#5

Pagi ini, Ivy diantar ke sekolah oleh Dad Arthur. Dad Arthur telah mendapatkan sebuah mobil sedan berwarna hitam yang merupakan fasilitas dari perusahaan yang saat ini menggunakan jasanya.

“Ivy masuk dulu, Dad,” Ia mengecup pipi Dad Arthur dan Dad Arthur mengecup kening Ivy.

“Iya sayang, belajarlah yang rajin,” kata Dad Arthur.

“So pasti Dad! Cita-cita Ivy sangat tinggi. Dad hati-hati di jalan. Ingat! Jangan ngebut-ngebut ya.”

“Sipp!! Nanti kita bahas lagi cita-cita kamu ya sayang. Dad penasaran ingin tahu,” Dad Arthur tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Ivy melihat mobil Dad Arthur berlalu, sebuah senyuman terukir di wajahnya dan sebuah janji mulai terpatri di dalam hatinya.

Ivy pasti berhasil, Dad. Aku akan membuat Dad bangga dan selalu bahagia. Aku ingin Dad selalu tersenyum saat melihatku. - batin Ivy. Ia pun masuk ke dalam sekolahnya.

**

Ivy duduk di kursi yang kemarin ia tempati. Ia mengeluarkan buku yang akan digunakan pada jam pelajaran pertama, juga alat-alat tulisnya. Setelah itu ia meletakkan tas miliknya tepat di belakang tubuhnya.

Brukkk

Seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda meletakkan tas miliknya dengan kasar ke atas meja yang ditempati oleh Ivy. Ivy melihat gadis yang terlihat cantik tapi wajahnya sangat galak.

“Woii!!! Siapa lo? Enak banget main duduk aja di tempat gue. Minggir!!” teriak Juliet sambil menggebrak meja.

Rey yang sudah datang sejak tadi dan duduk di belakang Ivy langsung membelanya, “Mr Harry yang nyuruh Ivy duduk di sini.”

“Mr Harry yang nyuruh dia duduk di sini atau dia yang kegatelan pengen duduk deket lo?” kata Juliet dengan kasar.

Ivy mengangkat kepalanya dan langsung menatap wajah Juliet. Lalu dengan sopan ia berkata, “Maaf, bukan maksud saya untuk mengambil tempat milikmu. Kemarin memang Mr Harry yang meminta saya duduk di sini karena kosong.”

“Bangun! Cepetan bangun! Pindah sana! Cari tempat kosong yang lain. Jangan berani-berani lo deket-deket sama Rey, apalagi cari-cari perhatian,” kata Juliet dengan sinis.

“Eitsss lo kira gue apaan? Pacar bukan, istri bukan, teman aja masih dipertanyakan, main atur-atur siapa yang boleh deket sama gue,” timpal Rey.

“Udah lo diem aja! Masih mau gue traktir apa nggak?” tanya Juliet dengan sombong.

“Kalau disuruh pilih antara Ivy dengan makanan … ya gue pasti pilih … makanan lha,” mata Rey langsung berbinar ketika mendengar kata makanan.

Flora yang duduk persis di sebelah Rey hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan manusia satu ini.

Ivy tak ingin mencari keributan, apalagi ia baru saja pindah ke sekolah itu. Sebisa kungkin ia akan menghindari semua pertengkaran yang akan berujung pada keributan. Lagipula ini hanya masalah tempat duduk, tidak masalah baginya duduk di mana saja. Ia justru tak ingin membuat Dad Arthur malu kalau harus dipanggil ke sekolah hanya karena masalah ini.

Ivy merapikan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas kembali. Ivy akhirnya duduk di pojok belakang kelas yang persis bersebelahan dengan jendela. Tak ada yang mau duduk di sana karena para guru selalu menganggap tempat duduk itu adalah spot yang bagus untuk mencontek, karena itulah siapapun yang duduk di sana, pasti akan mendapatkan perhatian yang lebih pada saat ada test.

Spot yang bagus! - batin Ivy.

Baru saja Ivy mendudukkan tubuhnya di kursi, terdengar suara dari arah pintu masuk kelas yang membuat suasana kelas tiba-tiba menjadi riuh, terutama para anak perempuan.

“Ivy!” panggil suara itu.

Ivy yang awalnya ingin membaca buku, kini menoleh ke arah asal suara.

“Kak Gil!”

“Wahhh itu Kak Gil!!”

“Ya ampun dia ke kelas kita.”

Banyak sekali suara yang tiba-tiba saja terdengar dalam satu waktu, membuatnya seakan bertabrakan di udara, membuat suasana kelas menjadi bising seakan mau meledak.

