"Freya kamu ingin pesta yang seperti apa nanti ?" tanya Ansel memulai percakapan di dalam mobil berharap rasa canggung sedikit berkurang. Jantung Ansel terus berdebar sepanjang perjalanan mengantar Freya ke kantor.
Freya terdiam,dirinya ragu harus mengatakan apa. Freya harus menjawab pertanyaan Ansel dengan benar karena Ansel pasti tidak menerima jawaban yang asal-asalan. Meliahat gelagat Ansel yang sering marah-marah Freya jadi takut untuk menjawab. Ditambah dalam hati Freya masih membekas luka, pikirannya belum bisa berpikir tentang apapun apalagi pesta pernikahan dengan Ansel.
"Aku percaya pada Ansel. Aku tidak mengerti tentang perlengkapan pesta. Ansel bisa menyiapkan semuanya sesuai selera Ansel," Freya melirik Ansel yang sedang fokus mengemudi. "Hanya satu keinginanku pilihlah gaun yang sederhana karena aku tidak suka sesuatu yang berlebihan.
Ansel hanya menggangguk tanda pengerti, Ansel tidak menimpali ucapan Freya. Ansel sangat tersanjung mendengar Freya sudah mempercayakan semua persiapan pesta padanya. Ansel bertekad tidak akan membuat Freya kecewa untuk pesta, gaun juga apapun yang Freya butuhkan.
Tanpa terasa sudah sampai di depan Dream Star. Freya membuka sabuk pengaman kemudian beranjak keluar. Belum sampai kaki Freya menyentuh tangah Ansel berhasil menarik tangan Freya. Membuat Freya tertahan dan duduk kembali.
Ansel membuka sabuk pengaman, kemudian mencondongkan badannya ke arah Freya. Ansel mengecup cepat kening Freya. Kecupan selamat tingg sebelum Freya keluar dari mobil. Freya hanya diam menerima kecupan singkat di kening dari Ansel. Freya menyadari, ini belum seberapa dan dirinya harus mulai terbiasa melakukan kontak fisik dengan Ansel.
Orang-orang saling berbisik melihat Freya keluar dari mobil sport terbaru. Freya hanya acuh tidak menanggapi bisikan-bisikan yang iri pada Freya, dirinya hanya menganggap angin lalu saja.
Freya berpikir dirinya masih beruntung karena Ansel tidak Ikut turun dari mobil dan tidak memberikan kecupan di depan karyawan yang lain. Freya kayin kalau hal yang tidak diinginkannya terjadi bisa heboh satu kantor bisa-bisa Freya jadi penbahasan panas di kantor.
Freya masuk ke ruang kerjanya, ternyata disana sudah ada Flora sedang duduk manis menunggunya.
"Sarapan yu nenk Freya !" Flora merangkul Freya.
"Aku udah sarapan tadi dirumah," jawab Freya singkat.
Air mata Freya tiba - tiba menetes. Flora panik melihat sahabatnya menangis. Langsung mencari tisu dan memberikannya ke Freya.
"Kenapa Beb ko nangis ayo cerita, mimin pasti dengerin?" Flora membantu Freya menyeka air mata dengan tisu.
Freya menceritan semuanya kepada Flora, kejadian dirumahnya kemarin Freya dipukuli habis-habisan oleh Ibunya sampai kakinya biru dan terluka, Freya membuka sedikit celananya menunjukan betis yang dibalut kain kasa.
Flora tercengang, bola matanya hampir jatuh akibat terus menunduk memperhatikan seberapa parah luka sahabatnya. Flora merasa kasihan pada Freya yang dipukuli habis-habisan oleh ibunya sendiri.
Freya juga bercerita penyebab dirinya dipukuli oleh ibunya karena difitnah berselingkuh oleh ibunya Liam. Tidak Lupa Freya menceritakan kedatang Ansel secara tiba-tiba seperti kesatria berbaju jirah untuk melindungi Freya. Dirinya tidak menyangka Ansel menyelamatkan Freya dari pukulan ibunya.
Kepahitan tidak sampai disitu, tapi bencana yang sesungguhnya baru muncul setelahnya. Tidak bisa dihindari lagi minggu depan Freya akan menikah dengan Ansel. Freya juga tidak bisa menolak karena itu keinginan ibunya, serta Ansel sudah menyetujui keinginan ibu Freya.
Flora makin kaget dengan penjelasan Freya. Meski Flora sangatbkagum pada Ansel tapi itu tidak meredakan amarahnya pada Liam.
