Ivy berada di ruang administrasi sekolah barunya. Setelah proses yang cukup berbelit, akhirnya ia bisa melanjutkan sekolahnya di sana. Salah satu hal yang membuat Ivy diterima di sana adalah nilai akademisnya yang luar biasa. Ia memang memiliki otak yang cerdas, meskipun usianya lebih muda dibanding teman-teman seangkatannya.
“Kamu bisa masuk di kelas 2-1. Nanti langsung bertemu dengan Mr Harry, wali kelasmu,” jelas Mr. Rocky, sang kepala sekolah.
Pindah sekolah di pertengahan tahun ajaran memang sangat menyusahkan. Ia harus menyesuaikan kembali apa yang telah ia pelajari di Singapore dan membandingkannya dengan pelajaran di New York.
Ivy menghampiri kepas 2-1. Ia sudah berdiri di depan pintu kelas setelah bertanya pada salah satu staf administrasi mengenai letak kelas yang akan ia tempati. Mr Harry yang melihat Ivy pun akhirnya memanggilnya dan memperkenalkannya pada seluruh anak-anak murid di dalam kelas itu.
Suasana kelas tiba-tiba menjadi riuh karena kedatangan Ivy. Mr Harry seketika memijat pelipisnya kemudian menggebrak meja.
“Bisa diam tidak?!!” teriak Mr Harry.
Suasana langsung berubah hening. Kini tak ada satupun yang berani berbicara karena Mr Harry adalah guru pelajaran Matematika, salah satu guru yang paling disegani di sekolah. Sekali tebas, habis nilai matematika satu kelas.
“Ini adalah teman baru kalian. Ia adalah siswa pindahan dari Singapore. Silakan perkenalkan dirimu,” kata Mr Harry pada Ivy.
“Perkenalkan, nama saya Ivy. Salam kenal,” ujar Ivy singkat.
“Kamu bisa duduk di …,” Mr Harry memandang ke sekeliling kelas, mencari tempat kosong.
“Di sini aja Mister,” kata Rey sambil menunjuk kursi kosong yang berada persis di depannya.
“Gila lo Rey! Itu kan tempatnya Juli,” kata Flora, teman sebelah Rey.
“Ahh suruh dia besok cari tempat duduk lain. Lagian sering banget dia nggak masuk. Sayang banget kan kalau kursinya kosong. Daripada nanti ada sosok nggak kelihatan yang nempatin, mendingan diisi sama yang bening-bening, ya nggak?” kata Rey sambil menarik sudut bibirnya.
“Nah Ivy, kamu biaa duduk di sana,” kata Mr Harry sambil menunjuk kursi kosong yang tadi diberitahu oleh Rey.
“Baik, Mister,” Ivy sedikit membungkukkan tubuhnya kemudian berjalan menuju kursi tersebut.
Ia menarik kursi tersebut, duduk, dan meletakkan tas persis di belakang tubuhnya. Ia mengeluarkan 1 buku tulis kosong dan mulai memperhatikan pelajaran.
Rey yang duduk persis di belakang Ivy pun menepuk bahu Ivy, kemudian menyodorkan tangannya.
“Kenalin, Rey,” kata Rey dengan mantap.
“Ivy,” menyambut tangan Rey kemudian kembali berkonsentrasi dengan buku tulisnya.
Ahhh, baru juga ngeliat senyumnya sama pegang tangannya. Hati gue udah langsung meleleh gini. - batin Rey.
Pletakkk
Rey yang kesakitan langsung memegang kepalanya dan mengusapnya berkali-kai. Ternyata Flora-lah yang sudah memukulnya dengan sebuah buku matematika yang cukup tebal.
“Dipanggil tuh sama Mr Harry! Pagi-pagi pikirannya udah ke mana-mana. Jangan sampai mesuk aja! lihat tuh iler mau netes,” bisik Flora.
Hadehhh, emang dasar matematika ye. Udah otak cuka seiprit begini, masih aja mau dihancurin sama tuh buku yang setebel gaban. Bentar lagi bakalan hilang nggak bersisa diremes-remes sama Mr Haha. - batin Rey sambil mengusap wajahnya yang mulai terlihat berantakan.
**
“Gimana perkembangan lo sama Bella?” tanya Gil pada Sky.
