07

Hari silir berganti. Sesak, sakit, setiap hari aku rasakan. Entah sampai kapan aku harus bersabar menghadapi sikap Langit yang begitu keras, dan sangat kejam kepadaku. Langit, sangat membenciku. Entah apa alasannya. Aku tidak tahu. Dan tidak mau tahu. Yang jelaa aku hanya ingin menjalankan tugas ku sebagai seorang istri selama satu tahun kedepan. Sesuai isi janji kontrak pernikahan yang Langit berikan kepadaku.

Awalnya aku tidak terima, tapi lama kelamaan aku sadar, untuk apa bertahan lebih lama jika yang kita dapat hanya kekerasan dan tidak di hargai sama sekali.

"Sabar Aqila, sabar.. Sisa sepuluh bulan lagi" Ucapku sambil mengusap dada, memberikan kekuatan pada diriku sendiri agar tegar dan kuat menghadapi hari hariku selama sepuluh bukan kedepan.

Seperti biasa. Semua aku lakukan dengan sangat baik. Sangat sangat baik, tapi selalu saja salah di mata Langit. Seperti pagi ini, aku membersihkan sepatu Langit, membuat sepatu itu mengkilap agar penampilan Langit terluhat sempurnah dengan sepatu kerjanya, namun...

Sreekkkk.. Langit menarik sepatu yang aku pegang secara kasar, dan lalu melemparkan sepatu itu tepat ke depan dada ku.

"Sudah aku katakan jangan sentuh barang milikku!" Teriak Langit menggemah di seisi ruangan.

Aku yang takut, langsung menitihkan air mataku. Entah kenapa aku sangat cengeng, setiap mendapat bentakan selali saja menangis.

"Aku hanya ingin ..." Ucapku terbata-bata.

"Hanya ingin mencari perhatianku? Hahahahaah dengar baik baik. Kau itu hanya sampah! Jadi jangan pernah berharap untuk merebut hatiku ini." Ucap Langit dengan nada tegas nya membuat aku sungguh tidak kuasa menahan air mata ini.

"Minggir!" Langit mendorong ku agar tidak menghalangi jalannya.

"Tidak usah menangis. Air matamu tidak akan mampu meluluhkan hatiku."

Sungguh sangat tersiksanya aku. Selain fisik, batinku pun sangat tersiksa. Sepuluh bulan, masih sangat lama untukku.

Aku berdiri dan mengusap air mataku. Aku masuk ke kamar mandi mengusap wajahku, dan setelah itu aku berdiri di balkon menghirup udara pagi. Dan tentunya aku sama sekali tidak berani menyentuh kursi itu. Kursi yang sangat Langit sanyangi.

"Cantik.." kata seorang pria yang juga berdiri di balkon kamarnya.

Aku hanya diam saja tidak menanggapi sama sekali ucapan pria itu.

"Jika kamu terus cemberut, yang ada nanti wajah cantik mu akan pudar."

Lagi lagi pria itu berkata, namun masih enggan aku tanggapi.

"Kamu penghuni baru? Aku baru lihat. Karena biasanya ada seorang perempuan yang duduk di kursi itu." Kata pria itu sambil menunjuk kuris yang sangat di sayang oleh Langit.

Aku yang sejak tadi terdiam, langsung menoleh dengan senyum. Karena jujur aku penasaran dengan siapa sosok perempuan yang pria ini maksud.

"Aku Attar. Kalau boleh tahu nama kamu siapa?"

"Aqila." Jawabku.

"Kamu penghuni baru yah?" Tanya Attar kembali.

"Iya." Jawabku sambil menganggukkan kepalanya.

"Oh pantas saja, aku baru lihat kamu. Soalnya yang biasa duduk di situ orang lain."

"Boleh tahu siapa?" Tanyaku dengan pelan.

"Kasih tahu ngak yah?" Attar mulai berfikir

Aku hanya bisa diam, tapi dalam hati aku berkata, "iya kamu harus cerita siapa perempuan itu."

"Lain kali akan aku cerita. Ouh iya senang berkenalan denganmu Aqila." Ucap Attar dengan senyum manisnya.

Sungguh aku ingin sekali tahu siapa perempuan itu. Dan apakah mungkin ini ada kaitannya dengan Langit yang sangat marah padaku jika aku duduk di kursi itu.

Aku menghembuskan nafas, pikiran ku kembali berkelana. Apa mungkin Langit pernah tinggal dengan seorang wanita di apartemen ini. Dan bila itu mungkin, ini alasan Langit marah padaku pada saat aku duduk di kursi itu.

........

"Ibu.." Sapaku saat aku membuka pintu apartemen dan ku lihat ibu mertuaku yang berdiri dengan anggunnya.

"Bagaimana kabarmu sayang? Dan dimana Langit?" tanya ibu sambil mengecup pipi kiri dan kanan ku.

"Langit ada di kamar bu. Oh iya bu, silahkan masuk."

Saat ibu masuk, aku sibuk menyiapkan minuman. Ibu mertuaku berjalan masuk hingga menuju kamar Langit. Sayup-sayup aku dengar jika Langit dan juga ibu mertuaku terdengar bertengkar. Sepertinya mereka sedang memperdebatkan diriku. Tapi aku tidak mau bertanya dan tidak ingin ikut campur dengan apa yang terjadi.

"Aqila Nak. Siapkan dirimu sore ini kamu dan Langit akan ke Bali, kalian harus berbulan madu" pinta ibu mertuaku saat setelah keluar dari kamar Langit.

"Bu .. Aku bilang tidak ya tidak!"

"Langit! dengar kata Ibu, kalau tidak.."

Ku lihat dengan jelas Langit mengacak rambutnya, jelas sekali jika ia tidak ingin pergi bersama dengan diriku.

"Kalau begitu ibu pulang dulu. Ingat Langit sore inu kalian akan ke Bali."

Setelah ibu mertuaku pulang. Langit langsung menghampiriku. Ruangan di sekitar langsung terasa dingin. Entah kenapa aku menjadi takut, takut melihat tatapan mata Langit yang seakan ingin memakan ku hidup-hidup.

"Kau perempuan ular" ucap Langit sambil mencengkram kedua pipiku.

"Sakit." Ucapku dengan menahan sakit di kedua pipiku.

"Kau sangat pandai mengambil hati ibuku. Sampai-sampai ibuku tidak mau mendengar ucapanku."

Aku hanya bisa menggelengkan kepala.

"Kau ingin sekali di sentuh, haa?" Bentak Langit. "Kau sangat gatal sampai sampai meminta ibuku untuk membawamu bulan madu."

"Tidak." kataku sambil ku gelengkan kepalaku.

Langit melepas cengkramannya, lalu Plaaaakkk, menampar pipiku.

"Aku tidak sudi menyentuh tububmu yang seperti sampah itu."

Terpopuler

Comments

Leni marlina

Leni marlina

Next

2022-06-23

0

Siti Sa'adah

Siti Sa'adah

jadi suami kok ksr bgt,,,mending di tinggalin aja

2022-06-22

0

Anisa😀😀

Anisa😀😀

tega banget...kalau ada disini udh qw mutilasi itu cowok😡🔪

2022-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!