20

Tiap hari Aqila mengerjakan tugasnya, namun berbeda seperti hari-hari biasaya. Dulu Aqila selalu saja menyapa Langit, atau memberikan senyuman, namun kali ini berbeda. Tidak ada lagi senyum terukir di wajah Aqila, tidak ada lagi tegur sapa. Aqila melalukam tugasnya sebagaimana mestinya, tanpa harus bertukar kata dengan Langit.

Namun Langit terus bertanya-tanya tentang perubahan Aqila, yang menurutnya sangat luar biasa. "Apa dia marah padaku?" gumam Langit sambil menyesap kopi hangat miliknya, yang sempat Aqila buatkan.

"Aqila buatkan aku ayam goreng." pinta Langit, dan tanpa bantahan Aqila pun langsung membuat.

Aqila tidak ingin membantah atau pun terlibat perkelahian lagi dengan Langit, karena yang akan Aqila dapatkan hanya sakit hati.

"Kau kenapa?" tanya Langit sambil memperhatikan Aqila yang sedang memberikan bumbu pada ayam goreng.

"Tidak apa." jawab Aqilah tanpa menoleh sedikitpun pada Langit

"Bohong. Katakan kau kenapa?"

"Tidak apa." Jawab Aqila lagi, namun tiba-tiba tangab Langit langsung memengang tangannya membuat Aqila berhenti membumbui ayam tersebut.

"Lepaskan aku ingin masak." pinta Aqila

"Kau marah padaku? katakan? jangan seperti ini?"

"Hahahaha. Marah? emang bisa aku marah sama kamu?"

"Lalu kenapa kamu seperti ini, kenapa ngak seperti biasanya?"

"Emang aku bagaimana. Toh ini lah aku yang sebenarnya. Jadi lepaskan tanganku."

"Aqila.." Teriak Langit

"Apa.. Kau ingin menamparku?? Silahkan tampar saja jika itu bisa membuat mu bahagia. Ayo tampar." Teriak Aqila sambil memajukan pipinya kehadapan Langit.

"Tampar..." Ucap Aqila lagi.

Langit terdiam menatap wajah Aqila yang saat ini berada di hadapannya. Entah kenapa ada perasaan bersalah dan perasaan aneh yang Langit sendiri tidak tahu perasaan aneh apa itu yang tiba-tiba saja muncul.

"Kenapa hanya diam saja. Bukan kah kau sangat suka menyiksaku. Jadi ayo siksa aku sampai kau merasakan kebahagiaan. Ayo siksa!" teriak Aqila

Langit lalu menghempaskan tangan Aqila. "Tidak usah gorengkan aku ayam. Aku sudah kenyang." Ucap Langit dan berlalu dari dapur menuju kamarnya.

Di dalam kamar Langit memengang dadanya. Jantung nya berdetak lebih cepat dari biasnya, entah kenapa tadi saat berada di dapur dan melihat mata Aqila membuat jantung Langit langsung berdetak tidak karuang.

"Ada apa dengan ku? kenapa jantung ini seperti ingin lompat keluar dari tempatnya.?" Gumam Langit.

"Kenapa mendengar bentakan Aqila membuat jantungku berdebar? Apa aku takut pada Aqila? Tidak! Tidak mungkin aku takut pada Aqila." Ucap Langit, ia terus berfikir tentang dirinya yang merasakan perasaan aneh yang tiba-tiba timbul di dalam dirinya.

Ponsel Langit berdering. Melihat nama Sintia sang kekasih yang tertera di layar ponsel langsung membuat Langit menjawab panggilannya.

"Ada apa sayang?" Tanya Langit. "Kau pasti rindu padaku? Iya kan?"

"Sayang, aku mau keluar kota. Ada teman ku menikah dan aku ingin menghadiri pernikahannya."

"Berapa hari? Dan bersama siapa? Ada cowok yang ikut?" Tanya Langit dengan begitu posesifnya

"Ngak ada cowok sayang. Kita perginya cuman bertiga doang. Aku janji setelah acara selesai aku pulang."

"Aku siapin mobil yah untuk kamu.?" Tawar Langit.

"Ngak usah sayang. Ada mobilnya temanku kok. Aku cuman nelpon untuk minta izin sama kamu doang sayang"

"Ya udah aku izinin, tapi janji jangan nakal di sana. Jangan lirik orang lain di sana. Ntar aku transfer uang ke rekening mu."

"Iya sayang, iya. Makasih yah." Lalu Sintia memutuskan sambungannya.

Dan ternyata tanpa Langit sadari, sejak tadi Aqila mendengar Langit dan juga Sintia saling berbicara di telpon. Aqila mengusap dada nya, dan mata yang mulai berkaca-kaca. Secara perlahan Aqilah menutup pintu kamar Langit, dan mengatur nafas baik-baik. Lalu kemudian mengetuk pintu kamar dan langsung membuka tanpa menunggu jawaban dari dalam kamar.

"Ayam goreng mu sudah siap." Kata Aqila dan sang Aqila ingin menutup kembali pintu, Langit langsung bersuara.

"Tunggu!" Kata Langit membuat Aqila tidak melangkah.

"Apa kau marah padaku?" Tanya Langit sambul berjalan mendekati Aqila.

"Marah? Boleh kah aku marah kepadamu? Bolehkah seorang pembantu marah pada majikannya?" Jawab Aqila dengan pertanyaan.

Langit terdiam sambil menaikkan satu alisnya.

Terpopuler

Comments

。.。:∞♡*♥

。.。:∞♡*♥

ngga sabar langit tau kelakuan Sinta,,,

nyesek banget jadi Aqila 🤧🤧bagus Aqila diemin aja tuh biar tau rasa langit 🤧

2022-07-23

0

。.。:∞♡*♥

。.。:∞♡*♥

pakek nanya lagi nih langit 🥴

2022-07-23

0

Hikmah Araffah

Hikmah Araffah

knpa lama bet up-nya😭

2022-07-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!