08

Malam harinya, aku dan juga Langit tiba di Bali. Namun lagi-lagi Langit melihatkan sisi gelapnya. Ia meninggalkan aku seorang diri dengan hanya memberikan alamat yang akan kami tuju nantinya.

Aku hanya bisa menghelah nafas saat melihat mobil yang Langit tumpangi pergi melesat menjauh.

"Ya Rabb begini sekali kah nasib hidupku." Gumamku sambil melihat barang bawaanku. Karena di jadwalkan kami akan menginap selama sepekan di Bali.

Aku kebingungan mencari dompetku di dalam tas. Karena seingatku tadi aku menyimpannya di dalam tas, tapi kenapa tidak ada? Apa jangan jangan dompetku ketinggalan di atas mobil. Aku harus bagaimana? Ini pertama kalinya aku datang ke Bali, dan yang paling parahnya aku tidak punya uang sepersen pun.

"Ya Rabb tolong hamba mu ini."

Aku mulai berjalan sambil membawa koperku. Lelah, letih dan lapar tentu saja aku rasakan. Apalagi tujuan alamat ini sangat jauh kata orang yang tadi sempat aku tanya. Namun sepertinya Tuhan sangat baik padaku, ia mengirim seseorang untuk menolong diriku.

"Ayo masuk." Ucap pria itu yang tak lain adalah Andre.

"Andre" kataku sambil melihat Andre yang duduk di kursi kemudi.

"Ayo masuk. Biar aku yang mengantarmu."

Dan dengan segerah aku masuk kedalam mobil, tak lupa aku menaruh barangku di kursi belakang.

"Kamu kok bisa di sini?" Tanyaku

"Justru aku mau nanya, kenapa kamu ada di sini?" Jawab Andre dengan pertanyaan.

"Itu aku, hhmmm..."

"Ouh yah, kali ini kamu mau aku antar kemana?" Andre memotong ucapaku.

"Ke alamat ini"

Andre tersenyum melihat kertas yang bertuliskan alamat. "Kali ini apa bayaranku?"

"Maaf, tapi aku tidak punya uang. Tapi aku janji kalau aku udah sampai ke alamat itu, aku bakalan bayar kamu."

Lagi lagi Andre tersenyum.

"Serius aku bakalan bayar, tapi sekarang aku ngak punya uang. Dompetku ketinggalan di mobil tadi. Serius aku ngak bohong. Percaya deh aku beneran ngak bohong" aku berusaha menyakinkan Andre karena jujur hanya Andre yang dapat menolongku di sini, dikota ini. Karena tidak ada lagi yang aku kenal selain Andre.

"Iya deh aku percaya. Sekarang kita pergi makan dulu. Aku tahu kamu pasti sangat lapar."

Andre bagaikan malaikat yang Tuhan kirimkan padaku, ia bagaikan pahlawan yang selalu ada, ia selalu datang di kala aku sedang membutuhkan pertolongan.

"Terimah kasih Andre." Ucapku setelah memakan habis makanan yang Andre pesankan untukku.

"Masih mau tambah?"

"Tidak Ndre. Aku udah kenyang. Makasih yah."

"Mau jalan-jalan?" Ajak Andre.

Aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku.

"Tapi Ndre ini udah..."

"Aku tahu tempat mencuci mata malam hari di Bali. Bagaimana mau ikut?"

Aku berfikir sejenak. Lalu menganggukkan kepalaku menyetujui ajakan Andre. Toh Langit juga pasti tidak akan mencari diriku yang akan pulang telat. Karena Langit tidak perduli dengan apapun yang aku lakukan.

Saat Andre dan Aqila sedang berjalan bersama menikmata angin malam. Sepasang mata menatap tajam ke arah mereka. Mata itu memancarkan kemarahan yang amat mendalam. Bahkan sang pemilik mata menggebrak stir mobilnya karena marah melihat Aqila dan juga Andre.

..........

"Makasih yah Andre udah mau ngatar aku dan juga di traktir makan."

"Sama-sama. Tapi ingat kamu masih berutang dua kali padaku."

"Tentu Ndre aku ingat kok."

"Okey, kalau kita bertemu lagi jangan lupa traktir aku yah. Dan ini.."

Andre memberikan aku selembar kartu nama miliknya.

"Jika kamu butuh sesuatu hubungi aku saja. Itu nomer ponselku."

"Oke Ndre. Sekali lagi makasih yah."

Setelah memastikan mobil Andre telah berlalu, aku pun segerah masuk kedalam fila yang dari luar terlihat begitu indah dan mewah.

Ceklek. Kubuka pintu, dan suara tepuk tangan langsung bergema terdengar di telingaku.

Prokkk.. Proookkk. Prokkk.

"Lihatlah siapa yang datang." Kata Langit menatapku dengan tatapan yang sangat tajam

Senyum yang terukir di wajahku tadi, langsung hilang seketika. Perasaan senang ku berubah menjadi takut. Seketika ruangan ini begitu sangat dingin dan mencekam.

Apa lagi ini? Kali ini apa yang akan Langit lakukan padaku?

Aku berdiri tegap tidak mampu lagi untuk melangkah, karena kaki ku serasa melemas tak berdaya karena takut akan tatapan Langit kepadaku.

Satu langkah, dua langakah. Langit semakin mendekat dan

Plakkkk. Satu tamparan mendarat sempurnah di pipiku.

"Dasar wanita ja*lang. Tidak berhasil merebut hatiku malah merebut hati sepupuku. Berapa yang Andre bayar, berapa?"

Haa??? Sepupupu? Andre sepupunya Langit?

"Aku tidak mengerti."

"Kau itu! Selalu saja pura-pura bodoh untuk menutupi sifat aslimu yang licik dan mantre."

Terpopuler

Comments

。.。:∞♡*♥

。.。:∞♡*♥

pasti langit tuh 😒 salah sendiri ninggalin Aqila

2022-06-24

0

。.。:∞♡*♥

。.。:∞♡*♥

tega kamu langit 😤

2022-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!