“Ya biasalah. Baru juga sehari gue sapa, udah langsung nempel melulu,” kata Sky dengan narsisnya.
“Target kali ini nggak bakalan gagal donk ya?” Gil tertawa dengan renyahnya, membuat para sahabatnya serasa ingin memakannya sampai habis.
“Wuihhh, ada anak baru,” kata Sean yang sedari tadi bersandar di balkon menatap siswa-siswi lain di jam istirahat mereka.
Sekolah mereka terdiri dari 4 lantai. Lantai paling bawah diperuntukkan untuk administrasi, ruang kepala sekolah, ruang guru, laboratorium, dan ruang serbaguna. Lantai 2 diperuntukkan untuk siswa kelas 2, lantai 3 untuk siswa kelas 3, dan lantai 4 untuk siswa kelas 1.
Gil yang mendengar kata anak baru, langsung mendekati Sean.
“Mana, mana? Bening nggak?” tanya Gil.
“Pikiran lo tuh ya, selalu aja nyati yang bening-bening melulu,” kata Sean sambil memukul kepala Gil. Dengan menggunakan kedua tangannya, Sean memegang kepala Gil dan mengarahkan pandangan sahabatnya itu ke aha Ivy yang sedang menyusuri selasar di lantai 1, menuju ke ruang guru.
“Wuihhh bening!” Sky yang mendengar Gil langsung memutar tubuhnya, begitu juga dengan Daniel.
Pandangan mereka langsung terpaku pada seirang gadis berambut panjang lurus sedikit ikal di bagian bawah. Berkulit putih yang memang diwarisi oleh Mom Keiko yang berdarah Jepang. Memiliki wajah campuran oriental, dengan mata biru seperti Dad Arthur, membuatnya terlihat semakin menarik.
“Wahhh, kalau ada yang seperti ini, Bella mah lewat lha ya. Kita hempaskan aja secepatnya,” kata Gil sambil menepuk bahu Sky yang sedang tersenyum simpul.
**
Waktu menunjukkan pukul 2 siang, sebentar lagi sekolah akan segera usai. Ivy harus segera kembali ke rumah karena masih ada beberapa kiriman barang dari Singapore yang akan datang. Sebelum ke Kota New York, Dad Arthur telah menitipkan beberapa barang kepada temannya yang memiliki usaha ekspedisi agar membantunya untuk membawakan barang ke Kota New York.
Tringggggg!!!!!!
Bel berbunyi, tanda sekolah untuk hari ini telah selesai. Ivy segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Ada beberapa buku yang harus ia beli karena berbeda dengan apa yang ia gunakan saat bersekolah di Singapore.
“Balik Vy, rumah kamu di mana?” tanya Rey sambil berdiri di sebelah meja Ivy.
“Duluan aja, rumahku dekat dari sini,” jawab Ivy.
“Aku anterin yuk,” ajak Rey sambil memperlihatkan kunci motor di jari jemari tangannya.
“Nggak usah, terima kasih. Aku tinggal jalan kaki aja kok,” tolak Ivy dengan halus.
“Rey! Lo anterin gue aja. Lo jangan gangguin anak baru,” kata Flora sambil memiting leher Rey hingga Rey sedikit membungkuk. Flora melambaikan tangan pada Ivy kemudian membawa Rey pergi dari sana.
Ivy tersenyum melihat bagaimana kedekatan antara Rey dengan Flora. Ia yang tidak pernah memiliki sahabat, merasa sedikit iri dan ingin seperti itu.
Tak lama setelah kedua teman sekelasnya keluar, Ivy merapikan semua buku-bukunya. Setelah selesai, ia beranjak dari tempat duduknya menuju ke arah pintu.
“Anak baru ya?” tanya Gil yang kini sudah berdiri dan bersandar di pintu, menghalangi akses Ivy untuk keluar dari sana. Di belakangnya ada Daniel yang menampilkan senyum cool tapi tetap terlihat sangat ramah.
Wajah Ivy langsung memerah ketika melihat senyum Daniel, membuatnya langsung menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Ia tidak menjawab pertanyaan Gil dan hanya memegang erat tali tas miliknya.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
PimCherry
salam kenal juga, nama saya Cherry 😁
2022-06-24
2
🍁𝐘𝐖❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
👍🌹❤️🤗😘
2022-06-21
1