Ivy hanya melihat ke arah pintu yang kini mulai padat dan sesak dengan anak perempuan yang saling antri bertumpukkan.

Ahh mungkin aku hanya salah dengar. Tidak akan ada yang mencariku. - batin Ivy.

Ia pun kembali membuka buku di hadapannya. Bagaimanapun juga, ia harus mengejar beberapa ketertinggalannya karena adanya perbedaan pelajaran dengan saat dia di Singapore.

“Ivy!” panggil Gil. Seorang pemuda tinggi, tampan, gagah dengan rambut sedikit ikal, meletakkan tangannya di atas meja Ivy.

Seisi kelas langsung melihat ke arah Ivy dengan tatapan yang tajamnya melebihi pisau manapun. Mereka merasa kepunyaan mereka telah diambil oleh seorang siswi pindahan yang masuk ke kelas mereka.

Ivy mengangkat kepalanya, menautkan kedua alisnya. Bukan maksud ingin melupakan Gil, tapi Ivy kemarin memang tidak terlalu memperhatikan siapa yang berkenalan dengannya.

“Ya?” jawab Ivy singkat dengan manik mata yang tepat mengarah ke manik mata Gil, yang justru malah membuat Gil salah tingkah dibuatnya.

“Kemarin kenalannya belum lengkap,” Gil kembali menyodorkan tangannya.

Ohhh yang kemarin. - batin Ivy.

“Gil Earth Anderson,” kata Gil dengan gagahnya.

“Iya kak, salam kenal,” kata Ivy dengan singkat dan mengulang menyalami Gil.

Gil yang awalnya sudah menyusun kata demi kata untuk berbicara dengan Ivy, seperti langsung mati langkah ketika sudah berada di depan gadis itu. Tatapan manik mata Ivy seperti dengan tajam langsung menembus ke jantungnya, membuat ia otomatis menjadi pikun.

“Hmm Vy, nanti jam istirahat ke kantin yuk,” ajak Gil.

“Kak sama aku aja!”

“Aku juga mau kak makan bareng Kak Gil.”

“Sama aku aja kak, aku suapin deh!”

Seluruh gadis yang berkerumum tak jauh di belakang Gil mulai saling berteriak.

“Ivy bawa makanan, Kak. Kak Gil bisa ajak mereka aja, kelihatannya mereka pengen banget makan bareng,” kata Ivy sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas dan melihat para gadis dengan tatapan mupengnya.

Gil menggelengkan kepalanya. Tentu saja ia menolak saran Ivy karena saat ini yang menarik perhatiannya hanyalan Ivy.

“Minta nomor ponsel kamu aja kalau begitu. Kapan-kapan kita makan bareng di luar,” kata Gil lagi sambil mengeluarkan ponselnya. Ia seperti tak lelah mencari cara untuk mendapatkan Ivy.

“Nggak hafal dan aku nggak bawa ponsel,” kata Ivy.

Secara tidak langsung Ivy menolak memberikan nomor ponselnya kepada orang yang belum terlalu ia kenal. Selain itu, ia memang belum hafal nomor ponselnya sejak pindah ke Kota New York. Ia juga tak pernah membawa ponselnya dan selalu meminta Dad Arthur menelepon ke sekolah jika ada sesuatu yang penting.

Bel sekolah berbunyi tanda jam istirahat sudah selesai dan pelajaran akan segera dimulai. Para siswa siswi mulai mengisi tempat duduk mereka masing-masing.

“Gue cabut dulu Vy. Nanti ke sini lagi,” kata Gil.

Gil pun beranjak pergi. Tak lupa ia melambaikan tangan ke arah Ivy yang hanya disambut sebuah senyuman kecil. Sementara itu, bisik-bisik tetangga mulai merebak.

“Lo pake ilmu sihir apa? Baru sehari masuk, Gil langsung nempel aja,” kata Juliet keras hingga seisi kelas bisa mendengarnya.

Baru saja Rey mau menimpali ucapan Juliet, Flora sudah menahannya dengan bahasa bibir. Mulut Flora komat-kamit tidak jelas dan hanya Rey yang memahaminya. Flora hanya ingin Rey tidak turut campur dan membuat suasana semakin panas.

Ivy tidak menjawab pertanyaan Juliet, bahkan ia emmalingkan wajahnya ke arah lain. Ia sangat malas meladeni pertanyaan yang sangat tidak berbobot seperti itu. Juliet pun akhirnya kembali ke tempat duduknya karena guru yang akan mengajar telah masuk ke dalam kelas.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

Lnjtkn,Adeq 👍🌹❤️🤗😘

2022-06-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!