"Berani-beraninya si breng**k Liam memfitnah sayangku," umpat Flora. "Akan ku habisi dia hari ini juga," ujar Flora sudah sangat geram kepada Liam.
Flora bergegas menuju keluar hendak menghampiri Liam dan mengeluarkan semua emosinya. Tapi Freya menahan Flora sambil menangis.
"Cukup Flo ... aku sangat berterima kasih.
Tapi percuma kamu menghampiri Liam, Kamu tidak akan menang bila berkelahi dengan Liam. Itu hanya akan membuat kita malu. Aku sudah menerima semuanya mungkin ini sudah takdirku," ujar Freya menyeka air matanya.
"Siapa yang akan ke sana untuk mengajak Liam berkelahi. Yang benar saja aku masih waras mana mungkin aku akan adu jotos dengan Liam. Aku hanya akan mengomelinya saja. Kamu benar juga kita akan malu bila menemui Liam. Ngomong-ngomng keputusanmu memang tepat kamu harus menikah dengan Ansel. Apapun yang terjadi meski gunung meletus laut terbelah kamu harus balas dendam pada sibrengs**k Liam. Tapi janji Beb, kamu akan bahagia bersama Ansel ya !" Flora mengulurkan jari kelingkingnya.
"Balas dendam ... Bagaimana caranya ?" Freya tertarik dengan ucapan Flora.
"Balas dendam yang paling efektif itu kamu harus menunjukan bahwa dirimu baik-baik saja dan bisa hidup lebih bahagia dengan pasangan mu yang baru bahkan lebih segalanya dibandingkan saat bersama mantan brengs*ek seperti Liam. Janji ya beb kamu harus bahagian hidup bersama Ansel," ujar Flora masih mengacungkan jari kelingkingnya.
Freya malah menggigit kelingking Flora bukan mengaitkan kelingking seperti seharusnya.
"Awwww sakit beb ... apa otak mu juga terluka. Ini untuk berjanji bukan untuk di gigit." Flora menunjuk jari kelingkingnya yang digigit Freya. "Makanya jangan nonton tawura terus jadi barbar kan. Sesekali nonton drama agar bisa tahu apa itu janji jari kelingking." protes Flora.
Suara tangis Freya makin keras. Dirinya merasa kecewa karena sahabatnya tidak memberi solusi lebih baik selain menikah dengan Ansel dan hidup lebih bahagia bersamanya.
"Aku tidak peduli dengan janji jari kelingking ... saat ini aku memikirkan bagaimana kabur dari Ansel. Apa aku sebaiknya mati saja. Balas dendamnya nanti saja kalau aku sudah jadi arwah kemudian aku akan menghantui Liam dan ibunya, tidak lupa selingkuhan nya juga. Hu .. .hu ... hu aku takut pada Ansel bagaimana kalau aku tidak selamat saat melewati malam pertama dengannya ... hu ... hu ... hu ... hu ... hu."
"Jangan lebay deh Cin." ujar Flora malas mendengar ratapan sahabatnya yang hiperbola Flora memilih meninggalkan Freya kembali ke ruangan kerjanya.
Cleo melanjutkan pekerjaan yang tertunda dengan mata bengkak karena menangis. Freya tidak peduli bila teman satu ruanganya sesekali memperhatikan Freya kemudian menertawakan dirinya karena Freya terlihat aneh berkat matanya yang memiliki lingkaran hitam serta sembab.
Freya duduk dengan tenang tangannya mengetik dengan cepat. Freya melampiaskan rasa kesalnya pada keyboard yang tak bersalah.
Handphone Freya terus bergetar ada beberapa pesan masuk dan puluhan panggilan tak terjawab. Freya melirik handphonenya mengecek siapa yang terus mengganggunya. Tertera dengan jelas nama King Ansel Cullen di sana.
Freya merasa malas mengangkat telepon dari Ansel. Freya juga malas berbicara dengannya. Freya hanya menganti profilnya jadi mode silent dan memasukan handphone nya ke tas lalu kembali fokus memasukan rumus ke komputer. Membiarkan smartphonenya terus menyala berkat panggilan dari Ansel.
Next \=>
🙏Terima Kasih sudah mampir baca.
🙏🙏 Jangan lupa like + Komentar + Vote
🙏🙏🙏 Dukungan reader sangat berpengaruh bagi Author untuk bisa terus semangat Up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments