bagaimana?” tanya Donald pada asisten pribadinya yang seusia dengan putranya. Ben menggelengkan kepalanya tanda bahwa mereka belum mendapatkan donor untuk Daisy.

“Apa jadwalku hari ini?” tanya Donald.

“Hari ini anda ada pertemuan dengan Tuan Davis Martin.”

“Baiklah, kita berangkat sekarang,” Donald pun bangkit dan keluar dari ruangan. Ben mengikutinya dari belakang.

Anda terlihat sangat lelah, Tuan. Aku harus berbicara dengan Tuan Daniel. Ia tak bisa terus menyembunyikan semua ini dari putranya sendiri. - batin Ben.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

👍🌹❤️🤗😘

2022-07-06

2

༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸

༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸

knp gk minta tolong sky...

2022-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!